Friday, March 29, 2024
Home > Berita > Harga Minyak mentah naik,  AS menilai pemotongan minyak OPEC buruk bagi ekonomi global

Harga Minyak mentah naik,  AS menilai pemotongan minyak OPEC buruk bagi ekonomi global

Brent berjangka naik $3,50, atau 3,7 persen, menjadi menetap di $97,92 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik $4,19, atau 4,7 persen, menjadi berakhir pada $92,64. (Foto: Shutterstock/Arab News)

Mimbar-Rakyat.com (Riyadh) – Harga minyak mentah melonjak sekitar 4 persen ke level tertinggi lima minggu pada hari Jumat, terangkat lagi oleh Organisasi Negara Pengekspor Minyak, dan sekutunya yang dikenal sebagai OPEC+, yang memutuskan untuk melakukan pengurangan pasokan terbesar sejak 2020, meskipun ada kekhawatiran tentang kemungkinan resesi dan kenaikan suku bunga.

Arab News mengutip Reuters, melaporkan ari ini, Brent berjangka naik $3,50, atau 3,7 persen, menjadi menetap di $97,92 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik $4,19, atau 4,7 persen, menjadi berakhir pada $92,64.

Itu adalah penutupan tertinggi untuk Brent sejak 30 Agustus dan WTI sejak 29 Agustus. Lonjakan harga mendorong kedua benchmark ke wilayah overbought secara teknis untuk pertama kalinya sejak Agustus untuk Brent dan Juni untuk WTI.

Kedua kontrak membukukan kenaikan mingguan kedua berturut-turut, dan persentase kenaikan mingguan terbesar sejak Maret, dengan Brent naik sekitar 11 persen dan WTI 17 persen lebih tinggi.

Menteri Keuangan AS Janet Yellen mengatakan keputusan pengelompokan OPEC+ untuk memangkas produksi minyak “tidak membantu dan tidak bijaksana” bagi ekonomi global, terutama pasar negara berkembang, Financial Times mengatakan pada hari Minggu.

“Kami sangat khawatir tentang negara berkembang dan masalah yang mereka hadapi,” kata Yellen kepada surat kabar itu dalam sebuah wawancara.

Dia juga mengkritik sekutu karena lambat mengirim bantuan keuangan ke Ukraina.

“Laju pengiriman uang ke Ukraina terlalu lambat,” tambah Yellen, menunjukkan bahwa beberapa negara yang telah menjanjikan bantuan tidak sempat mengucurkannya.

OPEC+ sepakat pekan lalu untuk menurunkan target produksi mereka sebesar 2 juta barel per hari.

Presiden Rusia Vladimir Putin menandatangani dekrit pada hari Jumat yang menetapkan operator baru untuk proyek minyak dan gas Sakhalin-1 yang dipimpin Exxon Mobil Corp di Timur Jauh Rusia.

Langkah Putin yang memengaruhi investasi terbesar Exxon di Rusia meniru strategi yang dia gunakan untuk menguasai properti energi lain di negara itu.

Keputusan tersebut memberikan otoritas kepada pemerintah Rusia untuk memutuskan apakah pemegang saham asing dapat mempertahankan saham dalam proyek tersebut.

Exxon memegang 30 persen saham operator di Sakhalin-1, dengan perusahaan Rusia Rosneft, ONGC Videsh India dan SODECO Jepang sebagai mitra.

Produksi minyak di proyek Sakhalin-1 turun menjadi hanya 10.000 barel per hari pada Juli dari 220.000 barel per hari sebelum Rusia menginvasi Ukraina.

Exxon telah berusaha untuk keluar dari operasinya di Rusia dan mengalihkan perannya di Sakhalin-1 ke mitra sejak Maret, setelah sanksi internasional dijatuhkan ke Moskow.

Pemerintah Rusia dan Exxon telah bentrok, dengan produsen minyak mengancam akan membawa kasus ini ke arbitrase internasional.***(edy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru