Beberapa hari menjelang memasuki bulan Ramadan 1441 H/2020 M, di suatu wilayah perumahan di suatu Kota yang bertetangga dengan Jakarta, sebuah mushala disegel oleh petugas. Itu merupakan kelanjutan laporan Ketua Rukun Warga (RW) setempat ke pihak kelurahan. Jika kejadian itu dalam kondisi normal, pasti mengundang reaksi luas di negeri mayoritas berpenduduk Islam ini. Jangan harap hal itu terjadi. Namun dalam kondisi dunia lagi diserang wabah virus corona, kejadian itu dapat dimaklumi karena ada alasan logis. Meski begitu apa yang dilakukan Ketua RW itu dinilai warga setempat terlalu berlebihan.
Puasa Ramadan tahun ini memang berbeda dengan puasa sebelumnya. Mungkin pertama kali di dunia, yang namanya virus membuat umat dianjurkan tidak melakukan shalat malam (tarawih) di masjid atau mushala. Begitu juga dengan shalat lima waktu dan shalat Jumat. Umat Islam dianjurkan melakukannya di rumah masing-masing. Bahkan acara buka puasa bersama pun di wilayah-wilayah terdampak virus corona tak lagi diadakan di masjid atau mushala. Semua itu diperkuat dengan berbagai surat edaran dari pejabat atas hingga bawah.
Kita semua kemungkinan sudah mendengarkan pendapat para ustadz atau tokoh agama tentang dalil bolehnya melakukan anjuran menghadapi virus corona atau COVID-19 tersebut. Bahkan ada yang menyebutkan pahala ibadah Ramadan tahun ini berlipat ganda, karena dilakukan saat dunia diserang wabah pandemi virus corona. Demi menjaga agar wabah tidak meluas, segala instruksi dari pejabat terkait harus kita ikuti. Tentunya apabila semua itu tidak menabrak ketentuan agama.
Tidak hanya di Indonesia segala ketentuan terkait pengamanan virus corona diberlakuan, tetapi di negeri asal muncul dan berkembangnya agama Islam, yakni Arab Saudi, berbagai batasan mengatasi meluasnya virus itu diberlakukan. Dua masjid suci Masjidil Haram di Makkah dan Masjid Nabawi di Madinah memang masih melaksanakan sahalat tarawih, namun dilakukan dalam jumlah terbatas.
Puasa bulan Ramadan tahun ini benar-benar menuntut kesabaran luar biasa bagi umat yang menjalankannya. Kerap kita mendengar, umat Muslim yang melasanakan perintah Allah tersebut dijanjikan pahala besar. Semua itu sangat beralasan, karena pada bulan suci di antara 11 bulan lainnya, Ramadan merupakan; bulan diturunkannya Alquran, dibukannya pintu surga dan ditutupnya pintu neraka, bulan penuh berkah dan ampunan, bulan pemberian pahala berlipat ganda, malam seribu bulan, doa pada bulan Ramadhan adalah doa yang mustajabah, selain bulan yang mengajarkan arti kesabaran dan peningkatan taqwa.
Nah, puasa Ramadan telah berjalan beberapa hari, dengan segala keterbatasan yang ada, tentunya kita sebagai umat Islam berupaya melakukan semua perintah Allah, termasuk kesabaran yang pada bulan suci kali ini memang sangat dibutuhkan. Ramadan pun menuntut kita agar berlaku jujur, mesi terhadap diri sendiri. Kita lah yang mengontrol prilaku sendiri, dengan jujur. Karena jika kita melanggarnya toh Allah mengetahuinya. Sebagai contoh, bisa saja orang lain tidak tahu kita makan dan minum, tapi tetap mengaku puasa. Namun Allah tidak bisa didustakan.
Berkaitan dengan kesabaran dan kejujuran, siapapun memang seharusnya menerapkan, pada saat hampir semua negara di dunia khawatir akan terpapar wabah virus corona atau COVID-19. Kita seharusnya menjaga diri, keluarga, tetangga, dan lingkungan. Pemimpin harus bergerak cepat dalam mengatasi berbagai kemungkinan. Sebagai pejabat pemerintah, yang bertanggung jawab atas bangsa dan nengara, harusnya tak ada yang “disembunyikan”, menyatakan negeri kita aman dari ancaman virus corona. Padahal sejatinya kita dalam ancaman bahaya besar.
Para pemimpin berkewajiban dengan segala daya dan upaya melawan wabah yang mengancam, menjauhkan kemungkinan yang menjadi penyebab terpaparnya virus mematikan itu. Jangan ada dusta diantara bangsa. Pemimpin tidak pada pada tempatnya mengutamakan kepentingan pribadi atau kelompok dengan mengorbankan bangsa dan negara. Sementara kita sebagai rakyat mengikuti segala arahan demi keselamatan bersama. Mari kita hadapi semuanya dengan penuh tawakal. Semua datang dari Allah dan kembali kepada Allah. Kepada Allah lah tempat kita kembali.***