Tuesday, March 19, 2024
Home > Cerita > Pak Lurah, Cerpen Djunaedi Tjunti Agus

Pak Lurah, Cerpen Djunaedi Tjunti Agus

Pak Lurah

Cerpen: Djunaedi Tjunti Agus

“Ya, kapan lagi jika bukan sekarang. Kesempatan untuk nyenangin istri, anak-anak, cucu, dan diri sendiri,” kata Pak Lurah Samiun, menyanggah saran salah seorang penasehatnya di kelurahan, yakni Saudara Afif.

“Jabatan saya kan sudah akan berakhir, tidak akan diperpanjang lagi. Kapan lagi saya menyenangkan keluarga? Toh yang saya lakukan dalam batas kewajaran. Tidak merugikan siapa-siapa.”

Jika sudah bicara begitu sulit menyanggah Pak Lurah Samiun.

Masa jabatan Samiun sebagai lurah tinggal tersisa satu setegah tahun. Akhir-akhir ini dia rajin ke liling di wilayah kekuasaannya, meski yang dihadiri hanya acara ecek-ecek yang biasanya cukup diwakili para bawahannya.

Kegiatannya itu rupanya memiliki maksud khusus, ingin dihormati setiap melakukan kunjungan. Pada awal tahun ini dia memutuskan  kelurahan harus membeli kendaraan khusus untuk dinas lurah, mobil mewah keluaran merk terkenal. Dengan mobil tersebut dia merasa terhormat dan gagah. Apalagi dia membuat aturan baru, setiap hendak berangkat dengan mobil itu harus ada yang memberi hormat di kiri kanan mobil. Begitu juga saat dia datang di lokasi. Ada enam ajudan khusus yang diangkat untuk tugas itu.

Pak Lurah Samiun benar-benar memafaatkan situasi dan kondisi  untuk kepentingan diri sendiri, selagi dia masih memegang jabatan. Dia punya alasan,  dan peluang serta kesempatan juga terbuka lebar.

Mobil dinas mewah itu pun sekarang mulai digunakan oleh istri, meski untuk keperluan pribadi, belanja ke pusat perbelanjaan, atau sekali-sekali untuk urusan PKK. Anak pak lurah pun tidak mau ketinggalan, menggunakan untuk urusan pribadi, sekadar jalan-jalan. Salah satu anak Samiun  bahkan diberi jabatan khusus, dengan alasan hal itu adalah kehendak masyarakat.

Acara yang didatangi sebetulnya tak penting-penting amat, sebenarnya cukup dihadiri  petugas yang ada di kelurahan, seperti acara 17-an di sebuah rukun tetangga (rt), lomba panjat pinang, lomba memancing, menyerahkan bantuan kepada warga, dan acara-acara kecil lainnya. Namun bagi Samiun bukan masalah kualitas acaranya, yang penting dia datang dan pergi dengan mobil mewah dan mendapat pengormatan saat tiba dan pulang.

Pak Lurah Samiun semakin sibuk. Tidak hanya menghadiri kegiatan di lingkungannya, tetapi juga dalam memenuhi undangan dari wilayah lain. Bahkan dia juga melakukan kunjungan ke luar negeri, ke beberapa negara, dengan alasan studi banding.

Bagian keuangan kelurahan sudah ketar-ketir, karena akhir-akhir ini pengeluaran untuk perjalanan dinas Pak Lurah melambung. Biaya untuk transportasi mobil mewahnya membuat anggaran pengeluaran membengkak. Belum lagi akomodasi dan lain-lain. Padahal sebagian besar acara yang dihadiri sebetulnya tidak perlu dilakukan Lurah Samiun. Cukup oleh staf-staf terkait.

Samiun juga kerap megadakan acara di wilayahnya dengan mengundang tamu-tamu dari wilayah lain. Pertemuan yang dipadu dengan pesta-pesta penyambutan dan pesta-pesta lainnya membuat dia merasa makin tersanjung. Apalagi tamu-tamu, para lurah, dan tamu-tamu terhormat lainnya tak putus-putusnya memberi pujian.

***

Tidak biasa-biasanya, unjuk rasa akhir-akhir ini sering terjadi di depan kantor kelurahan. Samiun jadi sasaran,  dinilai telah  menghambur-hamburkan uang rakyat. Hampir setiap akhir pekan ada saja rombongan yang datang, mengatasnamakan berbagai organisasi. Ada kelompok pemuda, pedagang, kelompok ibu-ibu, dan beberapa kelompok lainnya.

Mobil dinas lurah dianggap salah satu penyebab tersedotnya dana kelurahan, sehingga bantuan untuk perbaikan got, kali, dan gorong-gorong yang mampet tak lagi dilakukan. Banjir yang kerap terjadi, juga dinilai karena lurah tak peduli. Lurah setiap saat hanya jalan-jalan dengan mobil mewah dinasnya.

Klaim lurah bahwa wilayahnya makmur, bebas dari banjir, tak ada pengangguran, hanya isapan jempol. Bahkan di pasar di wilayah itu, akibat pungutan bermacam-macam; pungutan dari kelurahan, uang keamaan, uang kebersihan, dan pengutan-pungutan lain, membuat harga kebutuhan melambung.

Pengakuan bahwa kelurahan telah berhasil mensejahterakan warganya hanya omong kosong. Ucapan bahwa Lurah berhasil mendatangkan pemodal ke wilayahnya, mejadikan masyarakat setempat makmur, bertolak belakang dengan kenyataan. Keuntungan yang dikatakan mengalir ke wilayah yang dipimpinya bohong belaka.

“Lihat saudara-saudara sekalian, wilayah kita kerap jadi percontohan. Wakil-wakil dari kelurahan lain kerap melakukan study banding ke sini. Jalan-jalan mulus, semua warga senang,” kata Samiun di depan sekelompok pengunjuk rasa.

“Betuuuuulll,” demikian teriakan serentak dari pendemo yang ada di hadapan kelurahan.

Lurah bertepuk tangan, seluruh pendemo juga bertepuk tangan. Juga staf kelurahan.

“Adakah diantara saudara-saudara yang melihat ketidakberesan di wilayah kita ini?”

“Tidaaaak,” jawaban kompak kembali terdengar dari pendemo.

“Karena itu jangan asal ngomong. Harusnya saya ini diangkat lagi jadi lurah untuk periode berikutnya. Periode ketiga,” kata Samiun.

“Betuuuullll,” lagi-lagi teriakan serentak.

Acara ujuk-rasa selesai. Samiun pun telah meninggalkan kelurahan dengan mobil mewah, dilepas oleh dua ajudan yang memberi hormat.

Para pendemo tidak langsung bubar, tapi berkumpul di samping kelurahan. Seseorang terlihat membagi-bagikan uang.

“Yang udah kebagian miggir ya. Nanti kapan-kapan dipanggil lagi,” kata salah seorang staf kelurahan yang mendampingi temannya membagi-bagi bayaran.

***

Seharian ini Pak Lurah Samiun tidak berasil dihubungi. HP-nya tidak aktif. Staf kelurahahan kelimpungan, keluarganya juga tak bisa menghubungi Samiun. Anak-anak, pembantunya, berulangkali mengontak, namun jawaban yang mucul; “Maaf nomor yang anda hubungi tidak terjangkau.”

Pihak kelurahan masih terus mencoba. Namun tak berhasil. Keluarganya pun berulangkali mengontak ulang, sama saja. Samiun bagai ditelan bumi.

Staf kelurahan pasrah. Pemberitahuan mendadak bahwa Pak Camat dan rombongan akan datang meninjau wilayah kelurahan itu hanya menunggu. Sementara anak-anak Samiun tak habis pikir, kemana ayahnya. Mereka ingin mengabari Samiun bahwa ibunya atau istri Samiun pagi tadi dilarikan ke rumah sakit karena terpeleset di tangga rumah.

Nun, di luar wilayahnya, di kelurahan tetangga Samiun sedang berada di sebuah rumah. Berjas dan peci, dia dikelilingi beberapa orang, termasuk sopir mobil mewahnya. Di hadapan tamu dalam jumlah terbatas itu dia megucapkan akad nikah. Menikahi seorang janda muda sepantaran anak keduanya.***

@11januari2023

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru