Friday, April 26, 2024
Home > Berita > Menanti Supermarket Virtual di Indonesia | Belanja Tanpa Menyentuh Barang

Menanti Supermarket Virtual di Indonesia | Belanja Tanpa Menyentuh Barang

supermarket virtual

supermarket virtual di korea

Teknologi semakin tinggi, manusia semakin mendambakan kemudahan, termasuk belanja ke pasar swalayan tanpa harus menenteng barang belanjaan, tapi barang diantar ke rumah sesuai dengan waktu yang diinginkan.

Nah, kini berkembang Toko Virtual bahkan Supermarket Virtual,– merupakan toko tanpa wujud fisik barang — yang dijual, hanya tempelan gambar berbagai barang di dinding dan dirancang seolah-olah menyerupai serangkaian rak yang ada di  supermarket konvensional.

Pasar swalayan virtual ini hanya berupa media kaca yang ditempeli lembar katalog produk, bentuknya sekilas mirip dengan etalase supermarket, padahal yang Anda lihat hanya gambar.

Konsumen yang ingin berbelanja dapat menginstal aplikasi smartphone yang disediakan, kemudian melakukan pembelian dengan melakukan “scan codes” pada smartphone dan memberi tahu cara pembayaran mereka.

Setelah konsumen melakukan serangkaian proses pembelian dengan smartphone, konsumen dapat melakukan kegiatan lainnya atau kembali ke kantor, karena, barang yang telah dibeli akan dikirim langsung ke alamat rumah pada hari itu juga.

Toko virtual sudah ada di beberapa negara Amerika dan Eropa termasuk di Asia. Seperti dilansir baltimoresun.com, toko virtual dikenalkan pertama kali di Kota Cherry Hill, Baltimore, sekitar 2010, kemudian berkembang ke beberapa kota lainnya.

Virtual Grocery Store
Sumber gambar: CNN

Pada 2012, Tesco membuka toko virtual pertama di terminal utara Bandara Gatwick, Sussex, Inggris.  Toko virtual lain muncul di Baltimore, Maryland, Amerika Serikat.  Di Chicago, toko virtual sudah berkembang hingga berupa papan pajangan di pinggir jalan, sejak 2012. Maret 2014, laman The Creator Project menulis tentang kehadiran toko virtual dari jaringan Tesco di Berlin.  Laporan Chicago Tribun seperti dimuat dalam huffingtonpost.com, menyatakan lebih dari 100 toko virtual berdiri di Boston, Connecticut, New York, New Jersey, Philadelphia dan Washington, D.C.

Di Asia, Korea Selatan memulai swalayan virtual alias pusat belanja maya ini pada 2011, lewat uji coba di pusat perbelanjaan di stasiun kereta api bawah tanah Seolleung di Seoul.

Ide pendirian toko virtual ini berasal dari Homeplus, perusahaan Korea dalam jaringan supermarket Tesco dari Inggris. Ide itu sebenarnya sudah muncul ketika diketahui bahwa pengguna telepon genggam di Korea Selatan sudah mencapai lebih dari 10 juta orang pada 2009, seperti diberitakan Wall Street Journal.

Belanja di halte bus, cukup scan kode dengan ponsel
Belanja di halte bus bermodal ponsel

Kini, selain di stasiun kereta api bawah tanah, toko virtual ini juga sudah ada di tempat pemberhentian bus. Strategi Brick and Click ini, dirancang oleh agen periklanan Korea Selatan, Cheil, dengan melakukan riset perilaku konsumen dan tren teknologi smartphone di Korea Selatan. Negara dengan kemajuan teknologi seperti Korea Selatan dan Jepang, berbelanja dengan menggunakan teknologi smartphone dan “QR codes” merupakan hal yang telah menjadi kebiasaan.

Baca Juga: Google Buka Toko Google

Tesco Homeplus mendapatkan nominasi “Design of The Year” oleh London Design Museum pada 2011, karena ide brilian ini.

Toko virtual ini disambut sangat baik oleh masyarakat Korea Selatan, karena mereka tidak harus menggunakan troli, mengangkat banyak barang saat bepergian dan tidak dibutuhkan tempat yang besar untuk supermarket virtual ini. Bila ingin membeli produk yang sama, tidak perlu datang ke pasar swalayan lagi, cukup kirimkan lagi barcode yang sudah dimiliki, lakukan pembayaran dan barang akan dikirimkan ke rumah Anda.

Belanja Virtual Cukup Scan QR Code
Belanja Virtual Cukup Scan QR Code

“Pelanggan kami adalah orang-orang yang benar-benar sibuk dan banyak yang tak punya waktu bahkan untuk ke supermarket,” tutur koordinator proyek perdana itu, Jo Hyun Jae, seperti disiarkan BBC. Alasan itulah yang mendasari optimisme kesuksesan ide pasar swalayan virtual ini.

Menurut Jo, orang muda Korea Selatan akan semakin bergantung pada telepon genggam untuk segala urusan harian mereka. “Toko virtual kami memungkinkan mereka menghemat waktu,” ujarnya.

Namun, Kwon Ki-Duk, dari Samsung Economic Research Institute di Seoul, mengatakan ada faktor budaya konsumen lokal yang membuat penerapan teknologi berupa toko kelontong maya semacam ini lebih mungkin untuk cepat lepas landas di Korea Selatan daripada di tempat lain.

Tapi Kwon juga berpendapat, toko virtual itu dapat berbenturan dengan budaya lain di Negara Ginseng itu. Di negara yang terkenal dengan jam kerja panjang dan budaya kerja keras tersebut, belanja sudah menjadi salah satu cara orang-orang di sana untuk bersantai selepas kerja.

Seorang warga Korea Selatan yang mengikuti uji coba toko virtual itu, Kim Yoona, membenarkan pendapat Kwon, karena ia masih senang melihat dan menyentuh produk yang ingin dia beli.

Baca Juga: [Video] Hati-Hati Mengolah Informasi

Tapi Jakarta sudah semakin sibuk,  pasar swalayan selalu padat, dan kelihatannya pasar swalayan virtual tak lama lagi akan muncul di Indonesia!  (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru