Tuesday, March 19, 2024
Home > Cerita > Murung Raya, HPN dan UKW,  Catatan A.R. Loebis

Murung Raya, HPN dan UKW,  Catatan A.R. Loebis

Ketua Umum PWI Atal S Depari menyerahkan plakat kepada Bupati Kabupaten Murung Raya, Perdie M Yoseph, pada HPN Kalteng di Murung Raya, 26 Juni 2022. (borneonews)

Murung Raya dimana? Itu pertanyaan beberapa teman, ketika mengetahui saya sedang berada di kota kabupaten itu. Ini menandakan orang jarang mendengar nama daerah Murung Raya, apalagi mengunjunginya.

Pada minggu keempat Juni 2022, saya berputar-putar di atas Murung Raya, sebelum Wing Air tipe ATR 72-600 berbaling-baling berkapasitas 72 tempat duduk kelas ekonomi dengan konfigurasi 2-2 itu mendarat di Muara Teweh di Bandara Haji Muhammad Sidik.

Untuk berkunjung ke Murung Raya, dari Jakarta, pesawat yang ditumpangi harus transit di Banjarmasin, kemudian melanjutkan penerbangan ke Muara Teweh selama satu jam, menggunakan pesawat Wing Air berbaling-baling itu.

Ada juga pesawat sama dari Palangkaraya, dengan penerbangan berbeda hari dengan yang dari Banjarmasin, ada tiga penerbangan dalam seminggu.

Dari Muara Teweh, perjalanan darat dilakukan sekitar dua jam ke Murung Raya, dengan rute berkelak-kelok, menanjak dan turun, sehingga tidak heran bila ada penumpang mobil yang muntah.

Bila ingin melalui jalan darat Banjarmasin ke Muara Teweh, ditempuh sekitar sembilan jam 40 menit (396,3 km) sedangkan dari Palangkaraya sekitar tujuh jam tujuh menit (311,7 km), melalui Buntok-Ampah-Muara Teweh.

Ibukota Kabupaten Murung Raya adalah  Puruk Cahu, sekitar 411 km dari Palangkaraya. Kabupaten ini merupakan pemekaran Barito Utara pada 2002, dengan luas wilayah 23.700 km per segi, berpenduduk hanya 111.500 jiwa pada 2021.  Di ibukota kabupaten ini akan dibangun Bandara Dirung.

Murung Raya merupakan salah satu dari 13 kabupaten dan satu kota yang ada di Kalimantan Tengah. Ada sembilan kelurahan dan 116 desa di Murung Raya. Pada 2017, jumlah penduduknya mencapai 105.454 jiwa dengan luas wilayah 23.700 km per segi dan sebaran penduduk lima jiwa per km persegi.

Begitu sepinya Murung Raya, yang perkebunan karetnya mencapai 21.761 hektare persegi.  “Di sini mudah cari duit,” kata seorang teman. Ia mencontohkan para pendatang dari Pulau Jawa, berdagang sate dan beragam penganan tusukan goreng di tepi jalan raya, yang ramai didatangi masyarakat, utamanya remaja milenial, sebagai tempat nongkrong baru malam hari.

Dari berbagai program pembangunan menarik yang ada di Murung Raya, salah satunya adalah program pendidikan bea siswa satu desa 10 sarjana.

Bupati Murung Raya, Drs Perdie M Yoseph, MA, menyatakan pihaknya memantapkan program peningkatan sumber daya manusia (SDM) di pedesaan sejak 2019, ya program 10 sarjana untuk satu desa itu.

“Pemerintah mulai melaksanakan program 1 desa 10 sarjana pada 2019 dengan dana Rp100 juta, per orang yang mendapat beasiswa kuliah dialokasikan 10 juta,” kata Bupati pada perayaan HPN di Puruk Cahu, dan hasilnya akan terlihat pada 2024.

Pemda Murung Raya menggelontorkan sebanyak Rp12,5 miliar setiap tahun anggaran untuk bantuan biaya pendidikan bagi mahasiswa / mahasiswi asal Kabupaten Mura dan ini akan berjalan hingga 2023.

Bukan hanya itu, Pemda Murung Raya pun punya program KMC kartu emas untuk 818 siswa tingkat SMP/SMA dan kartu KMC perak untuk 7270 siswa SD. Ada pula kartu Muru Sejahtera untuk Lansia, ada pula kartu sehat untuk berobat.

Ada pula program Rp1,5 M untuk setiap desa dan kelurahan, guna peningkatan kinerta pemerintah dan perekonomian serta untuk kesejahteraan.

Bupati Murung Raya memanfaatkan potensi daerahnya untuk meningkatkan taraf hidup rakyatnya. Apa saja potensi itu? Luar biasa, di Murung Raya ada penambangan emas,, batubara, gambut, intan, kaolin, besi, timah, timahh hitam, tembaga, air raksa, zircon, fosfat. Belum lagi dari sisi perikanan dan ternah sapi yang amat berkembang.

Pantaslah Murung Raya yang bernama Bumi Malai Tolung Lingu dan dijuluki Kota Emas (Elok, Mandiri, Aman, Sejahtera) ini mengalami kemajuan amat pesat, utamanya ditangan bupati dua periode, Perdie, yang menjabat sejak 24 September 2018.

Hari Pers Nasional

Hari Pers Nasional (HPN) Kaltim yang diadakan di Puruk Cahu, Murung Raya, 25-26 Juni 2022 tak ubahnya replika dari HPN tingkat pusat, dilihat dari semangat dan acara yang digelar.

Kendati acaranya hanya dua hari, namun kegiatannya berlangsung beberapa hari, di antaranya menggelar senam massal dan sunatan massal, kemudian vaksinasi 1, 2 dan 3 untuk 100 orang, ada juga pemeriksaan kesehatan, diadakan bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Murun Raya, PPNI Murung Raya. Ada juga bakti sosial pembagian minyak goreng gratis, serta talks-show tentang dunia pers dengan pembicara Ketua PWI Pusat Atal S Depari.

HPN yang digelar PWI tingkat provinsi tak banyak, bisa dihitung dengan jari, dan salah satunya adalah yang diadakan di Kalimantan Tengah.  Provinsi ini instimewa, karena menggelar HPN hampir setiap tahun.

“Di Murung Raya diadakan pada 2017 dan 2022 ini pak,” tutur Ketua PWI Murung Raya, Reno. Pada 2019 diadakan di Barito Utara, pada 2020 di Palangkaraya dan pada 2021 diKabupaten Seruyan.

“Anggaran untuk HPN dan UKW tahun ini di Murung Raya sekitar Rp225 juta, bersumber dari dana operasional PWI,” kata Reno, dan tentu saja dukungan moral yang besar dari pemerintah daerah Murung Raya.

Pada 2022, selain di Murung Raya, ada juga HPN tingkat provinsi yang digelar Provinsi Riau di Siak serta HPN Jawa Barat diadakan di Soreang.

HPN di Murung Raya tidak murung, melainkan meriah, dengan acara yang dipusatkan di kawasan perkantoran bupati dan acara puncak di Gedung Pertemuan Umum Tira Tangka Balang Puruk Cahu, dengan tema ”Mura Emas- Kalteng Berkah, Mewujudkan Pers Sehat di Tengah Konvergensi Media”.

“Saya amat tersanjung. Perayaan HPN Kalteng di ibukota kabupaten Murung Raya ini luar biasa. Semarak. Saya amat terkesan dan ini betul-betul saya apresiasi,” kata Atal Depari, yang namanya Haji Atal S Depari disebut berkali-kali oleh siapa pun yang memberi sambutan di atas panggung.

HPN Kalteng 2022 diadakan di Kabupaten Murung Raya, 25-26 Juli 2022.

Sebaliknya, Bupati Perdie, dengan bersemangat menjelaskan tentang program pemerintahannya, sebelum membalas pantun-pantun serta nyanyian Atal, ketika mendapat giliran naik panggung. “Ternyata suara Pak Bupati enak sekali,” kata seorang pengunjung.

“Saya amat suka HPN diadakan di Murung Raya. Saya salut dengan kerja wartawan di sini. Saya kenal dengan mereka semua. Amat saya hargai kerja sama ini,” kata Perdie, yang amat “sersan” alias serius tapi santai mengikuti berbagai kegiatan HPN.

Pada acara puncak HPN, dilakukan potong tumpeng, penampilan kesenian setempat,  penyematan / pemberian tanda penghargaan / plakat kepada beberapa tokoh, serta hiburan penyanyi dari Kalsel, berlangsung hangat dan meriah.

Kemeriahan HPN itu, menurut Ketua PWI Kalteng, Haris Sadikin, bahkan sudah berlangsung sejak Januari 2022, ketika pihaknya melakukan semacam safari jurnalistik ke beberapa tempat – termasuk ke sekolah-sekolah menenangan dan atas,

Uji Kompetensi Wartawan

Nah, ini oleh-oleh catatan perjalanan yang paling ditunggu, karena sempat beberapa saat membuat Murung Raya menjadi murung.

Bersamaan dengan HPN, diselenggarakan juga UKW Kalteng ke-17, diikuti 30 wartawan dari berbagai kabupaten di Kalteng, terdiri atas satu kelas madia (enam orang) dan sisanya empat kelas muda (24 orang), diadakan di Aula B Setdakab,Kantor Bupati Murung Raya, 25/06/2022.

Kemeriahan malam puncak HPN agak tersendat, ketika salah seorang penguji, Ratna Sari Dewi dari Kalsel, mengumumkan dari 30 orang peserta UKW, sebanyak sembilan orang belum kompeten, tiga di antaranya peserta kelas madia dan enam lainnya dari kelas muda.

“Saya sudah berusaha mengamati beberapa orang dari satu mata uji ke mata uji lainnya. Tapi akhirnya tidak bisa ditolong,” kata penguji dari Banjarmasin, Zainal Helmie, yang juga ketua PWI Provinsi Kalsel.

Setelah diamati, tiga peserta gagal di kelas madia. “Saya minta menulis feature, masak jadinya straight news, itu pun banyak kekurangannya,” kata Helmie.

Haris Sadikin, ketua PWI yang juga penguji dari Palangkaraya, juga mengeluh, karena lain yang diinstruksikan, lain pula yang dikerjakan peserta uji.  “Saya tidak minta buat berita, tapi ada yang buat berita,” kata Haris.

Secara umum, para penguji termasuk Pahit S Narottama dari Palangkaraya, sepakat berpendapat, peserta uji “malas membaca”, utamanya tentang undang-undang pers, KEJ, PPRA dan lainnya.  “Sekarang banyak wartawan yang malas membaca,” kata Ratna.

Mata uji I-1, II-1, III-1 di tingkat muda, madia dan utama – tentang UU pers, KEJ dan peraturan lainnya, memang terasa berat, padahal itu menyangkut tentang diri  mereka sebagai wartawan, — kerap disebut-sebut sebagai “roh” profesi wartawan.

“Saya sudah membacanya,” kata seorang peserta, namun tergagap dan tidak dapat menjawab ketika ditanya isi KEJ, dan ada pula yang terus terang mengatakan, “tidak pernah membaca PPRA dan tidak paham dengan hak tolak dan hak jawab.”

Jadi, pantaslah ada sembilan peserta yang gagal dalam UKW ini, satu di antaranya terlambat hadir sehingga dinyatakan mengundurkan diri.

“Sekolah kamu terakhir SMA? Apakah masih mau melanjutkan kuliah?,” ditanyakan dan ia menjawab, “Tidak. Tempat kuliah jauh dan tidak ada waktu lagi.”

Ya, kebanyakan mereka lulusan SMA, bila ingin kuliah harus ke ibukota provinsi dan itu tidak mungkin bagi mereka yang sudah bekerja.

Kilas balik peristiwa dalam kelas UKW Murung Raya 2022 ini, hanya merupakan anekdot, bukan “menghakimi” semua peserta – karena, tentu saja banyak juga yang membaca, belajar, dan memahami KEJ dan beragam aturan jurnalistik lainnya.

“Sampai saat ini perguruan tinggi di Murung Raya belum opereasional, karena terkendala izin. Padahal bangunan politekniknya serta rumah dinas dosennya sudah ada sejak 2013. Jadi untuk membangun universitasnya masih dalam perjuangan,” kata Ketua PWI Murung Raya, Reno, S.Kom, M.I.Kom, ketika meyinggung tentang sarana pendidikan di daerahnya.

Sementara para peserta UKW Kalteng itu sudah amat serius dengan profesi mereka dan umumnya amat jitu dalam mata uji jejaring.  “Saya mantap menekuni profesi wartawan, Pak. Saya tak akan beralih profesi,” kata seorang peserta, yang mengaku berangkat bersama beberapa temannya dari salah satu kabupaten, dengan dilepas khusus oleh bupatinya.

Khusus di Murung Raya, ada berapa wartawan?

“Wartawan yang tergabung di PWI ada 12 orang, di IJTI empat orang, PWRI satu orang. Selebihnya wartawan tabloid bulanan sekitar 10 orang,” kata Reno.

Haris Sadikin mengatakan, hingga kini anggota PWI Kalteng mencapai 360 orang, belum termasuk anggota muda sekitar 75 orang. “Proses penambahan keanggotaan syarat mutlak melalui orientasi dan UKW,” kata Haris.

“Setiap wartawan dituntut bisa lebih proporsional dan profesional. Tolak ukur seorang wartawan dikatakan profesional, ketika sudah lulus melalui tahap UKW,” kata Atal  Ketika membuka UKW di HPN Kalteng.

Sedangkan Bupati Perdie menyatakan, melalui kegiatan UKW, diharapkan melahirkan sumber daya manusia insan pers yang berkompeten dan mampu menjalankan tugas jurnalistik secara lebih profesional.

Nah, bagaimana lagi usaha untuk meningkatkan SDM para insan pers itu?  Kendati ini anekdot, tapi serius, sepertinya PWI-PWI dengan perpanjangan tangannya (PWI kabupaten/kota) selayaknya secara ajeg melakukan serasehan dan pencerahan “jemput bola” melalui bidang pendidikan masing-masing.

Selama tiga hari tiga malam berada di Murung Raya, – salah satu dari 514 kabupaten yang ada di 34 provinsi Indonesia,- terasa “refreshing” fisik dan pikir, dan yang jelas tiada orang murung, semua wajah memancarkan sinar gembira ria.  (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru