Mimbar-Rakyat.com (New York City) – Korea Utara (Korut) menyatakan berhak melakukan penanggulangan acaman terhadap negaranya, termasuk menembaki pesawat pembom Amerika Serikat (AS) meski tidak sedang berada di wilayah udara.
Menteri luar negeri Korea Utara Ri Yong-ho, seperti dilaporkan Al Jazeera, mengatakan Presiden Donald Trump telah mengumumkan perang terhadap negaranya dan Pyongyang berhak melakukan penanggulangan, termasuk menembaki pembom AS, meskipun tidak berada di wilayah udara.
Retorika yang semakin memanas antara Trump dan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un meningkatkan kekhawatiran akan adanya salah perhitungan di satu sisi atau yang lain, yang bisa berakibat besar.
“Seluruh dunia harus ingat dengan jelas bahwa AS adalah yang pertama kali mengumumkan perang terhadap negara kami,” kata Ri Yong-ho, di New York City, Senin (25/9) waktu setempat.
“Sejak Amerika Serikat mengumumkan perang terhadap negara kami, kami memiliki hak untuk melakukan penanggulangan, termasuk hak untuk menembak jatuh pembom strategis Amerika Serikat. Bahkan ketika mereka tidak berada di dalam wilayah udara negara kami,” kata Yi.
Saham AS turun tajam pada perdagangan pagi hari Senin setelah komentar Ri tersebut. Lima perusahaan teknologi – Facebook, Amazon, Apple, Netflix dan Alphabet – turun antara 3,7 persen dan 1,05 persen.
Ri mengatakan dalam Majelis Umum PBB, Sabtu, bahwa pihaknya menargetkan daratan AS dengan roketnya. “Itu tak terelakkan setelah “Presiden Evil” Trump menyebut Kim sebagai “orang roket dalam sebuah misi bunuh diri,” katanya.
Trump mengomentari ancaman itu dengan mengatakan; “Saya dengar Menteri Luar Negeri Korea Utara yang berbicara di PBB, menggemakan pemikiran Little Rocket Man. Itu tidak akan lama lagi!.” Demikian tulis Trump di Twitter, Sabtu.
Al Jazeera’s Diplomatic Editor James Bays, melaporkan dari New York bahwa komentar terakhir Ri mewakili “peningkatan nyata” Korut terhadap AS.
“Dia mengatakan jika para pembom AS terbang di dekat Korea Utara bahkan di perairan internasional, Korea Utara akan menembak mereka. Pernyataan menteri (Korut) pada hari Sabtu di Majelis Umum PBB adalah serangan nyata yang sudah jauh melangkah.”
Korea Utara, meningkatkan program rudal dan nuklirnya untuk menentang kecaman internasional dan sanksi ekonomi, mengatakan bahwa pihaknya “dengan sengit mengutuk ucapan ceroboh” Trump. Itu adalah “penghinaan luar biasa bagi rakyat Korea” dan sebuah deklarasi perang, lapor kantor berita resmi Korea Utara, Senin.
Pyongyang menuduh Washington, yang memiliki 28.500 tentara di Korea Selatan, sebuah warisan perang Korea 1950-53, yang berencana menyerang dan secara teratur mengancam untuk menghancurkan Korut dan sekutunya di Asia. AS dan Korea Selatan secara teknis masih berperang dengan Korea Utara karena konflik tahun 1950 berakhir dengan sebuah gencatan senjata, bukan sebuah perjanjian damai.
Dalam sebuah pernyataan langsung yang jarang terjadi, pada hari Jumat, Kim mengkirik Trump. Kim mengatakan Korea Utara akan mempertimbangkan “tingkat tertinggi penanggulangan garis keras dalam sejarah” terhadap AS.
Trump mengeluarkan ancaman Selasa lalu untuk “menghancurkan” Korea Utara jika mengancam AS atau sekutu-sekutunya. Sementara Cina, Senin lalu, mengkhawatirkan perang kata-kata antara Trump dan Korea Utara bisa lepas kendali. Lu Kang, juru bicara kementerian luar negeri China, menggambarkan situasinya sebagai sangat kompleks dan sensitif.
China juga marah dengan uji coba nuklir dan rudal Korea Utara yang berulang. Pihaknya juga telah meminta AS dan sekutu-sekutunya untuk membantu mengurangi ketegangan dengan mengurangi latihan militer mereka.
Pembom Lancer B-1B Angkatan Udara AS yang dikawal pesawat patroli terbang di wilayah udara internasional, di atas perairan di sebelah timur Korea Utara pada hari Sabtu. Itu merupakan sebuah pertunjukan yang dikatakan Pentagon mengindikasikan pilihan militer yang tersedia bagi Trump.***(janet