MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) Ini tidak ada hubungannya dengan Presiden Jokowi memilih Badrodin Haiiti, dan bukan Budhi Gunawan menjkadi Kapolri. Meski masalahnya sama yakni memilih diantara pilihan ganda. Beberapa waktu lalu di wall fb berseliweran foto PR anak kelas 2 SD yg diprotes kakaknya, seorang mahasiswa teknik. Walaupun kabarnya, pada akhirnya si kakak meminta maaf pd guru si adik. Eh ndilalah dapat suami guru dan pecinta matematika juga. Memang, alhamdulillah nya, mama jadi sayang banget sama menantunya itu. Hmm ga ada hubungannya sih . Nah dari suami ini aku dapat pencerahan tentang penting nya kekuatan konsep dalam matematika. Emang keliatannya sepele, tapi jangan disepelekan juga. Untuk gampangnya, coba kalau dalam resep obat, 3×1 diartikan apa? Suami juga bercerita tentang mantan rektor IPB, yg cukup terkenal waktu itu, Pak Andi Hakim Nasution. Beliau terkenal sebagai dosen yg sangat concern terhadap kekuatan konsep. Menurut beliau, senjelimet apapun soal di utak atik, bila murid memiliki konsep kuat, akan mudah penyelesaiannya. Bila ada siswanya memiliki jawaban berbeda, beliau tidak langsung menyalahkan. Melainkan dilihat dulu jalannya, konsepnya. Itu sebabnya beliau tidak senang dengan soal matematika berpilihan ganda, jadi bentuk soal di sekolah menengah. Ujug ujug ada pilihan hasil, A, B, C dan D. Tidak peduli konsepnya betul atau salah, yg penting hasilnya betul. Soal pilihan ganda akan membuat murid pintar memilih, tapi tidak pintar menganalisa. Dan corat coret di tengah malam ini ditutup dengan cerita kutipan dari beliau. ‘Seorang ahli teknik jebolan pilihan ganda, ketika diminta untuk membangun jembatan, dia akan berkata pada asistennya, “bawakan saya 3 rancangan jembatan, akan saya pilih salah satunya”.’ |
Lantas apa hubungannya dengan Presiden Jokowi. Pertanyaannya, apakah pilihan kepada Bdrodin itu dilakukan dengan konsep pilihan ganda, ataukah dengan analisa. Silakan menjawab sendiri. Nina Alfa Rizkana