Friday, April 19, 2024
Home > Cerita > Cerita Khas > Ricardo Gelael, Inang-Inang dan Naga Bonar

Ricardo Gelael, Inang-Inang dan Naga Bonar

Ricardo Gelael melayani obrolan dengan dua inang-inang yang mendekatinya saat parkir mobil setelah finish ketiga Reli Danau Toba 2022, di terminal Parapat. (arl)

“Siapa itu Naga Bonar, Inang..,” kata Ricardo Gelael.

“Orang terkenal lah,” jawab wanita berusia menjelang senja itu.

“Ya..dia itu pahlawan atau apa.”

“Ya lah.,” jawab wanita itu seadanya sembari menoleh ke temannya, jangan-jangan ia tidak mengerti apa yang ditanyakan.

“Pahlawan seperti Sisingamangaraja ya..eh presiden pertama kita siapa.”

“Soekarno lah..ah bapak ini macam-macam saja yang ditanya.”

“Haha..naik apa tadi ke sini.”

“Naik kereta lah..”

“Wah memang ada kereta ke sini..ada rel keretanya.”

“Haha..itu maksudnya sepeda motor roda dua. Di sini kereta maksudnya motor, bukan kereta api,” kata ibu lainnya yang mendengar dialog panjang Ricardo Gelael dengan Inang-Inang (ibu-ibu) asli daerah setempat (Parapat). Tawa pun pecah, karena mungkin Ricardo sudah tahu istilah motor dan kereta itu, tapi ia hanya ingin membuka canda.

Ibu-ibu berpenampilan sederhana itu dengan berani mendatangi kawasan parkir mobil sebelum pemenang Reli Asia Pasifik 2022 dipanggil satu persatu naik ke podium finis di Terminal Sosor Saba, Parapat, Kab Simalungun, Minggu (25/9/22).

Selain banyak penonton yang mendekat ke mobil Citroen C3 Rally2 yang membawa Ricardo dan co-driver Rony Maroun ke urutan ketiga finisher reli itu – untuk berfoto bersama – dua inang-inang tadi dengan berani mendekat dan mengajak Ricardo berbicara.

“Kami suka reli mobil…hebat-hebat kali kalian ah,” kata seorang inang ketika membuka pembicaraan dengan Ricardo.

Mereka memandang mobil di dekat Ricardo lama-lama yang ada tempelan stiker KFC dan akhirnya keluar kata-kata dari mulut si inang: “Kapan ada KFC di sini..Kami kepingin memakannya.” KFC memang belum ada di kawasan daerah wisata Parapat.

Ricardo didampingi Ibu Rini Gelael ditemui para ibu saat menunggu panggilan naik podium finish di Parapat. (arl)

“Nanti lah..,” kata Ricardo. Inang-inang mengeluarkan pertanyaannya secara spontan,, karena tahu bahwa KFC itu adakah nama makanan dan mereka pun pasti tidak tahu bahwa lelaki jangkung yang diajak mereka ngomong, adalah pemilik KFC itu.

Ricardo yang suka diajak ngobrol dan bercanda, melayani berbagai pertanyaan si inang dan sesekali Ricardo pula yang bertanya..terkadang pecah tawa mereka, sehingga menjadi tontonan tersendiri -sekaligus sebagai penggalan kisah “human interest” di wilayah terminal yang disulap menjadi parkir mobil reli pada event itu.

Meriah banget suasana di Terminal Soso Saba. Udara terasa semakin sejuk, awan hitam mulai menggelayut di udara pertanda malam akan datang. Suara MC saling bersahut dengan temannya. Setelah menunggu cukup lama, acara dimulai diawali dengan pidato-pidato, yang juga berlangsung cukup lama.

Ricardo memang menjadi perhatian dalam reli itu. Ada penonton di kawasan SS 10 Huta Tonga menunggu kedatangan Sean Gelael pada Leg 2, Minggu. “Kok Sean gak lewat ya,” kata penonton muda itu.

“Ia sudah berhenti. Ada kerusakan pada mobilnya,” dijelaskan demikian.

Ketika Cotroen C3 meluncur, pemuda itu dengan spontan mengatakan,” Hebat kali ayah si Sean itu. Anaknya pun dikalahkannya, padahal semalam Sean kencang kali,” katanya.

Sean Gelael, juara nasional Reli Danau Toba 2021,   berhenti pada SS9  dari 12 SS yang harus diselesaikan, karena mengalami kerusakan “water pump” mobinya, setelah pada semua SS yang sudah dilaluinya memimpin lomba dan tercepat pada tiap SS, setelah sebelumnya juga tercepat pada sesi “shake-down”.

Lain lagi cerita Ricardo kepada wartawan, sembari tak putus tawanya. “Ada penonton yang ketok-ketok kaca mobil saya, minta berfoto bersama. Eh, ketika kaca saya buka ia berkata ‘ee..kok tua kali’. Haha..mungkin dikiranya saya Sean gak taunya yang keluar orang berambut putih,” kata Ricardo.

Ricardo juara ketiga Reli Danau Toba 2022. (jagonya ayam)

Ricardo memang tampil sebagai pereli tertua (63 tahun) dalam Reli Asia Pasifik Danau Toba itu – yang juga sebagai pemanasang menjelang kejuaraan dunia (WRC) yang sedang dirancang di Sumut, seperti yang pernah berlangsung pada 1996 dan 1997.

“Saya tampil untuk memberikan motivasi bagi para peserta muda. Saya pecinta olahraga otomotif. Saya ingin dunia olahraga ini semakin maju di Indonesia. Jangan yang tua-tua aja yang menang. Selain itu, saya bernostalgia mengikuti reli ini,” kata juara nasional speed rally 2006 itu.

Ketahanan fisik

Banyak orang mengomentari kemenangan Ricardo Gelael itu dari sisi ketahanan fisik (endurance), karena jarang bahkan belum pernah terdengar ada pereli berusia 63 tahun yang berhasil finis, apalagi dalam kejuaraan internasional Asia Pasifik.

“Kita salut dengan kekuatan fisiknya. Biasanya bila sudah berusia di atas 50 tahun cepat Lelah bila mengikuti kejuaraan selama beberapa hari itu,” tutur Poedio Oetojo, mantan pereli wisata yang pernah memenangi hadiah mobil dalam reli wisata pada tahun 70-an.

“Begitu keluar dari mobil setelah berlomba beberapa jam, biasanya kita merasa seolah mau tumbang, bila usia kita sudah di atas 50 tahun,” kata Poedio (79 tahun) yang kini sebagai panitia lomba.

Sementara Beng Soeswanto, penyandang Piala Presiden berturut-turut enam kali pada kejuaraan reli Indonesia pada tahun 70-80-an, mengatakan, “Fisiknya kuat, mampu bersaing dengan yang muda dalam lomba beberapa jam di perkebunan.”

Padahal usai berlaga pada Leg 1, Sabtu, Ricardo mengatakan amat lelah dan merasa pegal sekujur tubuhnya. “Tapi pada lomba Minggu ia sudah biasa lagi dan berhasil finis,” kata Beng.

Banyak sekali suka-duka dalam mengikuti perlombaan dan tiap usai lomba Ricardo selalu menceritakannya, apalagi bila ia bercerita tentang reli di masa doeloe. Pendengar akan tertawa, pada bagian tertentu terbahak-bahak, suasana selalu terasa renyah.

Namun jangan salah, Ricardo pun selalu bercerita tentanag sport automotive di jaman sekarang. Ia mengetahui seluk-beluk dunia otomotif dan bila ia sudah bercerita berjam-jam tentang otomotif, wartawan yang mendengarkan selalu merasa lega.

“Rasanya seperti mengikuti kuliah saja. Kita dapat ilmu otomotif secara mendalam baik teknis mau pun yang non-teknis,” kata seorang teman, ketika suatu saat mendengar cerita otomotif di kediaman Ricardo.

Pereli Ricardo Gelael memang termasuk atlet fenomenal di antara beberapa pereli lainnya. Pereli seangkatan Hutomo MP, Tony Hardianto, Chandra Alim itu suka bercerita dan bercanda, membuat orang yang mendengar gembira dan merasa dekat dengannya, termasuk dua orang inang-inang yang beberapa kali terpingkal-pingkal mendengar celotehnya.

Tetapi bila ia sedang serius, tentu semua orang yang dekat dengannya harus tahu apa yang harus diperbuat.

Selamat berlomba di lain kesempatan Pak Ricardo.  (ar. loebis)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru