Indramayu dikenal sebagai kota penghasil mangga dan terasi, tapi jangan salah, di kota kabupaten itu ada tempat bersejarah, berupa bangunan berisi benda peninggalan masa lalu yang amat tinggi nilainya.
Tempat itu adalah Museum Bandar Cimanuk, dikenal dengan sebutan MBC, dikukuhkan pada 12 Oktober 2015 atas inisiasi komunitas penggiat sejarah, cagar budaya dan museum.
Lokasi museum itu berada di pusat Kota Indramayu, tepatnya di kawasan Kota Toea Indramajoe Jl. Veteran Indramayu – dahulu kala disebut Jalan Tjimanoek, karena kawasan ini merupakan jejak Pelabuhan Cimanuk pada Abad 16.
Museum bersejarah di Jalan Veteran itu lokasinya sekitar 100 meter dari Alun-Alun Kabupaten Indramayu dan berdekatan dengan Sungai Cimanuk, yang menjadi salah satu ikon daerah itu.
Gedung Museum Bandar Cimanuk sebagai eks Gedung Djawatan Penerangan 1890, merupakan salah satu bangunan bersejarah di Kabupaten Indramayu.

Koleksi museum berasal dari Yayasan Indramayu Historia Indonesia sebagai pendiri museum. Sebagian berasal dari masyarakat berupa dokumentasi foto lama, naskah kuno, pusaka dan benda – benda seni yang berhubungan dengan berdirinya Kota Indramayu.
Ketika berkujung ke museum itu, Kamis (30/10/2025), bertemu dengan Ibu Budi MBC – pengelola museum itu bersama suaminya, Nang Sadewo. Mereka ini merupakan tokoh cikal bakal berdirinya museum, yang sebelumnya menyimpan benda-benda berharga itu di rumah mereka. Mereka mengelola museum itu atas nama Yayasan Indramayu Historia Foundation dan Nang Sadewo sebagai ketuanya.
“Museum ini kita deklarasikan pada 2015, kemudian kita usulkan ke Pemkab Indramayu pada 2018 supaya bangunan eks Jawatan Penerangan yang semula milik pribadi dibeli oleh Pemkab dan pada 2020 Museum Bandar Cimanuk akhirnya berdiri,” kata Bu Budi, sembari menemani berkeliling menjelaskan hikayat berbagai benda peninggalan sejarah itu.

“Nah, jadi jelasnya, pendiri museum ini adalah kita-kita pecinta seni budaya. Di antaranya saya, suami saya, Pak Dartin Yuda. Kepala museumnya sekarang Nang Sadewo dan saya pengelola. Museum ini di bawah pengelolaan Yayasan Indramayu Historia Indonesia yang diketuai Nang Sadewo. Saya di Yayasan sebagai Pembina,” kata Bu Budi.
“Peninggalan bersejarah ini kita kumpulkan dari berbagai tempat bahkan ada yang dari museum di luar negeri,” kata Ibu Budi, yang pernah sekolah seni di ASTI Bandung, yang kini berubah menjadi ISBI.
Ibu Budi menjelaskan, setelah bangunan museum dan lahan itu dibeli Pemkab Indramayu, ia bersama suaminya merawatnya. “Kami membayar air, listrik dan kebutuhan lain bangunan dan isi museum ini,” katanya, dengan mengatakan, luas lahan museum sekitar 2.200 m dan luas bangunan kurang lebih 250-300 meter.
“Di bagian belakangang bangunan museum ini sudah kita bangun Ranggon Cimanuk untuk tempat ngumpul-ngumpul bila ada kegiatan,” ujar Bu Budi.
Ia menjelaskan, pengunjung museum itu umumnya pribadi atau kelompok khusus. “Artinya, orang yang memiliki rasa seni dan pengen tahu tentang peninggalan masa lalu, khususnya tentang peninggalan masa lalu Indramayu, baik sejarah mau pun budayanya. Kemudian kelompok-kelompok anak sekolah. Jadi yang datang dalam bentuk kelompok atau tim,” kata Bu Budi, yang ramah dan berkali-kali menawarkan diri untuk memotret kami yang berkunjung.
Beragam warisan budaya
Museum Bandar Cimanuk merupakan salah satu saksi perjalanan panjang sejarah Indramayu, menampilkan ratusan koleksi benda bersejarah dari berbagai periode.

Pengunjung dapat menyaksikan benda peninggalan sejarah dari zaman Hindu-Buddha, masa kolonial, hingga era kemerdekaan Indonesia. Benda-benda yang dipamerkan meliputi artefak tradisional yang dulu digunakan masyarakat setempat, sehingga memberikan gambaran kehidupan masa lampau.
Museum ini terdiri dari lima ruangan utama yang masing-masing memiliki fokus berbeda. Salah satu ruangan menyimpan naskah kuno, benda pusaka dan foto bersejarah, yang mencatat perjalanan para Bupati Indramayu dari masa ke masa.
Pengunjung juga dapat melihat berbagai karya seni tradisional yang menampilkan kekayaan budaya Indramayu, termasuk topeng Mimi Rasinah, pencetus Tari Topeng yang legendaris.
Di bagian luar museum, terdapat benda-benda ikonik seperti Pedati Ki Jaga Muara, yang merupakan alat transportasi tradisional pada 1930-an. Selain itu, museum ini juga memiliki koleksi becak tua dan sepeda ontel, yang menambah nuansa nostalgia bagi pengunjung.
Setiap ruangan di museum ini dirancang untuk memaparkan jejak peradaban yang pernah ada di wilayah ini. Fasilitas tambahan selain Ranggon Cimanuk di belakang bangunan museum, di sebelah museum tersedia pula kafe bagi pengunjung yang ingin melepas penat setelah berkeliling dalam museum.
Ibu Budi mengatakan, museum itu beroperasi setiap hari Selasa hingga Minggu, dengan jam operasional mulai pukul 08.00 hingga 17.00.

Nang Sadewo dalam keterangan kepada media massa beberapa waktu lalu mengatakan, Museum Bandar Cimanuk tak hanya menyajikan koleksi sejarah, tetapi juga membawa pengunjung bernostalgia ke masa lalu melalui berbagai artefak dan fasilitas yang ditawarkan.
“Sebagai saksi bisu perjalanan sejarah Indramayu, museum ini adalah tempat yang wajib dikunjungi bagi siapa pun yang ingin mengenal lebih dekat jejak peradaban Indramayu dari waktu ke waktu,” kata Sadewo, yang hobi memotret.
Nang Sadewo menuturkan, sejak duduk di bangku SMP, ia sudah menyukai soal sejarah. Awalnya, ia sering hunting foto bangunan-bangunan tua.

“Hingga kemudian saya terpikir untuk mengumpulkan berbagai benda bersejarah yang ada di Kabupaten Indramayu, seperti foto-foto bangunan bersejarah, pedati, peralatan nelayan zaman dahulu, peralatan petani tradisional, dan masih banyak lagi,” jelasnya, dengan menambahkan, “Termasuk naskah-naskah kuno bertuliskan aksara Arab pegon dan Jawa kuno yang berhasil saya kumpulkan.”
Pada 12 Oktober 2025, museum itu baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-10 dan berdirinya bertepatan dengan Hari Museum Indonesia.
“Museum ini sudah terdaftar dalam anggota Asosiasi Museum Daerah Jawa Barat dan Asosiasi Museum Indonesia,” kata Bu Budi. “Dan pihak museum pun pernah mengadakan kegiatan workshop pengenalan naskah kuno, kegiatan tersebut bekerja sama dengan Yayasan Museum Konferensi Asia Afrika.”

Nah, Indramayu, tidak hanya dikenal dengan mangganya yang manis serta terasi yang harum menimbulkan selera makan, tapi juga kondang dengan ikon Museum Bandar Cimanuk (MBC) yang menyimpan sejarah purbakala – yang amat berguna bagi generasi penerus perjalanan estafet anak bangsa. (arl)
