Saturday, July 27, 2024
Home > Berita > Sean Gelael Harus Pertahankan Jati Diri Oleh A.R. Loebis

Sean Gelael Harus Pertahankan Jati Diri Oleh A.R. Loebis

Sean Gelael. (mimbar-rakyat.com)

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Sean Gelael berada di anak tangga teratas untuk maju ke arena kompetisi F1, karena pada 2017 ini ia memasuki tahun kedua kompetisi GP2 yang kini berganti nama menjadi F2 dan tampil dalam tiga acara pebalap penguji tim F1 Scuderia Toro Rosso.

Pemuda Jakarta berusia 20 tahun itu, sudah melahap setahap demi setahap tangga balap sejak berlaga di karting dan kini ia selayaknya sudah memiliki jati diri, yaitu karakter yang harus dimiliki setiap pebalap, baik menyangkut kendaraannya, para sahabat dan lawannya di arena serta takaran kemampuan sendiri.

Ketika ia memasuki tahun kedua laga F2, serta masuk ke ranah F1 melalui Scuderia Toro Rosso, maka putera Ricardo Gelael itu bukan lagi sedang mencari jati diri, melainkan memiliki jati diri.

Bagi seseorang yang sudah menyadari eksistensi jati dirinya, maka ia akan memiliki “passion” atau gairah tentang gerak hidup dan kehidupan – dan harus mempertahankan sekaligus meningkatkan “marwah” wujud jati diri itu.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) menggambarkan bahwa jati diri itu adalah ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda, bisa pula berarti identitas, inti, jiwa, semangat, dan daya gerak dari dalam atau spiritualitas

Jati diri itu dapat dipelajari dan dapat juga tumbuh karena faktor alam dan lingkungan dan kedua faktor itu membangun karakter Sean, merupakan perguruan tinggi yang amat intens yang tidak ditemukannya dalam perguruan tinggi yang sesungguhnya.

Sean kini menjadi perhatian bukan saja di arena laga internasional – F2 dan F1 – tapi juga dalam skala nasional. Harapan besar orang banyak berada di pundaknya, menginginkan ia tampil sebagai pebalap F1 kedua Indonesia, setelah Rio Haryanto.

Rio Haryanto menjadi idola nasional, tapi sayang ia tidak berhasil menyelesaikan laga semusim pun di ajang F1 – amat memprihatinkan karena alasannya kekurangan dana, walau pun kalangan swasta dan pemerintah sudah berusaha membantunya.

Mendapatkan kesempatan berada di dalam kokpit Scuderia Toro Rosso, merupakan kesempatan dan peluang luar biasa bagi seorang pebalap dan Sean tentu tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.

Perjalanan Sean Gelael yang bernaung dalam tim Pertamina Arden dan didukung Jagonya Ayam Indonesia itu masih panjang, masih butuh kerja keras dan tekad membara, karena beberapa tahapan yang harus dilalui.

Tahapan-tahapan

Salah satu dari tahapan itu, untuk maju ke kancah laga F1, Sean harus memiliki FIA Super License (lisensi super FIA) dan untuk mendapatkannya ia harus menyandang gelar juara di ajang kompetisi yang lebih rendah dari F1, misalnya di F3 atau F2.

Berdasar aturan, seorang pembalap juga berhak mendapatkan lisensi super apabila mampu meraih hasil yang bagus secara konsisten di ajang laga yang diikutinya, misalnya, seorang pembalap berhasil dua kali menempati posisi lima besar dalam tiga tahun terakhir di ajang Formula 2.

Seorang pebalap juga berhak mendapatkan lisensi super apabila ditunjuk oleh tim (F1), namun ia juga harus memenuhi syarat sudah melahap 300km di sesi tes dengan mobil F1.

Nah, peluang Sean untuk mendapatkan lisensi super lewat jalur 300 km ini cukup terbuka, setelah ia dipercaya sebagai test driver Toro Rosso. Ia akan mendapatkan kesempatan menggeber mobil F1 milik Toro Rosso pada tiga kesempatan, yakni usai GP Bahrain (18 April 2017), serta di GP Hungaria dan GP Abu Dhabi.

“Karena saya dapat kesempatan tiga tes di Toro Rosso. Jadi tidak harus mengejar Super License di Bahrain. Tapi, kayaknya saya sudah bisa dapat super lisence di tes pertama itu,” ujar Sean, masih dalam wawancara dengan BBC Indonesia di London, Senin (10/4/2017).

Meski memiliki peluang untuk bisa berlaga di ajang F1 pada musim depan, namun Sean tidak ingin terlena dengan hal tersebut. Ia tidak ingin ambisinya untuk menjadi pembalap F1 malah membuatnya gagal menunjukkan performa apik baik di ajang F2 dan juga test driver Toro Rosso.

“Saya ingin memberikan yang terbaik pada dua kesempatan itu. Tapi prioritas utama saya adalah menjalani keduanya selangkah demi selangkah. Itulah cara terbaik, sebab jika hanya fokus pada F1 saya khawatir menjadi kurang fokus pada F2,” kata Sean yang menyelesaikan kuliahnya di Inggris.

Sean dengan bersemangat menyebutkan – inilah salah satu tanda kuatnya jati dirinya – bahwa ia berusaha keras untuk mengharumkan nama Indonesia di kancah dunia balap internasional itu.

Saat ini, Sean dan rekan setimnya di Pertamina Arden, Norman Nato (Prancis), bersiap melakoni putaran pertama kejuaraan F2 2017 di Bahrain pada 15-16 April. Mereka menyatakan yakin dapat meraih hasil maksimal, setelah menjalani dua sesi latihan pra musim di Barcelona dan Bahrain beberapa waktu lalu.

GP Bahrain menjadi ajang kesempatan pertama Sean menjalani tes bersama Toro Rosso. Tes tersebut akan berlangsung setelah balapan GP Bahrain, yakni pada 18 April dan 19 April 2017. Selain itu, Sean juga mendapat kesempatan menjajal mobil STR12 milik Toro Rosso di GP Hungaria dan GP Abu Dhabi.

Sean mengawali karir di F2 bersama Pertamina Campos Racing pada musim 2016. Selama periode itu, Sean mendapat hasil cukup mengesankan, salah satunya adalah saat balapan di GP Austria. Ia sukses naik podium kedua pada feature race dan juga mampu finis di peringkat ke-15 klasemen pembalap.

Sementara laga F2 2017 sudah menawarkan persaingan cukup seru, setidaknya bisa dilihat dari sesi latihan qualifying run pada Jumat (31/3/2017).

Pada sesi ini, semua tim mencari catatan waktu tercepatnya. Strategi latihan dilakukan persis saat balapan, termasuk dalam memilih ban soft (option) yang jumlahnya hanya dibatasi dua set dalam enam kali sesi latihan. Dari catatan waktu yang diraih pebalap tecepat pertama sampai di posisi   ke-14, jarak waktunya tidak lebih dari satu detik.

Pebalap Rapax, Niyck de Vries layak mendapat perhatian untuk dimasukan dalam salah satu kandidat pebalap favorit musim ini. Pebalap asal Belanda ini beberapa kali tampil sebagai yang tercepat dalam sesi latihan di Bahrain.

Pada Jumat sebelumnya, De Vries tampil tercepat dalam qualifying run dengan catatan waktu satu menit 40,583 detik. Sementara rekan setimnya Johnny Cecotto menjadi pebalap terakhir atau berada di posisi ke-14 yang selisih waktunya kurang satu detik dari De Vries, yakni satu menit 41,448 detik.

Yang tak kalah menarik, hasil di qualifying run hari ketiga juga memperlihatkan tim-tim yang berpotensi berada di papan atas.

De Vries mewakili tim Rapax. Oliver Rowland dan Nicholas Latifi melambungkan tim DAMS dengan menempati posisi dua dan empat. Berikutnya Nobuharu Matsushita dan Alexander Albon yang menunjukkan potensi tim ART Grand Prix dengan berada di posisi tiga dan enam.

Sementara tim juara juara bertahan Prema Racing menjaga gengsi dengan dua pebalapnya Antonio Fuoco dan Charles Leclerc yang menempati posisi lima dan ketujuh.

Tim Pertamina Arden yang kini diperkuat Norman Nato dan Sean Gelael membuat kejutan. Mereka menyodok ke posisi sepuluh besar dengan berada di posisi ke delapan dan kesembilan. sementara posisi sepuluh besar terakhir diambil tim Russian Times lewat pebalapnya Artem Markelov.

Bagi tim Pertamina Arden, hasil di Bahrain cukup positif dan menyamai pencapaian pada sesi latihan di Barcelona yang menempati sepuluh besar. Pada sesi latihan di Barcelona, Nato dan Sean bahkan meraih hasil yang lebih impresif. Nato berada di urutan pertama, sedangkan Sean di posisi ketujuh.

Nato bahkan membuat rekor catatan waktu terbaik sesi latihan sepanjang tiga hari di Barcelona dengan torehan waktu satu menit 27, 834 detik. Hasil impresif pada sesi latihan pertama di Barcelona dan Bahrain membuat tim Pertamina Arden sebagai salah satu tim yang diperhitungkan pada musim balap tahun ini.

Nah, Sean dan Nato harus mempertahankan atau meningkatkan posisi mereka sebagai “tim yang diperhitungkan” – karena ini merupakan jati diri yang terakumulasi dari “dalam” dan dari “lingkungan” mereka.

Jati diri itu sebenarnya bukanlah harus dicari, karena ia ada dalam diri setiap orang, tinggal bagaimana menemukan dan menggenggam serta mengembangkannya.

Ketika seseorang telah dapat memahami akan kemampuan dan kekuatan pada dirinya yang didasari dengan keimanan pada Tuhan, maka saat itulah seseorang sudah dapat dikatakan menemukan jati dirinya sendiri. Ini amat penting dalam mengembangkan permainan, termasuk tentu saja dalam balapan.

Covey S.R. dalam “Principle Centered  Leadership” mengatakan, “Hanya dengan mengenal diri sendiri, baru aku bisa lebih baik mengenal orang lain…Keberhasilan bukanlah suatu tujuan, melainkan proses dalam mencapai tujuan.”

Kami menunggu kiprahmu Sean Gelael !

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru