Friday, April 19, 2024
Home > Headline > Gonjang-Ganjing Kraton Ngayogjakarta

Gonjang-Ganjing Kraton Ngayogjakarta

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) Gonjang-ganjing Kraton Ngayogjakarta merebak. Sang Raja bersabda, para rayi mbalelo. Bahkan  seorang adik Sultan, GBPH Yudhaningrat, menganggap dengan sabdaraja dan dawuhraja , dinasti Hamengku Buwono yang berdiri sejak ditekennya perjanjian Giyanti telah berakhir.

Sebagian lain membaca, Sultan menyelamatkan dinastinya dengan membuka jalan bagi putrinya GKR Pembayun menuju  kursi putri mahkota yang akan meneruskan  tahta ayahnya.

Sultan Hamengku Bawono X (nama baru mengganti Buwono) menyampaikan penjelasan seputar sabdaraja dan dawuhraja yang sempat menjadi polemik.  Tidak di kraton tetapi  di kediaman putrinya, GKR Pembayun di Pendopo Dalem Wironegaran, Kota Jogja,  (8/5), Raja Kasultanan Jogjakarta itu menjelaskan putrinya, Gusti Kanjeng Ratu (GKR)  kini memiliki gelar baru sebagai GKR Mangkubumi.

Bunyi dawuhraja dalam bahasa Jawa sebagai berikut: hanetepake putri ingsung Gusti Kanjeng Ratu Pembayun, katetepake GKR Mangkubumi Hamemayu Hayungin Bawono langgeng ing Mataram. (menetapkan GKR Pembayun menjadi GKR Mangkubumi yang memperindah indahnya Bumi Mataram, red).

Saat disematkan nama baru ini GKR embayun berstatus sebagai putri mahkota, dalam usia 43 tahun. Ia dilahirkan dengan nama Gusti Raden Ajeng (GRAj) Nurmalitasari di Bogor, 24 Februari 1972.

Usia ini sama dengan usia ayahnya ketika menjadi putra mahkota dan kemudian menjadi sultan. Umurnya juga 43 tahun. HB X lahir 4 April 1946 dan dinobatkan pada 7 Maret 1989.

Putri sulung dari 4 bersaudara yang semuanya perempuan tersebut bergelar GKR Mangkubumi Hamemayu Hayuning Bawono Langgeng Ing Mataram. Gelar tersebut mengisyaratkan putri mahkota yang akan melanjutkan tahta keraton.

Dalam keterangannya Sultan menyebutkan bahwa GKR Pembayun berhak duduk di Watugilang saat pisowanan di bangsal Sitihinggil. Watugilang adalah simbol untuk putra mahkota. Pertanda tahta keraton akan diserahkan kepada GKR Pembayun makin jelas.

Sabdaraja juga mengubah nama menjadi Hamengku Bawono dan menghilangkan gelar  khalifatullah .

Gelar itu kini ditanggalkan Sultan. Dia mengaku mendapat dawuh (wangsit) dari Allah melalui leluhurnya untuk mengganti nama dan gelarnya dengan gelar baru, Ngarsa Dalem Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Sri Sultan Hamengku Bawono Ingkang Jumeneng Kasepuluh Surya Ing Mataram Senopati Ing Ngalogo Langgenging Bawono Langgeng Ing Tata Panatagama.

Sultan lahir dengan nama kecil Bendoro Raden Mas (BRM) Herdjuno Darpito. Setelah dewasa, namanya menjadi Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Mangkubumi.HB X lahir 4 April 1946 dan dinobatkan pada 7 Maret 1989.

Sultan mengaku menerima “wangsit” dari para leluhurnya pada 30 April 2015, Kamis Wage, di sebuah tempat khusus di dalam kawasan Kraton. “Saya punya tempat sendiri di kraton, tidak punya guru atau dukun. Kalau Juru Kunci ada,” ujar Sultan.

GKR_Pembayun

Gonjang-Ganjing Kraton Ngayogjakarta

Bagi adik Sultan, GPH Yudhaningrat perubahan nama berikut gelar Sultan Hamengku Buwono X menjadi Sultan Hamengku Bawono Kasepuluh menjadi pertanda berakhirnya dinasti Hamengku Buwono yang berdiri sejak ditekennya perjanjian Giyanti.

Perjanjian  Giyanti tertanggal 13 Februari 1755 tersebut berisi pembagian Kerajaan Mataram menjadi dua bagian. Mataram lama yang dipimpin Susuhunan Paku Buwono III mendapat daerah di sisi timur dan memimpin Kasunanan Surakarta.

Separo lainnya di sisi barat menjadi wilayah Pangeran Mangkubumi yang selanjutnya bergelar Sultan Hamengku Buwono I. Dinasti baru Hamengku Buwono dengan pusat kerajaan di Jogjakarta.

’’Kalau namanya ganti dan gelarnya berubah, ya berarti dinasti Hamengku Buwono berakhir.,’’ ungkap GBPH Yudhaningrat, Jumat (8/5).

Gonjang -ganjing memang urusan intern kraton. Implikasi selanjutnya akan berimbas kepada UU tentsng keistimewaan Jogyakarta. tetapi benang merah yang bisa dibaca adalah ketidakrelaan sebagian keluarga kraton kalau tahta di jabat oleh perempuan.

Wapres Yusuf Kallapun berkomentar.” Hari gini masih mempersoalkan gender. Inggris saja ratunya wanita ……” (ais)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru