Mimbar-Rakyat.com – Saat India bergulat dengan krisis virus corona terparah di dunia, pembakaran di krematorium terus menyala sepanjang waktu. Kabar dari ibu kota India, New Delhi, terjadi satu kematian setiap empat menit di negara itu.
Kamis (29/4) ini terjadi rekor tertinggi lain yang suram, dengan 379.257 infeksi baru dan 3.645 kematian dalam 24 jam sebelumnya. Sementara sejumlah kekurangan terus dialami. Bahkan untuk membantu mengatasi kekurangan tempat tidur rumah sakit dan oksigen medis di negara itu, sejumlah negara mengirimkan peralatan.
Lonjakan infeksi virus corona yang menghancurkan telah mengekspos infrastruktur kesehatan India yang bobrok dan kekurangan oksigen kronis – perawatan utama untuk pasien Covid-19 yang sakit parah. Demikian dikutip dari Al Jazeera.
India telah melaporkan rekor peningkatan kasus virus corona dan kematian selama 24 jam terakhir, mendorong beban kasus secara keseluruhan di atas 18 juta. Dengan 379.257 kasus baru dan 3.645 kematian baru, jumlah total kasus dan kematian di India sekarang masing-masing mencapai 18,38 juta dan 204.832. Demikian menurut data kementerian kesehatan.
Gedung Putih menyatakan Amerika Serikat mengirim pasokan senilai lebih dari $ 100 juta ke India untuk membantunya melawan lonjakan kasus Covid. Pasokan, akan mulai tiba pada Kamis dan berlanjut hingga minggu depan, termasuk 1.000 tabung oksigen, 15 juta masker N95 dan satu juta tes diagnostik cepat.
AS juga mengalihkan pesanannya sendiri dari pasokan pembuatan vaksin AstraZeneca ke India, yang akan memungkinkannya membuat lebih dari 20 juta dosis. Begitu menurut sumber Gedung Putih.
“Sama seperti India mengirim bantuan ke Amerika Serikat ketika rumah sakit kami tegang di awal pandemi, Amerika Serikat bertekad untuk membantu India pada saat dibutuhkan,” kata Gedung Putih dalam lembar fakta yang menguraikan bantuan tersebut.
Sementara Taiwan telah membeli 150 konsentrator oksigen dan berencana mengirimnya ke India akhir pekan ini dan juga berupaya memberikan bantuan lebih lanjut, kata menteri luar negeri Joseph Wu.***Sumber Al Jazeera.(edy)