Friday, April 19, 2024
Home > Berita > Soal Penerimaan Polisi, Tim Panda Polda Banten Dicecar Pertanyaan Praktik Percaloan

Soal Penerimaan Polisi, Tim Panda Polda Banten Dicecar Pertanyaan Praktik Percaloan

Wakapolda Banten Kombes Aan Suhanan menandatangani pakta integritas penerimaan calon polisi.(ist)

MIMBAR-RAKYAT.Com (Serang) – Tim Penerimaan Daerah (Panda) Polda Banten 2017 dicecar pertanyaan ‘menyakitkan’ oleh calon siswa (casis) Polri maupun dari keluarga (casis) seputar praktik percaloan yang kerap ada pada setiap penerimaan anggota Polri pada acara penandatanganan pakta integritas.

Penandatanganan Pakta Integritas anggota Polri yang jujur bersih dan akuntable ini digelar di Kampus Akper Faletehan, Kabuopaten Serang, Senin (17/4).

“Bagaimana Bapak Wakapolda, saya ini berasal dari keluarga tidak berada. Dengan ilmu yang saya miliki, saya ingin mengabdikan diri menjadi polisi. Bagaimana Bapa bisa menjamin jika penerimaan anggota Polri ini bersih dari percaloan,” tanya salah satu casis dari unsur bintara.

Pertanyaan yang sama juga diungkapkan beberapa orang tua casis bahwa penerimaan anggota Polri baik perwira, bintara ataupun tamtama sudah menjadi milik para pejabat atau orang berduit.

Bahkan jatah untuk taruna akademi kepolisian, dikatakan sudah menjadi milik keluarga jenderal dan pejabat polisi lainnya.

“Kalau untuk menjadinya bintara berkisar antara Rp 200 hingga Rp 300 juta, dan harga untuk perwirwa mencapai angka miliar,” kata Damayanti, orangtua casis dari Kabupaten Lebak.

Menanggapi pertanyaan itu, Wakapolda Banten Kombes Aan Suhanan menjamin bahwa sesuai instruksi Kapolri penerimaan calon siswa kali ini bersih dari korupsi, kolisi dan nepotisme.

Jika nanti ditemukan, kata Kapolda, pihaknya akan melakukan tindakan tegas bagi pemberi ataupun penerima.

“Untuk itu saya imbau orangtua casis atau siapapun, jika mendengar atau ada yang menawarkan segera laporkan ke panitia. Jika tidak berani langsung lapor ke saya atau Kapolda,” tegas Wakapolda Aan.

Aan bahkan menceritakan pengalaman dirinya yang hanya seorang anak petani bisa diterima menjadi taruna pada 33 tahun yang lalu. Perwira menengah 3 melati ini menceritakan, tekad dan ilmu yang dimiliki itulah yang mengantarkannya menjadi polisi.

Soal fisik, kata Aan, dirinya waktu kelas 2 SMA rajin lari pagi, ketika naik kelas 3 SMA rajin lari siang hari.

“Waktu itu, saya hanya minta ibu berdoa. Selebihnya saya bersama satu teman daftar perwira polisi yang waktu itu masih gabung dengan ABRI di Bandung. Di Bandung, saya banyak belajar dan salat tahajud serta berdoa pada Yang Kuasa,” ungkap Kombes Aan. (joh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru