Mimbar-Rakyat.com (Kuningan) – Masyarakat Pencinta Lima Januari (Mapelija) gelar syukuran Hari Jadi Kabupaten Kuningan, di Saung Mang Sukun, Rabu (5/1/2022).
Sejumlah komunitas turut menghadiri peringatan HUT ke 203 Kabupaten Kuningan, di antaranya Paguyuban Sundawani Wirabuana, Kelana Buana, Keris Riung Gunung, Gema Jabar Hejo, Paguyuban Lingas Kuningan, Lanthera Kuningan, Ampas, Karinding Kuningan, Patanjala dll.
Selain pembacaan doa, perayaan dibuka dengan ritual tradisi leluhur Sunda, yakni Rajah Waruga Jagat yang diiringi oleh kecapi dan karinding.
Rajah sendiri merupakan sebuah lagu yang dinyanyikan oleh juru kawih dan diiringi oleh musik kecapi dan suling yang tujuannya berdoa meminta perlindungan dan memanggil roh leluhur Sunda. Dalam memainkan rajah tidak bisa sembarangan melainkan terdapat aturan di dalamnya. Tidak boleh merubah lirik lagu, irama lagu, dan musik lagu.
Syukuran tersebut berlangsung sakral, sebagai tuan rumah, Dany Andriawan yang akrab disapa Mang Sukun ini menceritakan perjalanannya saat mensosialisasikan Hari Jadi Kabupaten Kuningan. “Ada catatan sejarah yang mengungkap soal pembentukan Kabupaten Kuningan pada 5 Januari 1819, dan hal itu telah diperdakan pada tahun 1978 yang disampaikan Stat Blaad Belanda no 23, yang dibuat oleh Pemerintah Hindia Belanda,” ujarnya.
Dikatakan Mang Sukun, pada Stat Blaad itu menyebutkan, Kabupaten Kuningan mengacu pada Karesidenan Cirebon (Kuningan, Indramayu, Majalengka) dan sejak saat itulah pertama kalinya bentuk Pemerintah Kabupaten Kuningan dikenal dalam sejarah.
Dengan landasan itulah pihaknya berharap agar generasi muda terutama di Kabupaten Kuningan, mengetahui akan sejarah didirikannya Kabupaten Kuningan.
“Jadi perlu diketahui Kabupaten Kuningan sendiri tidak didirikan pada 1 September 1498? Karena ada dokumen resmi yang menyatakan bahwa Kabupaten Kuningan baru ada pada 5 Januari 1819,” terang M Yusuf, yang merupakan mahasiswa Fakultas Sejarah dari Universitas Siliwangi Tasikmalaya.
Yusuf menyebutkan perlunya literasi membaca kembali sejarah agar masyarakat bisa lebih mengetahui tidak tertukar dengan perayaan Hari Jadi Kuningan, pada 1 September. “Untuk lebih jelasnya ketetapan narasi historis dan arsip sejarah pembentukan Kabupaten Kuningan tersebut, diulas dalam buku , 5 Januari: Hari Jadi Kabupaten Kuningan, dan Bukti Sejarah Hari Jadi Kabupaten Kuningan, karya Kang Tendy, sejarawan asli orang Kuningan,” paparnya.
Kang Tendy sendiri merupakan alumnus ILC Programme Victoria University Of Wellington New Zealand dan Kandidat Doktor Ilmu Sejarah dari Universitas Indonesia.
Sementara itu, Kepala Bidang Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) setempat, Emup Muplihudin mengatakan 5 Januari merupakan momentum yang berharga bagi kemajuan Kabupaten Kuningan. “Semoga ini menjadi pemantik bagi teman yang lain untuk mengingat momentum 5 Januari. Setelah Saya membaca sejarah Kuningan pasti akan berpendapat sama tentang pentingnya momen hari ini bagi Kabupaten Kuningan, ” terangnya. (Dien)