Friday, April 26, 2024
Home > Berita > Uni Eropa Tolak Kebijakan Larangan Muslim Trump

Uni Eropa Tolak Kebijakan Larangan Muslim Trump

Kepala Juru Bicara Komisi Eropa Magaritis Schinasa. (antaranews)

MIMBAR-RAKYAT.com (Brussels)  –  Uni Eropa (UE) menolak perintah eksekutif dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump, yang melarang masuknya ke AS warga negara dari tujuh negara Muslim utama atau “Muslim ban”.

“UE takkan melakukan diskriminasi atas dasar kewarganegaraan, ras, atau agama, bukan hanya ketika sampai pada masalah suaka, tapi dalam seluruh kebijakan,” kata Kepala Juru Bicara Komisi Eropa Magaritis Schinasa, Senin.

Ia menyatakan bahwa Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Jungker “terus-menerus telah menyampaikan keterikatan kami pada prinsip ini”.

Dengan mengutip pidato kenegaraan Juncker pada September 2016, Schinasa mengatakan, “Tak ada agama, tak ada kepercayaan, tak ada filsafat, ketika sampai pada masalah pengungsi.”

Saat merujuk kepada “model Eropa”, ia mengatakan, “Kita harus membuat pilihan mengenai dunia yang kini tinggali. Kita harus memilih antara pengucilan, ketidak-setaraan dan keangkuhan nasional di satu sisi dan keterbukaan, kesetaraan sosial serta solidaritas sosial di pihak lain.”

Berdasarkan perintah eksekutif Trump, yang ditandatangani pada Jumat (27/1), pengungsi dari seluruh dunia akan ditangguhkan untuk memasuki AS selama 120 hari, sementara semua imigran dari apa yang disebut “negara dengan keprihatinan terorisme” akan ditangguhkan selama 90 hari.

Negara yang termasuk dalam larangan tersebut adalah Irak, Suriah, Iran, Sudan, Libya, Somalia and Yaman. Seluruh penduduk dari negara itu berjumlah lebih dari 130 juta.

Larangan tersebut memicu kekacauan di seluruh bandar udara internasional AS sekaligus protes yang berlanjut di seluruh negeri itu dalam beberapa hari belakangan, seperti dilansir antaranews.

Liga Arab prihatin

Dari Kairo diberitakan, Liga Arab menyatakan keprihatinan atas perintah Trump untuk menghentikan kedatangan pengungsi dan warga tujuh negara berpenduduk sebagian besar Muslim.

Organisasi itu juga mengatakan pembatasan tersebut tidak dibenarkan.

Beberapa anggota Liga Arab masuk dalam daftar negara yang warganya terkena larangan itu.

Sementara itu, 300 penentang berkumpul di Bandar Udara Internasional Los Angeles (LAX) pada Sabtu malam untuk memperlihatkan kesetiakawanan kepada pengungsi dan pendatang Muslim.

Sambil meneriakkan “Trump harus pergi”, “Tidak Trump, Tidak KKK, Tidak Ada Fasisme di USA”, dan semboyan lain, kerumunan orang itu menyeru rakyat membangkang terhadap keputusan presiden pada Jumat, yang memberlakukan larangan bepergian 90 hari ke negeri itu oleh warga tujuh negara berpenduduk sebagian besar Muslim dan pembekuan 120 hari program pengungsi AS.

Sedikit-dikitnya tujuh warga negara asing ditahan di LAX dan diberitahu tidak lagi disambut, lapor Los Angeles Times.

Harian tersebut menyatakan warga negara asing itu diperkenankan naik pesawat sebelum perintah tersebut berlaku.

Tuntutan pemrotes dikumandangkan oleh Wali Kota Los Angeles Eric Garcetti, yang pada Sabtu malam men-“tweet”, “Los Angels akan selalu menjadi tempat buat pengungsi.”

Larangan perjalanan Trump, yang oleh banyak pihak digambarkan sebagai “Muslim ban”, telah menyulut kebingungan dan kekacauan di seluruh negeri itu dan memicu keprihatinan serta kecaman dari seluruh dunia.

Pasar saham

Dari New York dilaporkan, pasar saham dunia sebagian besar jatuh pada Senin (Selasa pagi WIB) dan dolar merosot terhadap mata uang safe-haven yen, setelah pembatasan imigran baru AS memicu kekhawatiran tentang dampak kebijakan Trump terhadap perdagangan dan ekonomi global.

Saham di Wall Street membukukan hari terburuk mereka sepanjang tahun ini setelah perintah eksekutif Trump pada Jumat (27/1), melarang pengungsi Suriah dan menangguhkan perjalanan ke Amerika Serikat dari tujuh negara Islam, menyoroti kembali tentang kebijakan proteksionisnya.

Dolar jatuh terhadap yen karena investor mencari keamanan ke mata uang Jepang, dan emas sedikit tinggi di tengah meningkatnya ketidakpastian politik. Emas berjangka naik 0,4 persen menjadi menetap di 1.193,20 dolar AS per ounce, sementara dolar merosot 1,18 persen menjadi 113,70 yen.

Reaksi negatif terhadap perintah eksekutif Trump mendinginkan reli yang telah mengangkat ekuitas AS ke serangkaian rekor tertinggi setelah pemilihan presiden pada November, didorong oleh janji pemotongan pajak dan peraturan yang lebih sederhana. Namun, risiko potensial dari beberapa kebijakan Trump telah mengurangi antusiasme.

Indeks Volatilitas CBOE, yang dikenal sebagai “ukuran ketakutan” Wall Street, naik 1,32 poin menjadi 11,90 dari posisi terendah multi-tahun.

Antusias investor atas harapan dari agenda pro-bisnis Trump, terutama reformasi pajak dan peraturan, telah mendorong reli, kata Rick Meckler, presiden hedge fund LibertyView Capital Management LLC di Jersey City, New Jersey.

“Dua hal ini yang paling penting,” kata Meckler. “Kita tampak benar-benar terjebak sekarang dalam reformasi imigrasi dan pembatasan perjalanan.”

Peter Cardillo, kepala ekonom pasar di First Standard Financial di New York, mengatakan bahwa investor telah difokuskan pada proposal-proposal pro-pertumbuhan Trump dan mengabaikan apapun yang merugikan untuk kegiatan ekonomi, seperti proteksionisme.

Indeks saham semua-negara dunia, MSCI, turun 0,62 persen, sedangkan Indeks FTSEurofirst 300 saham-saham pan-Eropa terkemuka ditutup turun 1,06 persen.

Indeks saham di Jerman, Prancis, Italia dan Spanyol semua turun lebih dari satu persen.

Saham-saham di Wall Street juga jatuh sekitar satu persen tetapi mengurangi beberapa kerugian mereka di akhir sesi.

Indeks Dow Jones Industrial Average ditutup turun 122,65

poin, atau 0,61 persen, menjadi 19.971,13 poin. Indeks S&P 500 yang kehilangan 13,79 poin, atau 0,60 persen, menjadi 2.280,9 poin, dan indeks komposit Nasdaq merosot 47,07 poin atau 0,83 persen menjadi 5.613,71 poin.

Sebelumnya di pasar Asia, Nikkei Jepang turun 0,5 persen dan pasar saham Australia turun 0,9 persen.

Euro jatuh ke tingkat terendah 11-hari terhadap dolar setelah

rilis data inflasi Jerman sedikit lebih lemah dari yang diharapkan. Namun, euro stabil karena investor menilai kembali harga-harga konsumen yang mencapai tertinggi dalam tiga setengah tahun.

Euro tidak berubah pada 1,0694 dolar.

Surat utang (obligasi) negara AS sedikit berubah menjelang pertemuan kebijakan Federal Reserve AS pada Selasa (31/1) dan Rabu (1/2) dan pekan sarat dengan data yang berkulminasi dengan laporan pekerjaan pada Jumat (3/2) untuk Januari.

Imbal hasil (yield) Obligasi 10-tahun AS, yang menjadi acuan, turun 4/32 menjadi 2,4956 persen. Imbal hasil obligasi 10-tahun Jerman merosot ke serendah 0,436 persen karena angka inflasi.

Sementara itu, harga minyak turun karena berita kenaikan kegiatan pengeboran mingguan di AS mengangkat kekhawatiran atas meningkatnya produksi, ketika banyak produsen minyak dunia berusaha mematuhi kesepakatan untuk memangkas produksi mereka guna mencoba untuk menopang harga.

Jumlah rig minyak aktif AS naik ke tertinggi sejak November 2015 pada pekan lalu, menurut data Baker Hughes, menunjukkan pengebor mengambil keuntungan dari harga minyak di atas 50 dolar AS per barel.

Harga minyak mentah patokan global Brent turun 23 sen menjadi 55,29 dolar AS per barel, sementara minyak mentah berjangka AS menetap turun 54 sen pada 52,63 dolar AS per barel.  (AN/KB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru