Thursday, March 28, 2024
Home > Berita > Siwo Jaya lahir 20 Juli 1966 di tangga Gedung KONI Pusat, 3 bulan sebelum Ganefo II

Siwo Jaya lahir 20 Juli 1966 di tangga Gedung KONI Pusat, 3 bulan sebelum Ganefo II

Wartawan olahraga anggota Siwo Jaya lintas waktu foto bersama saat berkumpul di Sekretariat Siwo Jaya Stadion Utama, Jakarta, ketika menghadiri upacara pemakaman salah seorang anggota Siwo Jaya Supardi Saleh, 18 Feburari 2018.(Foto Istimewa)

Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia Jakarta Raya (Siwo PWI Jaya)  lahir  sekaligus pembentukkan pengurus untuk pertama kalinya pada tanggal 20 Juli 1966. “Saya tahu dan ingat persis, pembentukkannya terjadi hari Rabu, hari kelahiran saya,” kata Norman Chaniago, salah seorang saksi hidup, yang ikut rapat membentuk organisasi wartawan olaraga Jakarta kala itu.

Dengan kesaksian Norman tersebut terjawab sudah tentang taggal dan bulan lahirnya Siwo Jaya. Sebelumnya masih simpang siur. Ada yang menyatakan atau menulis Siwo Jaya (demikian kerap disebut) lahir pada bulan April 1966, Juli 1966, dan Oktober 1966. Namun tidak satupun yang menulis tanggal berapa.

“Yang pasti Siwo Jaya lahir dan terbentuk kepengurusannya untuk pertama kalinya sekitar tiga bulan menjelang penyelenggaraan Ganefo (Games of the New Emerging Forces), atau pesta olahraga yang diciptakan oleh Indonesia (Presiden Soekarno) sebagai tandingan Olimpiade, yang kedua sekaligus Ganefo terakhir,  di Phnom Penh, Kamboja.” kata Norman Chaniago.

“Saya ingat betul, rapat diadakan di tangga Gedung KONI Pusat Senayan, pada hari Rabu. Jadi bukan di Sekretariat PWI Jaya di Jalan Merdeka Selatan No. 11 Jakarta, seperti pernah ditulis,” kata Norman Chaniago, yang akrab disapa sebagai Bang Norman.

Gedung KONI Pusat yang dulunya hanya berlantai dua, lantai pertama utuk gedung pertemuan dan lantai dua ruang perkantoran, sekarang sudah berubah menjadi Pusat Perbelanjaan FX Jl. Sudirman atau di Jl. Pintu I Gelora Senayan, Jakarta, dengan 4 basemet dan 9 lantai. Fx Sudirman mulai dibuka 21 Juli 2008, atau 42 tahun setelah terbentuknya organisasi wartawan olahraga Jakarta.

Sejarah berdirinya Siwo PWI Jaya dan perkembangannya memang perlu ditelusuri secara serius. Bukan karena merupakan wadah berkumpulnya wartawan olahraga pertama di Indonesia, yang jauh lebih dulu terbentuk dibanding Siwo PWI Pusat, namun sepak terjangnya dalam ikut membangun prestasi olahraga di Tanah Air termasuk luar biasa. Anggota Siwo Jaya tidak hanya berurusan dengan berita-berita olahraga, tapi juga ikut lansung dalam mendorong terciptanya prestasi di berbagai cabang olahraga. Sejumlah aggota Siwo Jaya bahkan dipercaya menduduki posisi kunci di pemerintahan, atau di organisasi terpandang.

Namun di tengah  kehebatan Siwo Jaya, ternyata hampir seluruh anggota Siwo Jaya tidak ingat persis siapa saja yang pernah dipercaya menjadi Ketua Siwo Jaya. Bahkan beberapa senior Siwo Jaya yang coba dihubungi; Norman Chaniago, Sam Lantang, Igs Sunito, Adhi Wargono, TD Asmadi, Otang Fharyana,  ingatnya pun sepotong-sepotong. Sedang siapa saja Ketua Siwo Jaya sejak Sam Lantang hingga sekarang, Ian Situmorang dan Gungde Ariwangsa membantu mengingatkan.

Maka ditemukanan urutan Ketua Jiwo Jaya sejak terbentuknya hingga saat ini.

  1. Sondang Meliala  (1966-1970)
  2. Lukman Setiawan (1970-1972)
  3. Sumohadi Marsis (1972-1974)
  4. Kasim Aruan (1974-1975)
  5. Ardy Syarif (1975-1980)
  6. Sam Lantang (1980 – 1990)
  7. Atal S Depari (1990 – 1999)
  8. Ian Situmorang (1999 – 2001)
  9. Gungde Ariwangsa (2001 – 2004)
  10. Kesit B Handoyo (2004 – 2009)
  11. Kesit B Handoyo      (2009 – 2012)
  12. Hari Bukhari              (2012 – 2019)
  13. Agus Susanto (2019 – 2024)

Periode kepengurusan Siwo Jaya awalnya hanya 3 tahun. Namun dalam perjalanan berikutnya masa kepengurusan diperpanjang menjadi 5 tahun.

Kapan persisnya Siwo PWI Jaya terbentuk? Pertanyaan itu kini terjawab sudah.

“Ya itu tadi. Hari Rabu, setelah pertengahan bulan Juli,” kata Bang Norman,

salah seorang wartawan olahraga Jakarta yang ikut dalam rapat perdana pembentukan dan pemilihan pengurus Siwo Jaya tersebut.

“Saya ingat betul. Rapat dilaksanakan hari Rabu,” kata Norman yang pada April mendatang genap berusia 80 tahun. Rapat yang digelar pada  tanggal 20 Juli 1966 itu menghasilkan kesempatan membentuk Siwo Jaya dan kepengurusannya.

Ada 11 orang yang ikut dalam rampat. Mereka adalah; Sondang Meliala (Berita Yudha), Rahim Usman, Abdullah (LKBN Antara), Ardy Syarif, Lukman Setiawan (Harian Kami), Norman Chaniago, MS Sulin (Api Pancasila), Th Budi Susilo (Kompas), Tubagus Abas (Duta Masyarakat), Zuhry Husein (PAB), dan Edy Sihombing (RRI).

Norman ingat betul, rapat pembentukan Siwo Jaya pada hari Rabu itu terjadi setelah pertengahan bulan Juli.

Hari Rabu setelah pertengahan bulan Juli tahun 1966 adalah tanggal 20.

Jadi Siwo Jaya tebentuk pada tanggal 20 Juli 1966?

“Betul. Tanggal 20 Juli, tiga bulan menjelang pelaksanaan Ganefo di Phnom Penh, Kamboja” kata Bang Norman.

Ganefo II dilaksanakan tanggal 25 November – 6 Desember 1966.

Setelah Siwo Jaya terbentuk dan pengurusnya terpilih, beberapa hari kemudian Siwo Jaya dikukuhkan oleh Dirjen Olahraga Sukamto Saydiman. Pada kesempata itu Dirjen Olahraga itu juga memutuskan mengirimkan 8 orang anggota Siwo meliput Ganefo II di Phnom Penh atas biaya negara.

“Saya tidak termasuk diatara 8 orang itu. Saya diberangkatkan beberapa bulan kemudian, pada tahun 1967 ke Seoul, Korea Selatan, meliput kejuaraan bola basket se Asia. Juga atas biaya negara,” kata Bang Norman.

Sejak berdirinya Siwo, organisasi profesi tersebut termasuk dalam organisasi KONI Pusat bersama induk-induk cabang olahraga, karena ketika  itu belum ada Siwo Pusat.

Turut Berperan

Siwo Jaya sejak kelahirannya selalu berjalan beriringan dengan organisasi olahraga yang ada. Wartawan olahraga tidak hanya sekadar meliput kegiatan, tetapi tutut berperan merangsang lahirnya bibit-bibit atlet dan mendorong terciptanya prestasi.

Ada turnamen tinju nasional Sarung Tinju Emas (STE) yang menjadi anjang pencarian bibit petinju yang ternyata memang mampu memunculkan bibit-bibit handal yang digelar pertamakalinya tahun 1976 di Ambon.

Gagasan meggelar turnamen tinju STE ini mucul tahun 1975 dari hasil omong-omong beberapa wartawan olahraga  Harry Komar (Tempo), Isack Sinyal (Sinar Harapan), dan Sam Lantang (Berita Yudha) dengan Sekjen PB Pertina Kusnadhi. Pertemuan itu juga terjadi di tangga Gedung KONI Pusat Senayan.

Ketika itu kebetulan Isack Sinyal membawa majalah Rings. Kusnadhi meminjam majalah itu, dan setelah membolak balik dia berkata; “Seperti ini dong Siwo PWI. Bikin di Indonesia,” katanya, sambil memperlihatkan artikel tentang Golden Gloves, turnamen tinju amatir yang kelahirannya diprakarasi wartawan olahraga di Amerika Serikat dan diikuti petinju-petinju top.

Gagasan itu akhirnya menjadi kenyataan, setelah Ketua Siwo Pusat Sondang Meliala melakukan pendekatan kepada Ketua Umum PB Pertina Saleh Basarah. Maka akhirnya lahirlah Turnamen Tinju Amatir Sarung Tinju Emas (STE) yang sempat berlangsung rutin setiap tahun di era PB Pertina Saleh Basarah.

Ada Invitasi Balap Sepeda Khusus Track yang digelar 8 tahun berturut-turut (1989-1996). Invitasi sepeda track ini muncul berawal dari omong-omong antara wartawan peliput balap sepeda, antara lain Djunaedi Tjunti Agus, Hendry Ch Bangun, Ajat Sudrajat, Aba Marjani, Sugeng Indarto, Prayan Purba,  Akhir Rashid Tanjung, Hermanto, dan banyak lainnya, dengan pengurus PB ISSI (Ikatan Sport Sepeda Indonesia), Denny Gumulya, Sofiyan Ruzian, Donny A Prasetya, Heryanto, dan beberapa pengurus lainnya. Hasil omong-omong di Sekretariat PB ISSI, di Kanseleri Stadion Utama Gelora Bung Karno Senayan itu ternyata disambut antusias oleh Ketua Umum PB ISSI Harry Sapto Soepojo. Bahkan dia menyatakan akan menanggung biaya sepenuhnya, maka disepakati invitasi track itu digelar Siwo Jaya. PB ISSI juga mempercayai Djunaedi Tjunti Agus dan Hendry Ch Bangun, kalau tidak  sebagai Ketua Penyelenggara ya sebagai Koodinator Pelaksana, secara bergantian.

Invitasi balap sepeda khusus track ini berlangsung 8 kali, hingga akhirnya PB ISSI menyatakan cukup dan invitasi tersebut tak pernah lagi digelar hingga sekarang.

Di era kepengurusan Siwo Jaya pimpinan Sam Lantang , sejumlah evet yang digelar atau diprakarsai Siwo Jaya mampu melahirkan sejumlah atlet berprestasi. Sejak era 90an itu hingga kepengurusan Siwo berikutnya banyak invitasi berskala nasional yang digelar atas kerjasama dengan berbagai induk organisiasi. Selain balap sepeda ada  cabang bola voli yang dikoordinir peliput cabang voli Alwan Zablam dkk, bola baset (Lutfi Sukri dkk), sepatu roda (Norman Chaniago dkk), selain kegiatan olahraga massal Gerak Jalan Piala Wakil Presiden (Koordinator Supardi), dan banyak lainnya.

Siwo tidak saja merupakan seksi (kelompok profesi)  pertama yang ada di PWI Jaya (juga di Indonesia)– yang dalalam perkembangan berikutnya diiikuti dengan lahirnya seksi-seksi lain, termasuk seksi filem—tetapi juga berperan dalam menentukan kebijakan pembinaan olahraga melalui KONI, atau berperan langsung melalui induk-induk olahraga yang ada.

Untuk kalangan sendiri, Siwo Jaya juga memiliki “segudang” kegiatan, termasuk aktif dan kerap juara dalam pertandingan sejumlah cabang, termasuk sepakbola. Siwo Jaya juga sering meraih gelar juara umum pada Pekan Olahraga Wartawan Nasional (Porwanas) yang digelar pertamakali tahun 1983 di Semarang, Jateng.

Janggan anggap enteng Siwo. Sejumlah pembina dan pengurus olahraga pernah kena “batunya”. Mereka, entah itu dari jajaran KONI, atau dari cabang-cabang olahraga, akhirnya harus minta maaf karena sempat terlanjur “menyakiti” Siwo Jaya.

Tidak berlebihan jika Siwo Jaya disebut  hebat, karena memang di dalamnya terdapat orang-orang hebat dengan pengalaman yang hebat-hebat pula. Bagi sebagian besar anggota Siwo Jaya, dunia ini kecil. Tak hanya Indonesia, kota-kota di jagad raya telah mereka arungi.***(Djunaedi Tjunti Agus)

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru