Kopi Dalam Sepatu Cerpen Hendry Ch Bangun
Kau mungkin heran, ada apa dengan kopi hingga dia harus dimasukkan ke dalam sepatu. Atau sebaliknya ada apa dengan sepatu sehingga di dalamnya harus ada kopi. (more…)
Read MoreKategori Cerpen
Kau mungkin heran, ada apa dengan kopi hingga dia harus dimasukkan ke dalam sepatu. Atau sebaliknya ada apa dengan sepatu sehingga di dalamnya harus ada kopi. (more…)
Read MoreIbu Oleh: Djunaedi Tjunti Agus Rasanya baru terjadi kemarin. Kadang tangan masih kerap reflek mengusap pipi, menghapus air mata yang sudah tidak ada. Lebaran Idul Adha lalu entah kenapa terasa lain, begitu takbir berkumandang bagda maghrib, usai berbuka puasa sunnah Arafah, serasa ada yang hilang. Esok paginya ketika siap-siap shalat di lapangan serba
Read MoreDua puluh tahun lebih Ibrahim menggunakan kendaraan pribadi untuk ke kantor. Tahun 1990an, sudah ada macet sedikit-sedikit tetapi dia menikmati saja jalan raya dari rumahnya di kawasan Ciputat ke kantor di tengah kota. Hampir tidak ada pilihan memang. Pernah dia mencoba naik angkutan kota, mikrolet, tetapi sungguh dia merasa tidak
Read MorePARMITU amat heran, mengapa orang tuanya menamai Parmitu. Ketika ia mulai bergaul dengan orang-orang dari seberang semasa SMA, ia baru paham arti Parmitu itu kira-kira “parminum tuak”. Orang-orang yang minum tuak di lapo (warung) tuak. Tuak adalah hasil fermentasi air nira yang sulingannya menjadi beralkohol dan masuk jenis minuman keras.
Read MoreLagu “Bung Dimana” ciptaan Iskandar dalam irama keroncong yang terdengar lamat-lamat dari rumah tetangga melambungkan kenangan Rudy ke masa yang jauh di belakang. Ya dimana kalian sekarang? Sekian banyak wajah teman-temannya tiba-tiba menyeruak satu persatu. Teman-teman ketika sekolah dasar, ketika menginjak masa remaja di SMP-SMA, dan mereka yang menjalani masa-masa kuliah
Read MoreNAMANYA Sanusi. Tubuhnya kerempeng, rambut gondrong awut-awutan dan penampilannya nyaris kumel. Itu sekitar 25 tahun lalu. Tapi kini rambutnya klimis, penampilannya trendi dan badannya agak gemuk. Ya, sudah hampir separuh usiaku kami tidak bertemu. Sejak aku hijrah ke Jakarta, kami pun tak pernah lagi bertemu muka. Suatu siang ia bertamu
Read MoreDonny tiba-tiba merasa Selasa itulah hari yang paling penuh berkah sepanjang hidupnya. Hari dimana dia mendapatkan cinta secara luar biasa. Tak terduga. Tak terjelaskan. Tak terbayangkan. Bahkan sampai beberapa waktu ia seperti tidak percaya. Seperti dalam cerita, dia gigit jarinya. Sakit. Bukan mimpi. Tak lama kemudian dia mandi. Kepalanya dia
Read More"Kita adalah sepasang sepatu, selalu bersama tapi tak bisa bersatu..." sebuah lagu dari Tulus dengan judul Sepatu ini, melantun di radio pada mobil Andara. Aku yang mendengar lagu ini, hanya bisa menghela nafas. Sementara Andara, ia hanya bisa tersenyum simpul melihat sikapku sambil menyetir menuju makam almarhum orang tua kami.
Read MoreHerry ingat peristiwa beberapa bulan lalu. Saat itu dia celingukan di depan kios Starbuck yang berada di kanan pintu luar bandar udara Changi. Mencari Dessy yang tiga jam sebelumnya sudah berjanji akan menunggunya di bangku sekitar tempat ngopi modern itu. "Mungkin dia belum sampai," pikir Herry, meski logikanya mengatakan itu hampir
Read MorePENDOPO berbentuk payung itu seperti jadi ruang peristirahatan pribadi bagiku. Aku suka menghabiskan waktu di sana sehabis lelah mengerjakan sesuatu di office, ruang kerja tak jauh dari perpustakaan universitas. Sejuk karena dikelilingi pohon yang rimbun. Angin selalu bertiup dari berbagai sudut. Di hadapan, ada danau buatan, dengan teratai dan dedaunan hijau
Read MoreMei Lie, Cerpen Djunaedi Tjunti Agus "Saya orang China, tapi jiwa saya Indonesia," kata wanita yang ada di depanku sambil mengulurkan tangan, sesuatu yang tak diduga. "Nama saya Mei Lie, tapi teman-teman mengenal saya dengan nama Meysa," tuturnya lagi. Benar-benar tak disangka, karena sebelumnya dalam beberapa kali pertemuan tidak sengaja, gadis itu terkesan
Read MoreTikus Got Cerpen:Djunaedi Tjunti Agus Matanya masih terpaku ke layar kaca. Nanar, bingung bercampur marah. Namun pikiran entah sudah di mana, menerawang dari satu wajah ke wajah lainnya, dari rumah yang satu ke rumah lainnya, dan dari gedung yang satu ke gedung lain. Bahkan dari satu kota berpindah ke kota lain. "Aaaahhh!" Dia
Read MoreJangan Panggil Aku Haji Cerpen Djunaedi Tjunti Agus Keinginan melengkapi diri dengan gelar bergengsi segera terwujud. Saya termasuk diantara 200 ribu lebih orang Indonesia yang akan menunaikan ibadah haji. Beberapa bulan lagi menyandang gelar haji, melengkapi gelar kesarjanaan. "Inilah saya. Apa sih yang tak dapat diraih. Apa yang tak dapat dilakukan?," saya berguman,
Read MoreBermuka Dua Cerpen: Djunaedi Tjunti Agus Munaf tiba-tiba saja merasa ada yang aneh. Kepalanya, di bagian belakang, bergerak-gerak. Kemudian seperti ada yang tumbuh. Untuk memastikan apa yang terjadi dia mengangkat tangan dan merabakan telapak tangannya ke kepala bagian belakangnya. Dia kaget bukan kepalang. Munaf merasakan di kepala bagian belakangnya tak ada lagi
Read MoreRAMBUTNYA sudah mengggapai-gapai bahu. Brewoknya meranggas, sebagian sudah memutih. Bila kaca mata minusnya dibuka, kelihatan relung matanya, cekung. Bila ia tertawa atau menyeringai, kelihatan pangkal dan sela-sela giginya menghitam. Mungkin kebanyakan menghirup nikotin. Rokok seperti tak putus-putusnya tergantung dibibirnya. Malam itu, jemari kedua tangannya terus bermain diatas keyboard komputernya yang
Read MoreBangunan itu sudah menjulang tinggi seperti menembus langit tetapi belum selesai. Ceceran semen, tertinggal di sana-sini. Onggokan besi, beton, menghiasi kompleks di dalam pagar. Isyarat istirahat siang baru saja berbunyi, ratusan pekerja meninggalkan kesibukan untuk sekitar satu jam. Semua bergerak ke warung tempat mereka bisa berhenti sejenak, menyantap makanan, menghilangkan
Read MoreLayang-layang Putus, Cerpen Djunaedi Tjunti Agus Pada wajahnya sama sekali tidak terlihat perubahan. Pembawaannya yang tenang membuat lelaki ini di mata banyak orang masih seperti dulu. Bahkan keluarganya sendiri-istri dan anak-anaknya-tidak melihat ada tanda-tanda kerisauan di dalam diri lelaki itu, meski dia baru saja memasuki masa pensiun di perusahaan tempatnya bekerja. Sebenarnya
Read MoreBaju Kurung Cerpen: Djunaedi Tjunti Agus Sudah dua hari ini saya mondar mandir di Stasiun Pudu, stasiun kereta monorail Kuala Lumpur, Malaysia. Rasanya otak ini tak bisa berpikir, apa yang harus dilakukan selain mondar-mandir dari Hotel Puduraya ke Stasiun Monorail Pudu, meski hari ini sudah yang keempat kalinya bolak balik antara dua tempat itu. Berdiri
Read MoreHallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru