MIMBAR-RAKYAT.com (Garut) – Walaupun harga cabe keriting saat ini di atas Rp100 ribu/kg, namun nampaknya kenaikan tersebut tidak dirasakan penuh oleh para petani.

Hal itu karena selain faktor cuaca juga banyaknya kendala di lapangan, terutama pencuri.

Untuk itu para petani Cabe terpaksa ekstra hati hati, termasuk dalam pemberian pupuk pestisida serta memperketat keamanan.

Muhidin, salah seorang petani cabe asal Kecamatan Tarogong Kaler mengatakan, Selasa, meski harga cabe naik melambung, namum  tidak berdampak bagi para petani.

“Memang benar, saat ini harga cabai naik hingga tiga kali lipat namun keuntungannya tidak begitu dirasakan para petani,” kata Muhidin.

Menurut dia, guna mendapatkan hasil yang maksimal dan keuntungan besar, pihaknya saban hari lebih mengintensifkan pemantauan dan penjagaan lahan pertanian.

“Termasuk, dalam pemberian pupuk sesuai aturan. Meski harga di pasar mencapai Rp90 ribu per kg, tapi keuntungan buat kami berkisar antara 1-2 kali lipat karena faktor cuaca,” kata Muhidin.

Hal serupa disampaikan Susi, petani asal Desa Jati, Kecamatan Tarogong Kaler. Menurut Susi, karena faktor cuaca yang kurang bersahabat, berdampak pada hasil panen yang tidak maksimal.

Kami menjual hasil panen antara Rp20-30 ribu per kg kepada Bandar,” kata Susi.

Kepala UPTD Pasar Ciawitali, Kabupaten Garut, Ahmad Wahyudin mengatakan,, tingginya harga cabai di pasaran dikarenakan pasokan dari para petani sulit.

“Penyebabnya, faktor cuaca, sehingga kenaikan harga cabai jenis inul lebih dominan,” kata Wahyudin.

Pihaknya secara intensif setiap hari memantau kenaikan harga-harga komoditi pertanian lainnya. Namun yang paling signifikan kenaikan harga terjadi pada jenis cabai Inul, katanya.  (Yat.R/KB)