Malam ini aku ingin membaca berbagai tulisan yang ada pada diriku
Tulisan pada kaki, telinga, mata, hidung, kulit
bahkan yang tertera pada jari tangan dan kakiku.
Aku ingin memasuki perpustakaan usang yang ada dalam rongga dadaku
Mencari tulisan yang ada pada jantung, limpa, paru-paru, usus,
bahkan otak dan semua organ dalam tubuhku.
Malam ini aku ingin membaca berbagai tulisan yang ada pada diriku
Untuk memulai membaca diri, aku harus keluar dari diriku
Kupilih duduk di pojok ruangan lebar itu
Ada sajadah terbentang, aku sudah tidak sabar..
kubenarkan arah i’tikaf
duduk bersila tangan di atas kedua paha
aku meraba-raba untuk memulai dari mana
tapi alat pikirku terbata-bata
karena tulisan sudah semrawut banyak yang kehilangan makna
padahal aku belum keluar dari diriku
Ah, malam ini,
aku ingin membaca berbagai tulisan yang ada dalam diri
tapi aku harus keluar dari diri sendiri
ini sudah pernah kucoba, tapi aku putus asa
karena ketika kubuka jendela hati
tak ada tampak kata-kata, bagaimana mau mengeja?
Aku menyaksikan kepalaku terkulai, tangan masih di atas paha
Oh ternyata aku sudah berada di luar
Kulihat tarikan nafas di dada, berarti aku masih ada
Kutebar padang ke sekeliling, banyak suara seolah berdengung
Orang-orang seperti sedang bersenandung, iramanya indah nian
Kupandangi diriku
Sosok tua kepala memutih otot seperti daging bergelantungan
Aku ingin melihat wajah yang menunduk
Kuraba ingin kutegakkan, tapi
Jemariku seperti tidak menyentuh apa-apa
Seolah memegang asap atau kabut
Ah aku mengasihani aku yang tidak berdaya
Aku ingin mengaca tapi tiada cermin
Aku seperti melayang, entah bagaimana caranya membaca diri
Aku menyaksikan kepala terkulai, tangan masih di atas paha
Aku pun bersikap demikian, bedanya kepalaku tegak mengawasi aku
Tapi tiada tulisan, tiada kata yang tersusun, hanya hurup dan angka
yang berserakan tak teratur
di kaki, tangan, kulit dan seluruh aorta tubuh yang ada di depanku
tak ubahnya cacing dan belatung
ada yang melompat ada yang saling tindih
ada apa dengan aku?
Jangan-jangan tubuh yang di depanku bukan aku
Aku menyaksikan aku kepala terkulai, tangan masih di atas paha
Huruf, angka dan morfem meloncat-loncat tak mau membentuk kata
Tak ada bentuk tulisan, bagaimana aku mau merangkai kata?
Aku mengamati semua anggota tubuhku
Tak ada bacaan tentang yang sudah dilakukan mereka selama ini
Tapi pada beberapa bagian anggota badan ada semacam percikan api
Serta bulir putih seperti mata air
Tiba-tiba aku merasa khawatir
Apakah nanti bisa menjawab pertanyaan: Marobbuka?
Karena ku tak melihat bacaan pada anggota tubuhku
Bagaimana mereka menjawab
semua tanya tentang perbuatan mereka?
Ah, mungkin aku tak perlu merangkum tulisan
Karena sudah tertera semua di dua buku tebal
Tentang buruk baik, yang ditenteng petugasnya kemana-mana
Tugasku adalah mencari aku
Yang fitrah semata-mata
Karena ini semua,
Sebenarnya sudah merangkum tulisan
Semua anak manusia
Saat semilir udara subuh menerpa kulit
Aku sudah berada dalam diriku sendiri
Aku merasa seperti lahat
Yang kelak ditimbun dengan kata-kata
Tentang perjalanan hidupku
Sendiri,
selama ini.
Ya Allah.
oOo
(Jakarta – Hari ke-25 Ramadhan 1439 H)