Friday, March 29, 2024
Home > Cerita > Pemuda Kaya Itu Dilamar Janda

Pemuda Kaya Itu Dilamar Janda

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta)- Ketika pemuda Muhammad (25) menikah dengan Khadijah (40), ia memberikan mas kawin berupa 20 ekor unta muda dan 1200 gram emas. Atau kira-kira setara dengan sebuah mobil baru dan uang sekitar 360 juta rupiah. Itu kalau seekor unta dikurs dengan 10 juta rupiah dan emas per gramnya 300 ribu rupiah. Kemampuan memberikan mahar sebesar itu -yang untuk ukuran zaman sekarangpun masih lumayan besar-, pasti bukan dilakukan oleh seorang pemuda miskin dan tidak punya pekerjaan. Lebih penting lagi kemampuan memberikan mas kawin itu bukan didapat dari warisan.

Khadijah sendiri bukanlah wanita biasa. Ia seorang juragan besar dan termasuk kalangan atas dalam jajaran pebisnis di Mekah. Memang tidak tercatat berapa kekayaannya. Namun hal itu bisa dibandingkan dengan pebisnis sekelas dizamannya, seperti Usman bin Affan. Dalam satu ekspedisi dagang keluar negeri Ustman biasanya menyertakan tidak kurang dari 1000 unta sebagai pengangkut dagangannya. Nah kira kira sekelas itulah janda yang melamarnya.

Apa yang menyebabkan Siti Khadijah simpati lalu jatuh hati pada sosok pemuda Muhammad? Bukankah Khadijah adalah seorang konglomerat wanita terkaya di Makkah saat itu? Bahkan ia yang berinisiatif melamarnya, padahal sebelumnya banyak pembesar Quraisy yang mengajukan lamaran, dan semuanya ditolak?

Faktor kesepadanan atau kesekufuan,adalah sesuatu yang lazim pada zaman itu sebagai pertimbangan untuk menentukan pasangan hidup. Wajar bila seseorang jatuh cinta pada orang yang memiliki banyak kesamaan dengan dirinya kemudian memutuskan untuk menjadikan sebagai pendamping hidup yang sekufu (sederajat), baik dari sisi harta, ideologi, kepribadian , strata social maupun gaya hidup.

Muhammad , yang kemudian hari menjadi Rasulullah SAW memiliki banyak ‘kesamaan’ dengan dirinya. Khadijah adalah wanita mulia, Muhammad SAW pun seorang lelaki mulia.. Khadijah adalah seorang konglomerat, sedangkan Rasul seorang entrepreneur dan marketer yang hebat. Kedua karakter yang memiliki banyak kesamaan ini jelas lebih mudah bersatu. Khadijah tertarik pada Rasulullah SAW karena beliau adalah seorang profesional. Sampai usia 25 tahun, saat Khadijah tertarik, Rasul telah melewati tahap-tahap kehidupan sebagai seorang pebisnis profesional .Rasul berasal dari keturunan orang-orang terpandang, begitupun Khadijah.

Pemuda Muhammad yang kaya itu memperoleh hartanya dari aktivitas perdagangan yang dijalaninya, baik sebagai, karyawan biasa meningkat menjadi pebisnis professional maupun pemilik bisnis (bisnis owner).

Seberapa professionalkah sebagai pedagang, Muhammad sebelum kenabiannya ? Apa sebenarnya proffesinya sebelum menjadi rasul. Seberapa pintar ia berbisnis dan mengapa tidak banyak literature yang mengurai tentang kepiwaiannya berniaga. Padahal berbagai pihak mengakui bahwa sosok yang nantinya akan menjadi rasul ini adalah seorang pedagang sukses.

Kalau untuk mengukur kepiawaian seseorang dalam berbisnis bisa dengan melihat hasil keuntungan yang didapat; kemampuan memberikan mas kawin sebesar itu, pastilah Muhamad adalah seorang pedagang sukses . Seberapa kaya Muhammad SAW sebelum diutus menjadi rasul ? Tidak ada catatan sejarah yang cukup komplit yang menceriterakan. Tapi, barangkali dengan ilustrasi mas kawin di atas seseorang bisa meraba.

Sudah menjadi pengetahuan umum tentang keadaan Muhammad yang yatim sejak lahir dan piatu hanya dalam umur 6 tahun, saat ibundanya meninggal dunia. Kemudian 2 tahun 6 bulan dalam asuhan kakek Abdul Muthalib sebelum sang kakek meninggal. Selanjutnya diasuh sang paman Abu Thalib yang miskin, dengan tanggungan anak banyak.Jadi tidak alasan sedikitpun yang menunjukkan bahwa Muhammad SAW memiliki kekayaan dari warisan ketika ia dilamar dan menikahi Khadija pada umur 25 tahun.

Menelusuri jejak kehidupan pemuda yang kelak menjadi pemimpin umat ini, sesungguhnya sarat dengan pelatihan, terutama dalam mengasah naluri bisnis.

Di tangan sang paman, Muhammad menjelang usia ke 9 memulai masuk sekolah alam. Padang yang terkembang, sahara yang terhampar luas adalah kelas terbuka yang mengajarkan dasar-dasar ilmu kepemimpinan, ilmu manajemen,ilmu berbisnis sekaligus latihan membaca tanda tanda alam. Sekumpulan kambing kambing yang digembalakan adalah alat untuk melihat terobosan mencari peluang, dimana terdapat sudut padang rumput yang ternak gembalaannya bisa mencari makan.

Bukankah dalam ilmu bisnis modern diajarkan bahwa untuk menjadi seorang pebisnis, harus terasah nalurinya untuk selalu merintis mencari peluang, mencari terobosan untuk mendapatkan hasil (gain) yang lebih baik.

Tidak perlu menunggu berdirinya sekolah Bisnis Harvard, pemuda Muhammad sudah memulai sejak 1400 tahun yang lalu, bahkan ketika ia masih seumuran anak SD. Pekerjaan menggembala kambing adalah pekerjaan sekaligus sekolahan pertama si bocah Muhammad mengasah ilmu, merintis dan mencari peluang ditengah padang gembalaan. Orang -orang sekolahan zaman sekarang menyebutnya sebagai prinsip mencari (Pathfinding)

Kemudian kambing kambing itu perlu diarahkan, digiring menuju tempat pencarian dengan segala upaya dan seninya, agar gembalaaanya mematuhi perintahnya. Sebab kambing kambing itu toh tidak bisa hanya diiming-imingi dengan ceritera rumput hijau atau segarnya air dingin belaka. Maklum bahasa mereka lain, dan Muhammad tidak dikaruniai bisa memahami bahasa hewan seperti Nabi Sulaeman.

Menggiring sekelompok ternak, mengarahkan menuju tempat harapan perlu upaya pengarahan terus menerus. Meluruskan arah bila sedikit saja melenceng, memacu agar seluruh kelompok mempunyai kecepatan gerak yang sama. Sehingga tidak ada yang tercecer dan kemudian tersesat.

Inilah ilmu dasar kepemimpinan dalam sebuah kelompok ternak dan kemudian juga diterapkan pada kelompok manusia yang mempunyai aktivitas, termasuk aktivtas bisnis. Nah, orang-orang sekarang menyebutnya dalam istilah keren directing dan controlling (Mengarahkan dan Mengawasi). Bila Anda sedang berkutat mengambil gelar MBA, ilmu ini dipelajari berpuluh-puluh SKS. Muhammad SAW mendalaminya sejak dalam usia SD.

Ia berlari kesana kemari membetot kambing kambing yang ingin menyimpang dari kelompoknya, ia berteriak-teriak lepas agar barisan belakang kambingnya terus menjaga jarak agar tak tertinggal sambil terengah engah mengimbangi gerak laju rombongan. Anak sekecil itu berpacu dengan kegesitan domba domba gurun. Mampukah ia ? Bersambung –

(Ahmad Istiqom)

***************

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru