Langkah kaki tapak hati
Langkah patah-patah
Ketajaman merekah
Di ujung jalan panjang ini
Kutikam dendam
Tusukan bertalu-talu
Sayatan bertubi-tubi
Sembilu meraba tulang
Semburat merah
Muncrat durjana marah
Alir darah menetes di tanah
Langkah seok-seok
Membelah limbah rimba beton
Menyelusur gelombang bersahutan
Merengkuh seberang lautan
Terdampar di pantai buaian
Bergelut dengan kecamuk dunia
Ada kupu-kupu hinggap
Sepotong nyala masuk lubang
Dendam menebal di parit alunan kelam
Suara malam gemuruh
Kulit gerah
Pori-pori merekah
Aorta menutup celah
Onggok kecil ini dimasuki buih putih
Selokan ini dialiri air api
Menyala membakar tepi-tepinya
Ada yang menata sapa
Getaran sentuh jemari mengalir dari bola mata
Di hamparan hijau ini juga kutikam dendam
Ah, di pelataran ini aku ku tercerabut
Berserakan dalam kata-kata
Gemerincing irama berkurang
Tengadah jemari bertambah
Sesekali ada semerbak di tenggorokan
Sering kali irama bergayut menyusuri siaran
Ketika ada kunang-kunang menyinari dirinya
Jirigen hati penuh
isinya tertuang di keremangan
di balik bayang rimbun keriuhan
Ramai sekali perjalanan ini
Tapi gamang disuntik kesenyapan
Duduk di batu dihisap kesunyian
Langkah menjadi mundur
surut menjadi maju
diam menjadi gerak
karena sarang dan sarung kehilangan kandang
akibat sukaku luka dukaku lara
Langkah tatih-tatih
Ini babak rintih dan lirih
Niti mencari rasa mengolah karsa
Ngrogo sukmo di akar serabut minallah
Berkelana di akar tunggal minannas
Menabung makanan batinku
Di rumahmu di istanamu
aku memamah biak segala santap
untuk memilah warna
yang tak bisa berdampingan
ah, debar berdebur cibir semilir
napak tilas di tapal batas kata dan frasa
beyond arti dan makna
Meniti air
Memarakkan bara
Menyalakan liuk
menyemarakkan duka
Mengorek luka
Mengurung rasa
Memarkir tawa
Mengikat nestapa
mengotakkan asa
mengukir aura
memuluskan aorta
menggunakan jeruji cinta
Mengunci dengan asmaul husna
Tiap hari tiada henti dengan soliliqui
Berpagar dari durjana yang terus menari
Langkah pasti
Ini babak kehilangan diri
Pulang kampung dan tak kembali
Membawa langkah kaki tapak hati
Ya Robbi mengapa aku tak mengerti jua
Ya Arhamar Rohimin mengapa kami tetap tak semestinya.
Ampun ya Al-Khaliq.
***
Malioboro, 08/03/24 – Ciampea, Ramadan. 30/03/24