Thursday, April 18, 2024
Home > Berita > Kehilangan Mayoritas Kursi di Parlemen, PM Inggris Theresa May Membentuk Pemerintahan Gandeng Partai Irlandia Utara

Kehilangan Mayoritas Kursi di Parlemen, PM Inggris Theresa May Membentuk Pemerintahan Gandeng Partai Irlandia Utara

PM Inggris Theresa May. (ist)

MIMBAR-RAKYAT. Com (London) – Perdana Menteri Inggris Theresa May mengumumkan, membentuk pemerintah baru setelah kehilangan mayoritas suara di pemilu dini.

Pemilu dini diumumkan tujuh pekan lalu dengan harapan bisa menambah mayoritas di parlemen untuk memperkuat perundingan keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

Hasilnya tak sesuai harapan, ditandai dengan hilangnya kursi mayoritas yang memaksa PM May harus menggandeng partai lain.

Partai yang akan ia ajak kerja sama adalah Partai Persatuan Demokratik dari Irlandia Utara, DUP. Hingga Jumat (9/6) siang waktu setempat, belum jelas konsensi yang akan diterima DUP.

PM May juga mengatakan perundingan Brexit dengan pejabat senior Uni Eropa akan dilangsungkan dalam sepuluh hari ke depan.

Editor politik BBC mengatakan posisinya PM May sekarang lemah dan ada kemungkinan ia akan lama bertahan.

Sebelumnya pemimpin Partai Buruh, Jeremy Corbyn meminta May mengundurkan diri sebagai perdana menteri.

Berbicara setelah terpilih kembali sebagai anggota parlemen untuk Islington Utara, pemimpin Partai Buruh Jeremy Corbin mengatakan, rakyat telah memilih ‘harapan untuk masa depan’.

Saat penghitungan suara, Corbyn, yang memenangkan kursinya dengan lebih dari 40.000 suara, mengatakan, “Perdana menteri memutuskan untuk melangsungkan pemilu dini karena dia menginginkan sebuah mandat. Nah mandat yang dia dapatkan adalah berkurangnya kursi (Partai) Konservatif, berkurangnya suara, berkurangnya dukungan dan hilangnya kepercayaan.”

“Saya pikir itu cukup untuknya untuk mundur, dan memberi jalan bagi terbentuknya pemerintahan baru yang akan benar-benar mewakili semua orang di negara ini.”

Menteri Luar Negeri bayangan partai itu, Emily Thornberry mengaku bahwa Partai Buruh dapat membentuk pemerintah minoritas.

Partai Konservatif, atau dikenal juga dengan sebutan Tories, diproyeksikan akan mendapatkan 322 kursi.

Sementara oposisi utama, Partai Buruh diperkirakan mendapat 29 kursi tambahan menjadi 261, sedangkan SNP (Partai Nasional Skotlandia) bisa kehilangan 24 kursi, dan menjadi 32 kursi, sementara Partai Demokrat Liberal diperkirakan mendapat 13 kursi atau lima kursi lebih banyak dibanding sebelumnya.

Betapa pun, perkiraan terbaru ini tetap sedikit lebih baik bagi Tories dibanding hasil exit polls sebelumnya, yang memperkirakan partai pimpinan PM Theresa May itu hanya akan memperoleh 316 kursi.

Tetap saja, hasil pemilu bisa membuat jumlah anggota parlemen partai itu nanti lebih sedikit dibanding saat sebelum PM Theresa May memutuskan dilangsungkannya pemilihan umum sela.

Pemilu ini dimaksudkan oleh PM Theresa May untuk ‘memperkuat tangannya’ dalam perundingan Brexit mendatang. Dan hasil ini, menurut seorang pengamat, menunjukkan bahwa ternyata Theresa May ‘salah perhitungan.’

Seorang pimpinan Partai Buruh, Tom Watson, mengatakan “Otoritas Theresa May telah dirusak oleh pemilihan umum ini. Dia kini adalah seorang perdana menteri yang ‘rusak’ dan reputasinya mungkin tidak akan pernah bisa pulih.”

Menteri Luar Negeri Bayangan dari Partai Buruh, Emily Thornberry lebih jauh mengatakan kepada BBC News: “Mungkin saja kami membentuk pemerintahan sesudah pemilu ini.”

Namun untuk itu dia mengesampingkan kemungkinan koalisi. Menurutnya, jika hasil Pemilu ini adalah parlemen yang menggantung, Partai Buruh akan membentuk pemerintah minoritas, dan meminta partai-partai kecil seperti Demokrat Liberal dan SNP untuk mendukung program mereka

Betapapun, politikus kawakan Partai Konservatif, Ken Clarke mengatakan bahwa dia yakin partainya akan memiliki ‘mayoritas kecil secara keseluruhan” ketika semua suara telah dihitung, meskipun hasilnya baru akan diketahui Jumat ini.

Untuk mendapatkan mayoritas secara keseluruhan, dibutuhkan 326 kursi.

Seorang sumber partai Demokrat Liberal mengatakan bahwa ‘terlalu dini’ untuk menanggapi perkiraan hasil Pemilu ini, namun mereka sudah memutuskan untuk tidak bergabung dalam koalisi pemerintahan baru mana pun, baik Konservatif atau Buruh.

Pemilih Inggris memberikan suara dalam pemilihan umum yang dibayang-bayangi oleh dua serangan teror.

Pemungutan suara dimulai pukul 07:00 waktu setempat pada Kamis (08/06) dan berlangsung sampai pukul 22:00.

Di samping memberikan suara langsung di tempat-tempat pemungutan suara (TPS), sebagian pemilih memberikan suara lewat pos.

Secara keseluruhan di Inggris, panitia pemilihan umum menyediakan 40.000 TPS.

Sekitar 46,9 juta orang terdaftar sebagai pemilih dalam pemilu untuk menetapkan 650 anggota parlemen. Data tersebut lebih besar dibandingkan pemilih yang terdaftar dalam pemilu 2015 sebanyak 46,4 juta.

Dalam pemilu lalu, Partai Konservatif mendapat 331 kursi dari 650 kursi Parlemen Inggris.

Pemilu ini diselenggarakan lebih awal atas permintaan Perdana Menteri Theresa May. Sebelumnya PM May pernah mengatakan tidak akan menggelar pemilihan umum hingga berakhirnya masa kerja parlemen saat ini pada tahun 2020 mendatang.

Inilah pemilihan umum ketiga dalam kurun waktu lebih dari dua tahun.

Kepolisian Inggris mengatakan pengamanan diperketat di tempat-tempat pemungutan suara -termasuk patroli yang dilakukan oleh polisi bersenjata di beberapa lokasi- menyusul serangan teror di Manchester dan London. (joh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru