Mimbar-rakyat.com (Riyadh) – Arab Saudi menjanjikann akan melakukan yang terbaik untuk menghindari perang di wilayah Timur Tengah, tetapi siap untuk menanggapi dengan “semua kekuatan dan tekad” dalam upaya mempertahankan diri dari ancaman apa pun.
Dalam konferensi pers, Menteri Negara Luar Negeri Adel Al-Jubeir, Minggu (19/5) menuding Iran telah melakukan “kejahatan yang tak terhitung jumlahnya” termasuk menggangu kestabilan di kawasan itu. Dia mendesak masyarakat internasional bertanggung jawab menghentikan apa yang dilakukan republik Islam tersebut.
“Keamanan dan agama kami adalah garis merah,” kata Al-Jubeir, seperti dilaporkan Arab News. Pernyataannya itu menyusul serangan pekan lalu terhadap kapal tanker minyak Saudi di Teluk Arab dan instalasi di dalam Kerajaan.
Sementara menteri luar negeri Iran, seperti dikutip oleh kantor berita IRNA yang dikelola negara, pada hari Sabtu mengatakan negaranya “tidak mencari perang”, meski kepala Garda Revolusi Iran mengatakan Teheran berada dalam “perang intelijen penuh dengan AS.”
AS telah memerintahkan pembom dan kapal induk ke Teluk Arab atas ancaman yang tidak dapat dijelaskan yang mereka pahami dari Iran. Ketegangan meningkat setahun terakhir setelah Trump menarik Amerika keluar dari perjanjian nuklir Teheran dengan kekuatan dunia.
Al-Jubeir mengatakan, rezim Iran dapat menghindarkan wilayah itu dari bahaya perang dengan mematuhi hukum dan perjanjian internasional, dengan menghentikan campur tangannya dalam urusan internal negara-negara lain di kawasan itu, serta dengan menghentikan dukungannya untuk kelompok-kelompok teroris dan milisi, dan segera menghentikannya program rudal dan senjata nuklirnya.
“Arab Saudi menekankan bahwa langkahnya selalu diperluas ke perdamaian dan berusaha untuk mencapainya, dan percaya bahwa orang-orang di wilayah ini, termasuk orang-orang Iran, memiliki hak untuk hidup dalam keamanan dan stabilitas dan untuk bergerak menuju pembangunan,” katanya. .
“Kami menginginkan perdamaian dan stabilitas dan kami ingin fokus pada Visi Kerajaan 2030 yang akan memperkaya kehidupan rakyat Saudi,” tambahnya.
Arab Saudi dan sekutu-sekutu Teluknya Bahrain, Kuwait, dan Uni Emirat Arab telah berulang kali menuduh Iran membiayai kegiatan-kegiatan milisi Syi’ahnya seperti Hizbullah di Libanon, Houthi di Yaman dan berbagai kelompok di Irak.
Milisi Houthi telah berulang kali meluncurkan rudal balistik dan roket ke sasaran sipil di Arab Saudi sejak Koalisi Arab yang dipimpin Arab Saudi memberikan dukungannya di belakang pemerintah Presiden Yaman Abed Rabbo Mansour Hadi terhadap krlompok yang didukung Iran. Pekan lalu, mereka memiliki tanggung jawab atas serangan di dua stasiun pompa minyak di Arab Saudi.
Al-Jubeir juga mendesak Qatar, anggota GCC yang terasing untuk berhenti mendukung ekstrimis dan teroris dan kembali ke barisan. Arab Saudi, Bahrain, UEA dan Mesir memutuskan hubungan perdagangan dan diplomatik dengan Qatar pada tahun 2017, menuduh Doha berpihak pada kelompok-kelompok teror yang telah mengganggu kestabilan wilayah tersebut.
Alih-alih menebus kesalahan dengan saudara-saudara GCC, Qatar mencari bantuan dari Turki dan Iran dalam upaya untuk meringankan dampak dari tindakan boikot kelompok yang dikenal sebagai kuartal anti-teror (ATQ).***(janet)