Friday, March 29, 2024
Home > Cerita > Cerita Khas > Pendekar Tongkat Emas

Pendekar Tongkat Emas

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Pendekar Tongkat Emas. Senjata maha dahsyat tongkat emas milik pendekar kenamaan Cempaka (Christine Hakim) akan diwariskan kepada salah satu murid yang telah dididiknya selama bertahun-tahun.

Usia yang telah senja membuat Cempaka harus memilih Dara (Eva Celia), Biru (Reza Rahadian), atau Gerhana (Tara Basro) untuk menjadi pewaris tongkat emas sekaligus jurus dahsyat yang membuat senjata itu menjadi tak tertandingi.

Dilihat sekilas, Biru yang memiliki kemampuan silat lebih unggul daripada rekan-rekannya. Dia memiliki peluang kuat untuk menjadi calon pewaris.

Namun, Cempaka tidak berpikir demikian karena ternyata Daralah yang dipilih menjadi sang pewaris.

Cempaka beserta Dara dan Angin, murid termudanya, melakukan perjalanan untuk mewariskan jurus pamungkas tongkat emas. Sebelum sempat mengajari Dara, Cempaka dibunuh di tengah jalan.

Dara dan Angin juga nyaris kehilangan nyawa bila tidak diselamatkan oleh Elang (Nicholas Saputra) yang tahu bahwa mereka harus mencari pendekar Naga Putih untuk mewujudkan misi Cempaka menurunkan jurus sakti tongkat emas kepada muridnya.

Difitnah, Dara dan Angin menjadi buruan dari orang-orang di dunia persilatan yang mengira keduanya pembunuh Cempaka.

Tongkat emas pun jatuh kepada pihak yang salah, kekacauan tak terelakkan. Murid-murid Cempaka yang dikhianati berusaha merebut kembali tongkat emas tersebut untuk mengembalikan kedamaian.

Bangkitkan Dunia Persilatan
Kisah silat di Indonesia pernah menjadi primadona lewat karya-karya Kho Ping Hoo, “Si Buta dari Gua Hantu” buatan Ganes T.H. juga Bastian Tito lewat tokoh fiksi “Wiro Sableng” alias Pendekar 212.

Selama beberapa waktu, kisah kependekaran di layar lebar seakan mati suri. Kemunculan “Pendekar Tongkat Emas” seakan jadi penanda bangkitnya kisah dunia persilatan di Tanah Air.

Produser Mira Lesmana sempat kesulitan mencari rekan untuk mewujudkan impiannya menghidupkan kembali cerita silat yang populer pada era 80-an. Butuh nyaris delapan tahun hingga akhirnya gayung bersambut saat KG Studio mengiyakan tawaran dari rumah produksi Miles Films pimpinan Mira Lesmana dan Riri Riza untuk memproduksi “Pendekar Tongkat Emas”.

Proses riset hingga pengambilan gambar di Pulau Sumba, Nusa Tenggara Timur, mencapai waktu hingga dua tahun. Dana yang dikucurkan pun tidak tanggung-tanggung, yaitu 25 miliar. Menurut Mira, “Pendekar Tongkat Emas” menjadi salah satu film dengan biaya termahal sekaligus waktu produksi terlama setelah film “Gie”.

Ifa Isfansyah yang sebelumnya menggarap film “Garuda di Dadaku”, “Sang Penari”, “Ambilkan Bulan”, dan “9 Summers 10 Autumns” didapuk menjadi sutradara. Pria lulusan Institut Seni Indonesia Yogyakarta itu kebetulan merupakan pencinta kisah pendekar silat yang menghiasi masa kecilnya.

“Saya dan Ifa sama-sama suka cerita silat,” kata Mira sebelum pemutaran perdana “Pendekar Tongkat Emas” di Jakarta.

Keindahan Sumba
Keindahan alam, budaya, juga kehidupan masyarakat Pulau Sumba tertuang dalam film berdurasi 113 menit itu.

Embusan angin yang menggoyang lalang, langit biru yang cerah, malam berbintang, serta kuda-kuda berderap membawa pendekar melewati sabana menjadi pemanja mata sepanjang film berlangsung.

Menurut Mira, berbagai tempat di Indonesia Timur memang menawarkan keindahan alam luar biasa.

“Berbagai tempat di Indonesia Timur sangat layak dijadikan lokasi film jika dibandingkan dengan lokasi yang orang bayangkan selama ini, seperti Jepang, Paris, dan New Zealand,” kata kakak kandung musisi Indra Lesmana itu.

Tenunan Sumba juga banyak diperlihatkan dalam “Pendekar Tongkat Emas” melalui kostum juga elemen-elemen dekorasi dalam film yang juga dibintangi Slamet Rahadjo, Prisia Nasution, Darius Sinathrya, Whani Darmawan, dan Landung Simatupang.

Seperti film-film sebelumnya, “Laskar Pelangi” dan “Sokola Rimba”, Mira juga mengajak masyarakat setempat untuk ikut berperan dalam filmnya.

Kali ini ada ratusan penduduk dari Waingapu, Ibu Kota Sumba Timur, beserta tiga desa di lokasi pengambilan gambar yang dikerahkan menjadi pemain figuran. Mereka yang lolos kasting diberi pelatihan koreografi laga selama sebulan.

Totalitas
Aksi silat akrobatik yang ditampilkan para pemain di film yang ditayangkan pada tanggal 18 Desember 2014 itu tidak lepas dari koreografi apik Xiong Xin Xin, seniman bela diri kelahiran Tiongkok yang pernah menjadi pemeran pengganti aktor laga legendaris Jet Li dalam “Martial Artis of Shaolin”.

Selama tujuh bulan, para aktor dan aktris digembleng fisiknya agar dapat memperlihatkan jurus silat pendekar secara maksimal di layar kaca.

Latihan fisik yang diberikan pun makin intensif menjelang jadwal pengambilan gambar. Menurut Nicholas Saputra, selama sebulan terakhir, dirinya berlatih hingga delapan jam per hari.

“Setengah atlet setengah aktor,” seloroh aktor yang namanya meroket sejak membintangi “Ada Apa dengan Cinta”.

Persiapan khusus dilakukan untuk adegan pertarungan pamungkas yang menjadi klimaks dalam film yang skenarionya digarap oleh Jujur Prananto, Mira Lesmana, Ifa Isfansyah, dan Seno Gumira Ajidarma.

Adegan yang pengambilan gambarnya berlangsung hingga dua pekan itu menjadi salah satu adegan paling berkesan bagi beberapa pemain.

“Paling berkesan saat pertarungan terakhir karena begitu panjang dan intensitasnya dituntut untuk tidak berkurang,” ungkap Tara yang pernah membintangi film seperti “Catatan Harian si Boy” dan “Killers”.

“Fokus koreografi tiga bulan terakhir. Persiapan cukup lama apalagi final fight cukup panjang,” kata Reza Rahadian.

Soal musik menjadi tanggung jawab komposer ternama Erwin Gutawa. Dia mengaransemen original soundtrack serta lagu tema “Fly My Eagle” yang dinyanyikan Anggun C. Sasmi.

Mira Lesmana dan Erwin Gutawa sepakat memilih Anggun karena karakter vokalnya yang kuat untuk mewakili film yang rencananya juga akan didistribusikan ke pasar dunia, terutama Eropa.

“Pendekar Tongkat Emas” tidak hanya berakhir dalam bentuk film, tetapi juga komik berjudul “Lembah Angin” yang digarap komikus Alex Irzaqi dan Sweta Kartika, merchandise, juga aplikasi game yang dibuat oleh pengembang lokal Altermyth.  (Nanien Yuniar/ant/KB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru