Monday, April 29, 2024
Home > Berita > Karangtawang Pelopor Desa Emping Melinjo Di Kuningan

Karangtawang Pelopor Desa Emping Melinjo Di Kuningan

Karangtawang Pelopor Desa Emping Melinjo Di Kuningan. ien)

Mimbar-Rakyat.com (Kuningan) – Emping merupakan cemilan ringan populer di nusantara dan olahan pangan dari melinjo ini biasanya disuguhkan bersama aneka kuliner nusantara, seperti soto, empal gentong, dengkil, lontong sayur, atau tak jarang dijadikan cemilan langsung, saat mengisi waktu senggang.

Di Kabupaten Kuningan, emping sangat digemari, bahkan ada sebuah desa yang hampir seluruh warganya membuat cemilan yang memiliki sedikit rasa pahit. Namun, di Desa Karangtawang Kecamatan Kuningan, Emping diolah dengan berbagai varian rasa, ada rasa original dengan bumbu rempah, asin, pedas, manis, keju dan balado, tergantung dari penambahan bumbunya sendiri.

Salah satu pemilik usaha emping, Maryam (57), mengaku ia kerapkali menerima pesanan dari berbagi toko di Kabupaten Kuningan.

“Untuk penjualan emping saya tidak tahu berapa besaran lakunya, hanya menunggu pemesanan dari beberapa toko langganan di pasar, tapi saat ini emping menumpuk dikarenakan tidak ada yang beli,” ujar Maryam, yang sudah 30 tahun merintis usahanya membuat dan menjual emping mentah.

Dijelaskan Maryam yang juga perintis pabrik emping di Desa Karangtawang ini, penyebab sepinya penjual bukan karena pandemi Covid-19, tetapi merupakan tradisi tahunan saat menghadapi bulan Rajab dalam tahun hijriyah.

“Pandemi mah ngga berpengaruh, tapi kalau bulan Rajab yang seperti ini sepi, nanti pas bulah Ruwah (Sya’ban) baru meningkat. Kalau yang lain mah pada libur, saya mah tetap dagang, karena sudah biasa dengan keadaan seperti ini,”t erang Maryam, Sabtu (27/2/2021).

Saat ditanya lebih lanjut, soal omset penjualan perharinya, Ia pun menjawab bisa mendapatkan 10 kilogram per harinya, apabila penjualan sedang ramai. “Sekarang di tahun ini, kesulitannya bukan hanya menghadapi bulan Rajab, tetapi harga bahan bakunya yang kian mahal. Tadi saya baru baru beli ke pasar, sekilo harganya mencapai Rp18 ribu,” paparnya.

Mahalnya harga bahan baku melinjo ini, berimbas terhadap harga penjual emping mentahnya yang kini mencapai Rp70 ribu, baik yang berukuran besar maupun kecil. “Gara – gara tangkil (melinjo) mahal, sekarang harga emping jadi ikutan naik, soalnya pan ongkos produksinya juga naik,” kata Maryam.

Maryam sedang menimbang empingnya. (ndien)

Guna mensiasati mahalnya bahan baku, Ia pun selalu menyimpan buah melinjau untuk stok produksi emping miliknya. “Ya, gini Ibu mah suka stok tangkil dipabrik buat dijual,” imbuhnya.

Selain itu, Ia pun rajin untuk menjemur emping yang akan dikirim kepada pelanggannya, agar tidak berjamur. “Ya, saya mah ngejemur emping kalau terang mah, sebelum dijual ke sembilan toko pelanggan saya, biar empingnya tidak berjamur,” ungkapnya.

Ditambahkan Maryam, apabila emping yang akan dijualnya belum laku, Ia pun membumbui empingnya dan menjemurnya kembali. “Biasanya kalau yang sudah ada bumbunya itu, banyak yang cari, karena kan dibumbui dengan rempah – rempah,” tuturnya.

Selain itu, lanjur Maryam, pengemasan dan penyimpanan juga mempengaruhi kualitas rasa dari emping sendiri. “Iya pengemasan dan penyimpanan juga mempengaruhi, makanya saya selalu menjaga kelembaban empingnya,”jelasnya.

Keberhasilan Maryam rupanya menginspirasi warga sekitar dan anak – anaknya untuk mengikuti jejaknya. “Di sini mah udah banyak yang jualan tapi kalau pabrik cuman beberapa aja. Nah kalau mau beli emping yang sudah digoreng ke anak saya, atau mau beli makroni juga ada, kalau mau ayo saya anter,”ajaknya.  (dien / arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru