Thursday, April 18, 2024
Home > Global > Dari 6000 Bahasa Tutur Dunia, Separuh Akan Punah Akhir Abad ini

Dari 6000 Bahasa Tutur Dunia, Separuh Akan Punah Akhir Abad ini

Bahasa dunia banyak yang akan punah

Bahasa dunia banyak yang terancam punah (suara.com)

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Sekitar 6000 bahasa yang dituturkan di seluruh dunia, menurut UNESCO, setengah dari bahasa tersebut akan punah akhir abad ini. 

Organisasi untuk suku adat terancam Jerman GfbV menyampaikan kekhawatiran mereka akan punahnya bahasa-bahasa di dunia.

Pejabat GfbV, Sarah Reinke, menyatakan, saat ini sekitar 1.800 dari sedikitnya 6.000 bahasa di dunia terancam kepunahan.

“Setiap dua minggu, satu bahasa hilang alias tidak dituturkan lagi. Juga di Jerman, 13 bahasa minoritas dan dialek yang kini masih dipakai, seperti Yiddish dan Romani, berada dalam ancaman kepunahan,” kata Sarah Reinke dalam satu kesempatan, seperti dilaporkan dalam laman dw.de.

Kepunahan bahasa, terutama bahasa minoritas di dunia, katanya, diakibatkan semakin meningkatnya mobilitas atau pengaruh media.

“Selain itu, di beberapa negara otoriter, seperti Rusia dan China, bahasa-bahasa minoritas ditekan dengan maksud untuk mencabut akar budaya etnis minoritas di negara-negara tersebut. Di Amerika Selatan, proyek-proyek pembangunan raksasa mengubur habitat dan bahasa adat di wilayah,” ujar Reinke.

Sementara di Indonesia, tambahnya, dengan dijadikannya Bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi, bahasa ini berandil terhadap punahnya bahasa daerah.

Di Indonesia terdapat sekitar 700 bahasa daerah, yang sebagaian besar masih aktif dituturkan sampai sekarang, namun menurut UNESCO, bahasa-bahasa daerah di Indonesia juga dalam bahaya – sekitar 140 bahasa daerah terancam kepunahan.

Pentingnya Bahasa Ibu

“Penting bagi orang tua untuk mengajarkan bahasa mereka kepada anak-anak mereka,” kata Christiane Hoffschildt, dari Asosiasi Terapi Bicara Jerman DBL.

Orang tua sebaiknya berbicara dengan anak-anak dalam bahasa yang mereka benar-benar kuasai, yaitu bahasa ibu mereka sendiri dan ini juga berlaku bagi para migran di Jerman. “Bagi kebanyak anak (migran) biasanya bukan merupakan masalah untuk belajar Bahasa Jerman sebagai bahasa kedua atau ketiga,“ kilah Christiane Hoffschildt.

Kemampuan menguasai satu bahasa ibu merupakan dasar yang sangat penting bagi anak-anak untuk menguasai bahasa-bahasa lainnya, tambahnya.

“Ini bukan saja merupakan kesempatan tambahan untuk kesuksesan karir akademik dan profesional, tapi juga mendukung perkembangan pluralistik dan linguistik dalam masyarakat yang beragam budaya,” kata Christiane Hoffschildt.

Baca juga  :  Penyebab punahnya bahasa daerah

Nah, Hari Bahasa Ibu Internasional dicanangkan oleh PBB pada November 1999 dan sejak tahun 2000 diperingati setiap 21 Februari.

Hari Bahasa Ibu digagas untuk mengangkat perhatian dunia pada bahasa-bahasa yang terancam punah – bahasa dengan kurang dari 10.000 penutur, dan para petinggi negara di Indonesia selayaknya lebih  memperhatikan salah satu kekayaan budaya di Nusantara ini.  (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru