Saturday, July 27, 2024
Home > Berita > Legenda Sepak Bola Indonesia Ipong Silalahi sudah tiada

Legenda Sepak Bola Indonesia Ipong Silalahi sudah tiada

Ipong Silalahi sudah tiada. (tempo.co)

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Indonesia kehilangan lagi satu legenda sepak bola yang pernah mengharumkan nama negara dan bangsa, Ipong Silalahi, yang berpulang Sabtu malam dalam usia 75 tahun.

Haji Achmadsyah Ipong Silalahi, kelahiran Pematang Siantar, Sumatera Utara, 9 Maret 1942, meninggal dunia Sabtu pukul 21.00 WIB di kediamannya di Perumahan Harapan Indah, Jalan Mawar Indah, Blok C No5 RT 007 RW 19, Bekasi, dan dimakamkan Minggu di TPU Rawamangun bakda Zuhur.

Ipong pernah menjadi tulang punggung PSMS Medan dan tim nasional Indonesia yang mendapat medali emas pada kejuaraan sepak bola Asia U-19 pada 1961.

Ia mengawali karirnya pada 1960 ketika bergabung dengan klub Melati Pematang Siantar dan pada 1964 pindah ke PSMS Medan dan pada 1971-1979 di Pertamina PSL Langkat.

Pada tim nasional, ia bermain dalam tim U-17, U-19 dan U-23 dan tampil di kejuaraan Asia, Kejuaraan pemuda Asia dan Asian Games IV. Pada 1962-1969 ia tetap berada dalam tim nasional.

Ia pun pernah sebagai pelatih dan manajer sepanjang 1971-2001 di PSL Langkat, Mercu Buana FC, PSMS Medan, Bina Taruna Jakarta, Krama Yudha Tiga Berlian dan Persija Timur. Ipong juga pernah sebagai pelatih di tim Indonesia Selection dan tim nasional, termasuk ketika mengikuti Merdeka Games, Kejuaraan Asia, Piala Jepang dan yang lainnya.

“Ia meninggal dengan tenang. Tidak ada sakit apapun. Sebelumnya ia masih nonton televisi bersama keluarga.  Ia merasa pusing kepalanya dan beberapa saat kemudian menghembuskan nafas terakhir,” kata rekan wartawan Zulkarnain Alregar, yang melayat ke kediaman almarhum.

Para keluarga dan teman bang Ipong datang melayat ke rumah duka, di antaranya Sarman Panggabean, Bob Hippy, Oyong Liza, Rickhy Yacob, Tumpak Sihite dan lainnya.

Ipong Silalahi semasa hidupnya. (yon moeis)

Pemain nasional dan pelatih kondang rekan almarhum Ipong, Sinyo Aliandoe, meninggal dunia pada 18 November 2015.

Ketika itu, Ipong datang melayat dan mengantar Sinyo ke peristirahatan terakhir mengatakan, kepergian Sinyo melahirkan pesan, usia para legenda timnas tidak lagi memungkinkan untuk melatih secara fisik. Mereka hanya meninggalkan buah pemikiran dan sikap ideal sebagai pesepak bola yang bergabung dengan tim nasional.

“Beban jadi pemain jauh lebih berat di era kami. Bila kalah, dua minggu surat kabar nasional mengulas kekalahan kami. Tapi, kami pernah dapat keistimewaan di mata publik lewat media. Itu bedanya dengan era sekarang. Orang mudah sekali memberi pujian,” kata Ipong ketika itu, seperti dilansir bola.com.

“Satu lagi, kami menomorduakan uang ketika berada di timnas. Saat Sinyo melatih di Pra Piala Dunia juga begitu. Saya tahu karakter dia yang pekerja keras. Pokoknya untuk Indonesia, Sinyo tidak memikirkan materi,” timpal Tumpak mengomentari para pemain senior, yang ketika itu datang sudah menggunakan tongkat, seperti juga ketika ia datang ke kediaman almarhum Ipong.

Tumpak dan Ipong ketika itu sama-sama berharap, PSSI dan pemerintah tidak lupa terhadap jasa mantan pemain dan pelatih timnas Indonesia sementra pemain generasi sekarang harus belajar dari pengalaman para senior.  (arl)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru