“Tamu” itu pergi
Sebentar lagi “tamu” itu akan pergi
entah apa yang sudah kusuguhkan kepadanya
tapi sebaliknya, begitu banyak makanan yang diantarkannya kepadaku
di atas meja santap
di dalam relung hati
di kolam rindu jiwa
entahlah sajadah itu apakah memberi kabar
entah kenapa aku begitu cemas jangan-jangan aku hanya lapar dan dahaga
karena tak mampu
tak kuasa
tak menyiapkan waktu
hanya menyisakan masa
sehingga sukma terasa seperti lorong-lorong kopong
mengapa rasa ini mengejawentah di hari-hari akhir
padahal zat yang menciptakanku membangga-banggakanku
pada malaikat yang turun ke bumi menancapkan kain hijau di atas rumah sang Pencipta.
apakah ia akan datang ke rumahku
ke inti paling dalam dari kehidupan
membuka halaman-halaman semua tarikan nafas
selama dua puluh dua ribu sembilan sembilan puluh lima hari
menggarisbawahi semua kesombongan dan kenistaan
meletakkannya kelak pada timbangan penentuan
mengapa aku kita tak menyadari juga
padahal “tamu” itu datang untuk membasuh noda kotoran dunia
ah..dia sudah bersiap-siap akan pergi
sesaat lagi ia akan memunggungi
selamat jalan datanglah lagi tahun depan
aku tetap menanti
tapi..apakah kita akan bertemu lagi?
Ramadanku?
***
a.r. loebis – jkt. 03 Juli 2016.