Tuesday, March 19, 2024
Home > Cerita > In Memoriam – Helmy Sungkar telah tiada,   Catatan A.R. Loebis

In Memoriam – Helmy Sungkar telah tiada,   Catatan A.R. Loebis

Helmy Sungkar.

Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Dari ratusan pebalap seangkatannya, hanya ia sendiri yang loyal menekuni hobi adu kecepatan di lintasan balap dan sampai usianya memasuki kepala lima, ia semakin getol kendati tidak lagi untuk injak gas, melainkan menyelenggarakan perlombaan.

Sejak di penghujung tahun 80-an, ia sudah amat sibuk, apalagi ketika aktif  sebagai ketua Bidang Organisasi PP IMI di awal tahun 1990.

Tak mengherankan kalau di awal 90-an itu, suatu hari ia ada di Bukittinggi, besok sudah muncul di Ujungpandang, dua hari kemudian mengadakan temu pers di Solo dan beberapa hari kemudian sudah berada di Mataram melantik Pengda IMI, mewakili ketua umum organisasi otomotif nasional itu.

Dengan vitalitas tinggi, kejadian seperti itu pun masih dialaminya hingga memasuki tahun 2000-an.  Ia bergerak terus dari satu tempat ke tempat lain, karena acaranya penuh dari satu daerah ke daerah lain.

Manusia yang ekstra sibuk dan punya kegiatan segudang itu adalah Helmy Sungkar.

Ia putera pertama dari empat bersaudara, yang dilahirkan di Jakarta, 17 April 1952. Ia amat terkenal dengan perusahaan Trendipromo Mandira, yang didirikannya pada 1990.

Nama itu diambil dari penggalan produk mobil Mazda 323 Trendynamic, ketika baru memasuku pasar di Indonesia dan nama perusahaannya itu sudah menyatu dengan berbagai kegiatan lomba otomotif di Tanah Air, mulai dari reli mobil (speed), reli sprint, motokros, slalom test, road race dan karting.

Nah, pada 1969, Helmy sudah mengikuti “Bhayangkara Rally” yang dipromotori Markas Besar Angkatan Kepolisian dan pelaksana IPMD.  Ia berpasangan dengan Farouk Sungkar.  Sejak itu ia mengikuti berbagai kegiatan lomba,  khususnya kendaraan roda empat.

Helmy berpasangan dengan Kun Mawira yang akhirnya menjadi iparnya, tampil sebagai juara kedua dalam Reli Jaya-Bali IPMJ 1973 dan juara pertama Reli Agip Sint 2000 IPMJ pada 1975 dan 1976.

Dalam kegiatan reli itu, ia bekenalan dengan Ria Sungkar yang akhirnya menjadi pendamping hidupnya.

Perkawinan kedua insan itu merupakan perkawinan keluarga otomotif. Ria juga merupakan pereli, demikian pula dengan orangtua Ria, S. Gondokoesoemoe, sedangkan tiga adik laki-lakinya, Aldi, Dian dan Haris, juga merupakan pebalap.

Adik kandung Helmy, Faryd Sungkar, juga pebalap dan navigator nasional dan mengikuti jejak Helmy sebagai promotor balap, yang juga diikuti saudara kandung Faryd, Jamal Sungkar.

Putera Helmy, Rifat dan Rizal Sungkar, menjadi pereli dan juara nasional. Mereka pun berkiprah dalam perlombaan internasional.  Kini, cucunya pun,  Zavier Sungkar, putera Rizal Sungkar,  sudah terjun dalam balapan karting.

Apa rahasia sukses Helmy Sungkar?

“Sebagai promotor, motto saya, jaga kepercayaan dan berikan yang terbaik kepada orang atau perusahaan yang membantu kita. Karena mereka berhak mendapatkan imbalan yang wajar.”  Itu jawabannya beberapa tahun lalu.

Maka tidak heran, Helmy selalu jor-joran dalam mempromosikan acaranya. Ia pernah mengiklankan acara lomba lewat 13 bioskop, siaran berkesinambungan pada tujuh radio swasta.

Ia pun menyebar leaflet hingga 80.000 lembar, memasang spanduk di tengah dan pinggiran kota serta berita dan iklan pada 20 lebih media cetak dan elektronik.

Ia pun membawa sekitar 150 personel yang membantu menyelenggarakan lomba di daerah, penjual tikel sebanyak 80 orang dan petugas keamanan mencapai 200 orang.

Tokoh yang dikenal amata supel dan sederhana itu – pernah menjabat ketua umum IPMJ pada 1994 – selalu terjun langsung mengawasi dan memberi perintah mulai dari tingkatan paling atas sampai bawah, namun ia tak segan-segan ikut mengangkuti meja dan peralatan lain yang dibutuhkan di lapangan.

Pada 1990. Helmy pernah memiliki acara lomba lebih dari 20 kali, baik jenis motokros, reli sprint, slalom test, reli kecepatan (speed) yang yang lain.

Mantan pereli Poedio Oetojo pernah mengatakan,  seharusnya Helmy memiliki rekor dunia, karena pernah sepanjang tahun (1990) menjadi pemimpin perlombaan. Tidak mengherankan bila dalam minggu yang sama, Helmy pernah memiliki dua acara di tempat berbeda.

Ternyata ia pun mampu menyelenggarakan perlombaan tanpa harus hadir secara fisik di tempat perlombaan itu.

Ketika menekuni hobinya itu, sekitar 1972, Helmy pernah tidak disapa selama tiga bulan oleh ayahnya, karena ia begitu keranjingan ikut reli mobil. Ternyata hobinya itu sudah menjadi pilihan profesi dan mendarah-daging dalam hidupnya sehari-hari.

Helmy pulang

Para pelaku dan penggemar olahraga bermotor di Tanah Air, pasti merasa kehilangan, karena Helmy lama menghilang, karena sakit dan harus berdiam diri di rumah sakit dan di rumahnya.

Keluarga dan sahabat semakin merasa kehilangan, karena Selasa pagi (24/11/20), ia meninggalkan kita semua di alam fana ini.

Helmy pulang ke haribaanNya, meninggalkan ribuan kenangan bagi siapa saja pecinta olahraga otomotif, tentu saja bagi semua insan media peliput olah raga – teman karibnya sepanjang masa.

Tokoh otomotif yang tiada duanya ini, meninggalkan seorang istri, Ria Sungkar, tiga orang anak, Rifat Sungkar, Rizal Sungkar, dan Halina “Fira” Syafira serta tujuh cucu.

Ketika berkunjung ke rumahnya pada 11 Januari 2016,  saat ia sudah mulai sakit-sakitan, penulis menanyakan :

“Apa yang Pak Helmy rasakan sekarang di saat tidak ada lagi kegiatan?”

“Saya lebih banyak bersyukur kepada Yang Maha Kuasa. Ia memberi usia lebih pada saya. Padahal saya sudah empat kali masuk rumah sakit. Ketika itu saya merasa sudah akan pergi,” katanya.

Kini Helmy Sungkar sudah pergi.  Selamat jalan menuju haribaan Allah SWT. (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru