Aku kau dan dia
Puisi Djunaedi Tjunti Agus
aku, kau, dan dia
pasti perah berpikir
tentang perjalanan hidup
mengingat kembali yang telah terjadi
baik, buruk, bahagia dan sengsara
bahkan terjebak dosa-dosa
tergoda iblis laknat
penggoda anak cucu Adam
sudah saatya taubat nasuha
bertahan aggar tak mampu dirayu
peringatan telah kerap datang
penyakit dan berbagai sinyal
harusnya tak lagi tergoda
bukan sekadar fenomena alam
semua adalah peringatan Tuhan
bagi semua umat di muka bumi
naif jika kita tak kunjung sadar
tetap takluk terjebak godaan
bencana musibah silih berganti
mengingatkan agar kembali padaNya
tetapi kita kerap lupa diri
meski sempat tersadar
namun kembali takluk
oleh berbagai rayuan setan
oleh iblis berbagai rupa
gerhana bulan dan matahari
banjir longsor dan gempa
nyeri hingga serangan jantung
semua adalah peringatan Nya
tetapi kenapa kita tak peduli
tak berupaya mendekatkan diri
tepiskanlah semua godaan
jangan sampai terlambat
jika tak ingin didera di neraka
jauhi zina dan tipu muslihat
singkirkan keserakahan
jagan menghalalkan berbagai cara
jangan rusak amal dengan gunjingan
kembalilah pada jalan lurus
jalan yang telah digariskan
‘pelatihan’ sepanjang Ramadhan
harusnya meninggalkan bekas
iblis bisa ada di mana-mana
mempengaruhi manusia lemah
mengendalikan nafsu birahi
agar manusia jatuh ke kehinaan
bila bukan muhrim asyik berduaan
setan adalah yang ketiga
dan akhirnya terjebak dalam zina
ingat umur manusia ada batasnya
antara 60 hingga 70 tahun
apakah kita akan menyia-nyiakan usia?
doaku harusya doamu juga
doa semua umat
semoga kita berada di jalan lurus
berupaya mengikis dosa, taubat
berjanji tak melakukan kesalahan
terlebih keselahan sereupa
semoga kelam berubah cerah bercahaya
menuju saat kematian abadi
