Saturday, July 27, 2024
Home > Cerita > Cerita Khas > Desir angin, debur ombak dan puisi HPN 24,  Catatan A.R. Loebis 

Desir angin, debur ombak dan puisi HPN 24,  Catatan A.R. Loebis 

Para juara dan panitia serta Wakil Sekjen PWI Pusat Raja Pane berpose usai acara baa puisi. (arl)

Desir angin diselingi sesekali debur ombak menandai datangnya malam. Sekumpulan orang di ruang temeram di selasar Candi Bentar, Putri Duyung Cottage Ancol itu tampak bercengkerama sembari menunggu-nunggu acara baca puisi itu dibuka.

Ya baca puisi bukan sembarang baca puisi, melainkan dibawakan para wartawan yang sedang mengikuti hari pers nasional (HPN) 2024, merupakan salah satu acara dari sekian banyak agenda kegiatan peringatan hari pers nasional itu.

“Acara baca puisi amat menarik dan ini sebagai pewarna dalam begitu banyak acara HPN 2024, mulai dari pra HPN hingga puncaknya pada 20 Februari,” kata Ketua PWI Hendry Ch Bangun.

Pewarna? Ya, ini penyeling acara, di antara agenda acara yang umumnya fokus pada masalah jurnalistik, yang dibicarakan secara serius di dalam ruang.

Acara baca puisi dalam HPN sebelumnya sudah pernah diadakan (di Padang), namun kali ini ditata lebih serius. Pada HPN 2024, bahkan ada juga lomba baca puisi audio-visual dan pemenangnya diumumkan pada malam pembacaan puisi wartawan itu – pemenangnya pun didatangkan untuk ikut meramaikan suasana, sekaligus menerima hadiahnya dari Ketum dan Sekjen PWI.

Pemenang pertama lomba puisi audio visual HPN 2024, sadalah Adnan Guntur dari Surabaya dengan karya berjudul “Penderitaan adalah Peringatan Hidup yang Paling Sederhana.” juara dua dari Denpasar, Sri Ayu Pradnya dan juara ketiga Sihar Ramses Simatupang dari Jakarta.

Penyair wartawan meriah

Adnan Guntur dan Sihar Ramses didaulat membaca puisi pada awal acara itu. Kedua penyair ini tidak asing lagi bagi komunitas penulis dan pembaca puisi dan mereka sudah menulis beragam buku puisi.

Ramon Damora, juara baca puisi wartawan se-Indonesia bersama Djunaedi Tjunti Agus (tengah) dan Rida K. Liamsi (kiri). (arl)

Keduanya dengan lantang membacakan puisi karya mereka sendiri dan dasarnya sudah terbiasa membaca puisi, penampilan mereka enak dilihat.

Adnan dan Sihar tampil bernuansa, tatanan ritme dan vokal mereka mendukung, sementara ekspresi wajah sepadan dalam keselarasan bunyi dan gerak. Adnan dan Sihar pantas masuk dalam jajaran pemenang puisi audio-visual itu.

Djunaedi Tjunti Agus, wartawan dan penulis puisi, berujar untung ia dipanggil pada awal acara, kalau tidak “bisa grogi saya”, ungkapnya seusai membaca puisi karyanya sendiri, yang sebenarnya lembut dan enak didengar.

Djunaedi pantas berujar demikian, karena di antara pembaca setelahnya ada nama-nama besar di bidang sastra puisi ini, di antaranya Rida K Liamsi dari Kepulauan Riau.

Novi Balga pembaa puisi dari Lampung. (arl)

Rida sudah menulis banyak buku sastra, di antaranya puisi dan novel dan ia sudah beberapa kali membaca puisi di TIM.

Ia membacakan puisi karyanya dengan lantang dan artikulasi matang, gesturenya sepadan dengan langgam gerak cukup ekspresif.

Pembacaan memukau lainnya dibawakan beberapa penyair wartawan, yang mendapat sambutan hangat dari penonton. Debur ombak itu..ya debur ombak diselingi semilir angin itu menambah desah suara puisi terasa semakin natural, terdengar seolah ada irama dan tempo yang menyelingi.

Dua ketua Dewan Kehormatan PWI pun turut memperagakan kebolehan mereka. Ketua DK PWI Bengkulu Zacky Antoni dan ketua DK Kepri Ramon Damora.

Zacky membacakan salah satu puisi fenomenal WS Rendra, Sajak Sebatang Lisong, berisikan kritik sosial yang cukup panjang dan  relevan hingga kekinian.

Zaky amat bagus dalam melakukan tekanan pada tiap kata, frase dan kalimat, diksinya jelas, olah vokal terlatih, sehingga enak didengar.

Novi Balga dari Lampung pun tak kalah enaknya didengar, karena puisi penggugah rasa kebangsaan yang disampaikannya sampai pada para pendengar, karena tetap dalam stressing kata dan kalimatnya.

Novi yang sejak masa remaja amat menyukai deklamasi dan kerap memenangi lomba pembacaan puisi tampil menggugah dan tentu saja menghibur para wartawan peserta HPN 2024 yang hadir dan duduk khusuk di pelataran tepi pantai itu.

Rita Sri Hastuti yang membacakan sajak sastrawan yang baru berpulang, Abdul Hadi WM, juga terasa enak didengar, terlebih bila mampu menyimak kata dan frasa yang diungkapkannya.

Wartawan Tebe Adhi pun tak kalah sigapnya. Ia dengan serius membacakan salah satu karya Benny Benke, si juri baca puisi dan puisi audio-visual. Sementara Joko Tetuko dari Surabaya membuat “merinding” para pendengar ketika membaca puisinya tentang demokrasi. Direktur Pers Pancasila PWI Pusat, Sihono HT yang mantan ketua dua periode PWI DI Yogyakarta dan ketua DK, mengaku belum pernah baca puisi, tapi ternyata ia membawakan puisinya cukup mantap bahkan dengan diselingi dendang pula. Rosyid E. Abby fsti Jawa Barat dan Zulpen Zuhri dari Riau pun tampil memukau.

Nah, ketua DP PWI Kepri, Ramon Damora, tidak perlu disangkal lagi. Ia bersama beberapa wartawan lain, memang sudah menjadi “penyair wartawan”, kalau ingin mengatakan yang lain baru sebagai “wartawan penyair.”

Mulai dari vokal, diksi, artikulasi, performance hingga inti puisi (nucleus) yang dibawakannya, terasa semua memadai, ditambah lagi tempo dan irasa pembacaannya amat selaras. Ramon amat terlatih dengan olah vokal perut, sehingga diksi dan intonasinya jelas.

Tak pelak lagi, ia terpilih sebagai juara dalam baca puisi wartawan penyair Minggu malam itu (18/2/2024), disusul sastrawan budayawan senior Rida K Liamsi (Kepulauan Riau),  Rosyid E. Abby (Jawa Barat), Novi Balga (Lampung), Zulpen Zuhri (Riau).

Mungkin karena takjub dan gembira menyaksikan betapa semarak dan bersemangatnya acara baca puisi itu, Wakil Sekjen PWI Pusat, Raja Pane, dengan spontan mengatakan, suatu saat PWI akan menyelenggarakan lomba baca puisi wartawan se-Indonesia di TIM.

Semua yang hadir bersorak mendengarnya. Perlu juga diketahui, para pemenang lomba puisi audio-visual itu mendapat hadiah berupa uang yang sudah disiapkan. Sedangkan baca puisi di Ancol hadiahnya dari Ketum PWI Hendry Ch Bangun, yang spontan merogoh koceknya pribadi untuk hadiah juara pertama hingga kelima.

Acara baca puisi HPN 2024 berlangsung sukses. Hendry Ch Bangun sebelumnya mengatakan, puisi sebagai karya sastra merupakan bahasa peradaban dan wartawan adalah saksi peradaban.

Melalui karya sastra ini, penulisnya pun selayaknya menjaga hati dan pikirannya, dan hal sama bagi para pembaca atau pendengarnya.  (***)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru