Thursday, October 24, 2024
Home > Berita > Setelah Ditemui Mensos Risma, lalu gelandangan dan pemulung mau diapakan?

Setelah Ditemui Mensos Risma, lalu gelandangan dan pemulung mau diapakan?

Kegiatan di Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEGP) "Pangudi Luhur" Bekasi. (Foto: kemensos.go.id)

Mimbar-Rakyat.com (Bekasi) – Cara seseorang menangani tugas dan tanggungjawabnya pasti berbeda, tak terkecuali para menteri sekalipun. Mungkin ada menteri yang hanya suka mengatur dari “belakang meja”, namun tak sedikit yang suka turun “ke lapangan” untuk mencari solusi guna mengatasi persoalan.

Adalah Tri Rismaharini , mantan Walikota Surabaya yang kini diserahi tanggungjawab sebagai Menteri Sosial (Mensos), satu diantara pejabat yang suka turun ke lapangan. Bahkan dia tak sungkan marah-marah, bahkan menangis ketika melakukan kerja lapangan, seperti dia perlihatan ketika masih menjadi Walikota Surabaya.

Kini, sebagai seorang menteri, kebiasan lamanya tak hilang, setidaknya belum hilang. Sejak ngantor hari pertama, sebagai Menteri Sosial, Bu Risma (begitu akrab dia disapa) langsung memberi perhatian khusus kepada gelandangan dan sejenisnya yang disebut sebagai Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS).

Di hari pertama bertugas, Risma langsung blusukan. Pekan terakhir Desember 2020, ketika hendak menuju kantornya pada hari pertama ini dia bersama rombongan kecil berhenti di kawasan aliran Sungai Ciliwung, di belakang kantor Kementerian Sosial. Di atas jembatan, tepatnya di Fly Over Pramuka, Jalan Pramuka Sari II, Risma berdialog dengan seorang pemulung dengan gerobaknya yang bersiap melakukan rutinitas pagi bersama istrinya.

Seperti biasa, sama sekali dia tidak terlihat canggung, apa lagi dibuat-buat. Namun di mata orang lain, apa yang dilakukan Mensos yang baru ini dianggap tak wajar, mengada-ada.

Sorotan antara lain datatang dari Ketua Komisi A DPRD DKI Jakarta Mujiyono. Menurut dia, seperti dilaporkan kompas.com, blusukan Risma itu dikemas berlebihan sehingga terlihat tidak elok di mata publik. Sedang Pelaksana Harian Wali Kota Jakarta Pusat Irwandi berpendapat, masalah gelandangan atau tunawisma bukan hanya ada di Jakarta, tapi juga di seluruh kota besar di Indonesia.

Banyak tannggapan kontra yang muncul di sejumlah media masa terhadap cara kerja Risma. Namun ada pula yang mendukung. Namun bagi Risma sepertinya hal itu bukan persoalan, nyatanya hari-hari berikutnya kembali blusukan. Mungkin lain kali  tidak hanya di Jakarta, tetapi juga disejumlah kota atau wilayah lainnya.

Lalu apa hasil blusukan yang telah dilakukan Mensos baru-baru ini? Tentunya belum begitu terlihat, karena baru terjadi beberapa hari lalu. Namun setidaknya, mengutip website Kemensos RI, kemensos.go.id, telah ada dua orang PPKS dirujuk ke Balai Rehabilitasi Sosial Eks Gelandangan dan Pengemis (BRSEGP) “Pangudi Luhur” Bekasi.

Di sana mereka mendapatkan berbagai penanganan, termasuk mendapatkan peningkatan dan penguatan keterampilan serta motivasi agar mereka bisa meningkatkan kesejahteraan di masa depan.

Asmani, seorang penjual jas hujan dan masker di fly over Mampang, Jakarta Selatan. Lalu, Mulyana, pemulung asal Subang, Jawa Barat, yang mengaku sudah tinggal di Jakarta selama 5 tahun itu, ditemui Mensos di Jalan Saharjo, Jakarta, pagi hari tanggal 5 Januari lalu. Risma meminta kesediaan mereka untuk mendapatkan pelayanan sosial.

Asmani dan Mulyana setuju, kedusanya menurut dan bersedia langsung di-assessment awal di BRSEGP “Pangudi Luhur”, Bekasi, termasuk mendapatkan pengecekan kesehatan sesuai protokol COVID-19, rapid test antibodi.

Mereka juga mendapat penanganan sementara sebelum kembali ke tengah masyarakat dan dikoordinasikan dengan pemerintah daerah.

Selama di Balai, Pak Mulyana cukup kooperatif dan menunjukkan semangat untuk belajar keterampilan yang diberikan instruktur, seperti cara-cara untuk pembuatan pupuk kompos. Juga, diarahkan untuk mengasah keterampilan yang tersedia seperti beternak ikan lele, potong rambut ataupun montir mobil.

Sedangkan, Asmani masih perlu motivasi dan adaptasi untuk tinggal dan belajar keterampilan di balai. Di balai ia bisa belajar untuk membuat masker dari bahan kain yang bisa dijual dan meningkatkan pendapatan.

Setidaknya apa yang dilakukan Mensos Risma dan apa yang telah terjadi mulai menampakkan hasil. Tentunya sebuah usaha tak selalu langsung membuahkan hasil wah, bagai balon yang ditiup, atau seperti hasil sulap yang mencengangkan. Semua tentu ada proses.

Sudah menjadi “lagu lama”, tidak semua usaha seseorang mendapat tanggapan positif. Meski bermanfaat, ada saja yang tidak suka. Begitu pun sebaliknya, kerja buruk yang diperlihatkan seseorang, termasuk pejabat yang korupsi atau tokoh yang tak bermoral, anehnya ada juga yang mendukungnya.

Untuk Mensos Bu Risma, mari kita dukung apa yang dilakukan saat ini, memberi perhatian lebih kepada gelandangan, pamulung, dan sejenisnya, di Jakarta. Mana tahu waktu mendatang dia fokus pada program lain, tidak hanya di Jakarta, tetapi juga di seluruh wilayah Indonesia. Selamat bekerja Bu Risma.***(edy)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru