MELIHAT Makkah dari gua Hira
Lelaki tampan itu menatap orang mengangkang
Kencingnya menyebar seantero kota
Segerombolan lain menari telanjang sekitar ka’bah
Sambil mencomot camilan dari patung kurma
Sesembahanmu uzza pepundenmu latta
Anak cucu Ibrahim yang terhormat itu kini terlaknat
Dari gua Hira laknat itu tertayang gamblang
Lelaki itu gundah menahun
Hatinya halu, hatinya debu
Melihat Makkah berdarah
Yang mengalir dari leher anak perempuan celaka
Yang menguburnya tanpa menunggu kematiannya
1440 tahun lalu
Lelaki itu berdiri diatas batu yang kini kupijak
Disepuncak Jabal Nur
Matanya nanar kalbunya ambyar lebur dalam selaksa keprihatinan
Menyebar dalam seribu patung dan batu tanah Haram
Kini dari batu ini
Kulihat Makkah berpendar
Berjuta manusia, bermilyar jin berbaur dengan malaikat penebar
rahmat yang sibuk berat
Petugas Ilahi itu memercikkan disela sela tiang madjid, diseputar
sudut dan kiswah,digelaran multazam,dikuncup hajar aswad
Juga diujung sayap sayap merpati yang mengepak
Mungkin diujung jari hitam pengemis dan diroda gerobak pedagang
kakilima yang pontang panting dikejar asykar
“Kulihat” lelaki tampan itu masih berdiri di batu itu
Senyumnya tipis
Sorbannya melambai bersama angin dingin tengah malam
Salam alaika Ya Rasulullah
Masjidil Haram 18 Feb 2020