Friday, March 29, 2024
Home > Featured > Surat pembaca: Suara nurani pasien Covid 19 baru keluar dari Wisma Atlet

Surat pembaca: Suara nurani pasien Covid 19 baru keluar dari Wisma Atlet

Keterangan foto - Ustad Rapei, pasien Covid 19 bertemu dengan istrinya di Wisma Atlet. Kini Ustad Rapei sudah boleh pulang, namun istri tercinta masih menunggu beberapa hari lagi baru diperbolehkan pulang. (foto prbadi ust rapei)

Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) – Berikut ini suara hati seorang pasien Covid 19, Ustad H Rapei, yang sudah boleh meninggalkan Wisma Atlet, karena hasil pemeriksaan menunjukkan kondisi fisiknya sudah baik dan negatif.

Ustad Rapei berada di Wisma Atlet sekitar 11 hari dan kembali ke rumah pada 14 September 2020, namun istrinya, Umi Uriyah, menyusul dibawa ke Wisma Atlet beberapa hari kemudian karena tes menunjukkan hasil negatif dan hingga Rabu (16/9/2020) masih berada di Wisma Atlet.

Berikut ini catatan Ustad Rapei – yang juga ketua RW 07 Kelurahan Johar Baru Jakarta Pusat – juga pengurus masjid Arif Rahman UI, ketua Masjid Al Istiqomah di kawasan RT 07 – untuk sanak saudara dan rekan-rekannya.

Syukur wal hamdulillah dan Terima kasih,

Itulah kata yang paling tepat untuk saya ucapkan saat ini,
Syukur walhamdulillah saya panjatkan kepada Allah yang mengenggam isi hati manusia “Dialah yang memasukkan malam ke dalam siang dan memasukkan siang ke dalam malam. Dan dia Maha Mengetahui segala isi hati”. (qs: 57- Alhadid: 6).

Betapa manusia ini sangat lemah dihadapan-Nya, hanya dengan mahluk bernama Corona yang tidak kasat mata seakan tak berdaya.  Ketika pertama kali menerima berita positif covid-19 hasil wab dari rumah sakit, fitrah kemanusiaan muncul, panik, kaget, stress, campur aduk muncul dalam benak hati meski memperlihatkan hal yang sewajarnya.

Terima kasih saya sampaikan kepada keluarga inti, istri, anak, orang tua dan saudara, ponakan, dan yang tidak kalah pentingnya ucapan do’a mengalir dari para shahabat, tetangga, dan pengurus RT/RW.

Lantunan do’a dari lisan orang yang ikhlas, saya berkeyakinan ada diantara do’a-do’a itu yang dikabulkan oleh Allah SWT.

Itulah kenapa sejak awal divonis Positif Covid-19 langsung saya umumkan, selain itu ingin juga saya sampaikan pesan bahwa; corona bukanlah penyakit “menjijikan” sehingga pasiennya dijauhi sedemikian rupa yang akhirnya semakin “stress” tetapi justru harus diberikan “support” minimal dukungan do’a.

Corona sama seperti penyakit gula, jantung, stroke, atau lainnya, bedanya punya sifat menular yang dahsyat, itulah kenapa kita harus menjaga jarak dan memakai protokol kesehatan lainnya. Pada saat yang bersamaan terkadang orang-orang yang menjauh tidak memenuhi protokol kesehatan, berkumpul tanpa menjaga jarak, tidak pakai masker dst.., sehingga tampak abai dan tidak peduli, dan itu bisa jadi menurunkan daya imunitas pasien positif corona.

Pesan kedua ingin saya sampaikan bahwa saya adalah Positif Covid-19 jangan berinteraksi dulu dengan saya, saya tidak ingin ada orang tertular hanya karena saya tidak bilang, artinya saya berdusta, saya dholim kepada orang lain.

Tidak seseram yang dibayangkan

Sabtu 5/9/20 hari yang mengharu biru, ketika pertama kali ke luar dari rumah di jemput ambulance di lapangan Bali, terasa senyum “mbatin” betapa tidak, ambulance umumnya untuk mengangkut jenazah, tapi kali aku memasukinya dengan setatus sebagai pasien corona, bayangkan !!

Tiba di wisma atlelit, perasaan stress muncul kembali, banyak sekali pasien antrian daftar, ambulance juga antrian mengantar pasien corona, sekali lagi kuncinya “jangan panik dan tetap semangat”.

Setelah memasuki kamar rawat inap perasaan lega dan nyaman mulai terasa, dengan fasilitas yang cukup baik, pemeriksaan cek perkembangan kesehatan 3 kali sehari, dokter, perawat standby kapan saja dibutuhkan, makan dengan cukup gizi tiga kali, satu ruangan, terdiri dari ruang tamu, dua kamar tidur ber AC dan, satu kamar mandi dan satu dapur, amat sangat cukup untuk istirahat.

Jenuh!

Ya, setidaknya selama tujuh hari pertama pasien menjalani rutinitas yang sama di tempat yang sama pasti bosan, jenuh, lelah bahkan mulai muncul kembali pikiran nigatif, itu manusiawi saja,

Untuk menghilangkan itu buatlah kebiasaan baru misalnya banyak membaca Al-Qur’an, meningkatkan hafalan, baca buku favorit, olah raga ringan boleh apa saja terserah yang penting dapat menghilangkan kejenuhan, tetapi saya sarankan jangan terlalu banyak baca medsos.

Salam semangat dan semoga bermanfaat.

Jakarta, 15 September 2020.

H. Rapei, alumni isolasi wisma atelit.
(7 Hari pertama harus isolasi diri di rumah)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru