Friday, October 04, 2024
Home > Featured > Langkah kaki Tapak hati, Puisi A.R. Loebis

Langkah kaki Tapak hati, Puisi A.R. Loebis

Ilustrasi - Langkah kaki Tapak hati. (pngtree)

Langkah kaki tapak hati

 

Langkah patah-patah

Ketajaman merekah

Di ujung jalan panjang ini

Kutikam dendam

Tusukan bertalu-talu

Sayatan bertubi-tubi

Sembilu meraba tulang

Semburat merah

Muncrat durjana marah

Alir darah menetes di tanah

 

Langkah seok-seok

Membelah limbah rimba beton

Menyelusur gelombang bersahutan

Merengkuh seberang lautan

Terdampar di pantai buaian

Bergelut dengan kecamuk dunia

Ada kupu-kupu hinggap

Sepotong nyala masuk lubang

Dendam menebal di parit alunan kelam

Suara malam gemuruh

Kulit gerah

Pori-pori merekah

Aorta menutup celah

Onggok kecil ini dimasuki buih putih

Selokan ini dialiri air api

Menyala membakar tepi-tepinya

Ada yang menata sapa

Getaran sentuh jemari mengalir dari bola mata

Di hamparan hijau ini juga kutikam dendam

Ah, di pelataran ini aku ku tercerabut

Berserakan dalam kata-kata

Gemerincing irama berkurang

Tengadah jemari bertambah

Sesekali ada semerbak di tenggorokan

Sering kali irama bergayut menyusuri siaran

Ketika ada kunang-kunang menyinari dirinya

Jirigen hati penuh

isinya tertuang di keremangan

di balik bayang rimbun keriuhan

Ramai sekali perjalanan ini

Tapi gamang disuntik kesenyapan

Duduk di batu dihisap kesunyian

Langkah menjadi mundur

surut menjadi maju

diam menjadi gerak

karena sarang dan sarung kehilangan kandang

akibat sukaku luka dukaku lara

 

Langkah tatih-tatih

Ini babak rintih dan lirih

Niti mencari rasa mengolah karsa

Ngrogo sukmo di akar serabut minallah

Berkelana di akar tunggal minannas

Menabung makanan batinku

Di rumahmu di istanamu

aku memamah biak segala santap

untuk memilah warna

yang tak bisa berdampingan

ah, debar berdebur cibir semilir

napak tilas di tapal batas kata dan frasa

beyond arti dan makna

Meniti air

Memarakkan bara

Menyalakan liuk

menyemarakkan duka

Mengorek luka

Mengurung rasa

Memarkir tawa

Mengikat nestapa

mengotakkan asa

mengukir aura

memuluskan aorta

menggunakan jeruji cinta

Mengunci dengan asmaul husna

Tiap hari tiada henti dengan soliliqui

Berpagar dari durjana yang terus menari

 

Langkah pasti

Ini babak kehilangan diri

Pulang kampung dan tak kembali

Membawa langkah kaki tapak hati

Ya Robbi mengapa aku tak mengerti jua

Ya Arhamar Rohimin mengapa kami tetap tak semestinya.

Ampun ya Al-Khaliq.

***

Malioboro, 08/03/24 – Ciampea, Ramadan. 30/03/24

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru