Friday, April 19, 2024
Home > Berita > Wartawan Dawit Isaak 16 Tahun Meringkuk Dalam Sel Tiada Kabar Berita

Wartawan Dawit Isaak 16 Tahun Meringkuk Dalam Sel Tiada Kabar Berita

Wartawan Dawit Isaak, entah dimana ia sekarang. Ia mendapat penghargaan sebagai wartawan pemberani menyuarakan kebebasan pers di Jakarta, Mei mendatang.

MIMBAR-RAKYAT.com (Paris) – Dawit Isaak, jurnalis keturunan Eritrea-Swedia yang dibui sudah sekitar 16 tahun hingga kini tidak ada kabar beritanya.

“Dawit Isaak sudah meringkuk sekitar 16 tahun dalam penjara, tanpa ada tuduhan atau pengadilan. Saya berharap melalui penghargaan ini akan sampai pesan kita kepada dunia dan dunia akan mengatakan, ‘Bebaskan Dawit Isaak sekarang juga’,” kata Ketua   Juri “Guillermo Cano World Press Freedom Prize 2017 UNESCO, Cilla Benko.

Ia mengatakan hal itu menjelang Hari Kebebasan Pers Dunia (World Press Freedom Day) pada 3 Mei 2017 di Jakarta, yang akan dihadiri Presiden Joko Widodo dan Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova, seperti dinyatakan dalam siaran pers UNESCO, minggu ini.

Isaak ditahan dalam kerusuhan terhadap media pada September 2001 dan terakhir kali terdengar berita tentang dia pada 2005. Tidak ada yang mengetahui dimana ia sekarang.

Juri independen media professional internasional, Benko, menyarankan dengan suara bulat agar Isaak yang dikenal akan keberaniannya, serta komitmennya atas kebebasan mengeluarkan pendapat mendapatkan penghargaan itu dan rekomendasi itu diterima Direktur Jenderal UNESCO, Irina Bokova.

“Membela kebebasan mengeluarkan pendapat merupakan tekad dan keberanian, sebagai panggilan jiwanya,” kata Irina Bokova.

“Ini merupakan warisan besar dari  Guillermo Cano, dan pesan itu kita kirimkan sekarang melalui keputusan memberikan penghargaan kepada Dawit Isaak dan karya-karyanya,” katanya.

“Dawit Isaak menjadi salah satu dari deretan para jurnalis pemberani, yang berusaha memberikan cahaya dalam ruang gelap, menjaga komunitas mereka untuk selalu mengatasi masalah dan rintangan,” kata Benkö,

“Beberapa di antara mereka mengorbankan nyawa mereka demi tegaknya kebenaran. Akibatnya, banyak dari mereka yang masuk penjara. Dawit Isaak sudah meringkuk sekitar 16 tahun dalam penjara, tanpa ada tuduhan atau pengadilan,” ujarnya.

Dawit Isaak, seorang dramawan, jurnalis dan penulis, pindah ke Swedia pada 1987,  dan kemudian berubah kewarganegaraan menjadi warga Swedia. Setelah Eritrea merdeka, ia kembali ke kampung lamanya dan mendirikan serta menjadi reporter media Setit, merupakan media independen pertama di negara di timur laut Afrika itu.

Ia dikenal sebagai seorang wartawan paling kritis dan laporannya selalu mendalam.

Penghargaan yang dilakukan Badan Eksekutif UNESCO itu pertama kali diadakan pada 1997, – dinamai “UNESCO/Guillermo Cano World Press Freedom Prize” – diberikan kepada perorangan, organisasi atau institusi, yang sudah melakukan kontribusi luar biasa dalam mempertahankan dan mempromosikan kebebasan pers dimana pun di muka bumi ini – apalagi bila sudah berhadapan dengan situasi berbahaya.

Nama penghargaan dengan nilai sebesar 25.000 dolar itu disebut dengan Penghargaan Guillermo Cano Isaza, jurnalis Kolumbia yang disiksa hingga tewas di depan kantor dan pekerja di korannya, El Espectador, di Bogota pada 17 Desember 1986.

Penghargaan ini didukung dan didanai  Cano Foundation (Kolombia) dan Helsingin Sanomat Foundation (Finlandia).  (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru