Friday, March 29, 2024
Home > Nusantara > Politisi Santun

Politisi Santun

KEHADIRAN artis, seniman, atau mereka yang berkecimpung di bidang seni di dunia politik bukan hal baru. Ketika negeri ini berada di bawah kekuasaan Orde Baru, ketika Presiden Soeharto berkuasa, beberapa artis sudah ada yang berkantor di gedung wakil rakyat, DPR-RI Senayan. Apalagi setelah era reformasi mengakhiri kejayaan Pak Harto, makin banyak  artis yang menjadi anggota DPR.

Namun dari sejumlah wakil rakyat berlatar belakang artis  hanya sebagian kecil saja yang  mampu menjalankan fungsi, yakni fungsi legislasi, fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan sebagai anggota DPR.  Salah satu diantaranya adalah Tantowi, pelaku seni yang terjun ke politik.

Sementara di sisi lain, lebih banyak artis hanya menjadi pajangan bagi partai-partai tempat mereka bergabung. Terlebih saat menjelang menghadapi pemilihan umum, artis yang menjadi calon legislatif (caleg) tak lain hanya dimanfaatkan untuk menarik suara dengan modal kepopuleran. Bahkan tak heran bila seseorang artis baru diketahui adalah juga anggota DPR  setelah mendapat sorotan medua karena dia bermasalah.

Tidak begitu dengan Tantowi. Putra   pasangan HM Yahya Matusin dan Hj Komariah Yahya yang  terpilih sebagai anggota DPR pada pemilihan umum tahun 2009 dari daerah pemilihan Sumatera Selatan II, mampu menempatkan diri sebagai anggota DPR, juga sebagai kader partai yang menaunginya, Golkar. Meski begitu, untuk menjadi wakil rakyat kepopuleran saja ternyata tidak cukup, dia harus pula mengeluarkan  Rp 800 juta

Tantowi cukup menonjol sebagai  anggota DPR,  apalagi di partainya. Karena itu tak heran dia dipilih sebagai salah satu Wakil Sekretaris Jenderal Partai Golkar. Sebagai pengurus partai, anggota Komisi I DPR ini dikenal cukup gigih membela Partai Golkar, juga ketua umumnya Abrurizal Bakrie. Namun semua itu dia lakukan dengan santun.

Kakak kandung Helmy Yahya, yang juga seorang pembawawa acara (MC) seperti Tantowi, kerap maju membantah tudingan miring terhadap partai berlambang pohon beringin itu, baik terkait masalah keuangan, juga soal dukungan terhadap Aburizal yang maju sebagai calon presiden. Karena itu Tantowi selain dikenal sebagai politisi santun, juga pantas disebut sebagai politisi loyal.

Tidak heran bila untuk Pemilu 2014 wong kito kelahiran 29 Oktober 1960 di Palembang, Sumatera Selatan ini kembali diacalonkan oleh Golkar sebagai caleg. Tetapi kali ini dia tidak lagi ditempatkan di dapil Sumsel, namun di Dapil DKI Jakarta III (Jakarta Barat, Jakarta Utara, Kepulauan Seribu) yang dikenal sebagai dapil berat.

Pembacara acara televisi terkemuka, serta ikon musik contry ini,  dinilai petinggi partainya mampu meraih salah satu kursi diantara 8 kursi yang diperebutkan di dapin DKI III, meski dia harus bersaing dengan sejumlah politikus berpengalaman sekelas Marzuki Alie dari Demokrat yang kini menduduki posisi Ketua DPR, Effendi MS Simbolan (PDIP), Adang Daradjatun (PKS), bahkan juga  dengan salah satu artis, Jane Shalimar dari Nasdem.

Seperti ditulis Wikipedia,  bagi lulusan Akademi Perhotelan Yogyakarta ini oleh banyak partai caleg artis memang dianggap lebih menjual ketimbang partai itu sendiri.  Artis memiliki modal popular untuk mengangkat  elektabilitas  partai. Namun bagi dia, kemampuan berpolitik tetap saja hal utama untuk bisa terpilih sebagai wakil rakyat.  Apalagi kali ini  bersaing di dapil berat.

“DKI Jakarta merupakan daerah pemilihan yang cukup berat karena pemilihnya sangat kritis,” tutur Tantowi dalam suatu kesempatan. Namun karena penetapannya di DKI III merupakan penugasan dari partai dalam upaya mendongkrak perolehan suara, maka mantan salah seorang pejabat penting (Promotion Manager) di perusahaat pita kaset BASF itu berjanji akan berusaha menaksimal.

Bahkan pemilik salah satu productions house (PH) terkemuka tersebut juga telah mentargetkan sejumlah dana untuk kepentingan maju sebagai caleg di Jakarta. Setidaknya dia  menganggarkan dana Rp 800 juta, sama ketika maju ke Sumatera Selatan. Tantowi yang memiliki keahlian di bidang seni, lengkap dengan sejumlah penghargaan, optimis tugas partai padanya di Pemilu 2014 bisa jadi kenyataan.

Bagi suami Dewi Handayani  dan ayah dari Muhammad Adjani Prasanna Yahya (lahir 11 April 2001), kesuksesan yang diperolehnya sejauh ini bukan semata karena kepandaian atau gelar akademis, akan tetapi kesuksesan diperoleh karena kemampuannya menjalin hubungan dan komuniklasi dengan masyarakat. Kemampuan itu pula yang akan dia andalkan untuk mengambil hati pemilih di dapil DKI Jakarta III.***janet

kumpulkankawanlama@yahoo.com

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru