Menata letak perabotan di ruang tamu
melap-lap debu yang sebenarnya tak perlu
karena tak berbekas
Ia sebenarnya memandang rindu sudah tak jauh di depan
Suaranya mendayu hatinya bergelora
Mengingat menara tinggi yang terpacak
Setiap waktu memandangnya lalu-lalang
semua momen perjalanan waktu
Sekat kehidupan yang ditata tertata
Hingga usai menuliskan kata bermakna
Yang berirama dan bertempo
Menjelang rindu
Waktu tak tertahankan
Seakan berlari berdegup-degap di relung mata
Berdetak-detik suaranya dalam dada
bermain-main di denyut nadi
Karena rindu sudah menanti
Meminta tamunya segera menjelang
Cat langit itu pasti mengikat
Karena ia menambat ingatan
Angin mendeburkan suara
Suara mendebarkan menyusup ke dalam telinga
Sehingga ia terpana tiba-tiba
Jemarinya gemetar walau belum faham tanda-tanda
Dedaunan seperti noktah hijau melambai-lambai
Seolah mengucapkan selamat tinggal
Kepada pepohonan yang ber-mimikri
Seperti kapur putih warnanya
Ah, seandainya senja jangan terlalu cepat tiba
Pasti malam menyimpan gulita
Rembulan pun enggan mengeluarkan cahaya
Sehingga daun dan pohon sempat berkata-kata
Tentang cahaya senja yang amat menambat hatinya
Inilah ode tentang menjelang rindu
Yang terpacak di gedung tinggi
Yang terpendam di dasar hati
Yang membengkokkan tradisi dan kontradiksi
Nantikan ia,
Yang sedang menjelang rindu.
oOo
Clayton, Melbourne, 28052019
arloebis.com