Friday, April 19, 2024
Home > Gaya Hidup & Kesehatan > Hari Buruh Untuk Galang Persatuan

Hari Buruh Untuk Galang Persatuan

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Presiden Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek Indonesia) Jaya Sentosa menyerukan agar peringatan “May Day” atau Hari Buruh setiap 1 Mei selayaknya menjadi momentum gerakan buruh Indonesia untuk menggalang persatuan.

“Selan itu, terus melakukan konsolidasi agar serikat pekerja/buruh menjadi solid dan kuat,” katanya di Jakarta, Kamis.

Dalam pernyataan terkait dengan May Day 2014, dia mengemukakan bahwa setelah serikat pekerja/buruh berjuang lebih dari 65 tahun, akhirnya dalam kurun waktu 14 tahun Orde Reformasi May Day menjadi hari libur nasional.

Hal itu, kata Jaya Sentosa, sesuai dengan ketetapan presiden yang dituangkan ke dalam Keppres Nomor 24 Tahun 2013 tentang Penetapan Tanggal 1 Mei Sebagai Hari Libur Nasional.

Di samping itu, dengan diratifikasinya Konvensi Organisasi Buruh Internasional (ILO) Nomor 87 tentang Kebebasan Berserikat, dan lahirnya Undang-Undang 21 Tahun 2000 tentang Serikat Pekerja/Serikat Buruh, katanya, telah terbukti dengan adanya kedua sumber hukum tersebut membuat para pekerja/buruh di Indonesia dapat berorganisasi dan bahkan dapat memperjuangkan hak-haknya sebagai pekerja maupun sebagai warga negara.

Dalam kurun waktu tiga tahun terakhir, kata dia, setidaknya terdapat tiga isu besar yang telah diperjuangkan oleh kaum pekerja/buruh, yaitu pertama isu tentang jaminan sosial, yang berisikan tentang jaminan kesehatan untuk seluruh rakyat Indonesia dan jaminan pensiun untuk seluruh pekerja/buruh formal; kedua, isu upah layak; ketiga, isu tentang pekerja kontrak dan outsourcing (alih daya).

Ia menegaskan bahwa serikat pekerja/buruh dalam pengalamannya memperjuangkan jaminan sosial telah berhasil. Hal itu ditandai dengan lahirnya Undang-Undang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (UU No. 24 Tahun 2011) yang telah diberlakukan sejak 2014.

Tidak dapat dipungkiri, kata Jaya Sentosa, UU mengenai jaminan sosial dilatarbelakangi oleh mahalnya biaya kesehatan di negeri ini dan penderitaan para pekerja/buruh pada masa hari tuanya karena tidak ada penghasilan yang diterima lagi.

“Dan, ketika para elite politik hanya bisa berpangku tangan, sangat beruntung masih ada komponen masyarakat yang peduli untuk memerjuangkan nasibnya, yaitu serikat pekerja/serikat buruh,” katanya.

Begitu pula isu tentang upah, pekerja kontrak dan outsourcing, katanya, hampir membuat pekerja/buruh di negeri ini tidak berdaya secara ekonomi karena pola hubungan kerja yang sangat rentan dan upah yang murah.

Tidak mudah 
Jaya Sentosa mengakui bahwa sudah pasti perjuangan mengenai perjuangan tersebut akan melalui proses yang panjang dan tidak mudah.

“Oleh karena itu, May Day harus menjadi momentum gerakan buruh Indonesia untuk terus melakukan konsolidasi dan terus menggalang persatuan agar serikat pekerja/menjadi solid dan kuat,” katanya
menegaskan.

Di samping isu tersebut, lanjut dia, masih ada isu yang sangat menantang bagi rakyat Indonesia, yaitu isu integrasi ekonomi ASEAN yang akan berlaku pada tahun 2015.

Dalam integrasi itu terdapat kesepakatan para kepala pemerintah negara-negara ASEAN dengan Tiongkok, Jepang, Korea, Australia, Selandia Baru, dan India yang memungkinkan masuknya tenaga kerja dari negara-negara tersebut secara bebas ke dalam negeri.

“Isu tersebut setidaknya harus menyadarkan kita selaku pekerja/buruh bahwa masuknya tenaga kerja asing ke dalam negeri adalah ancaman,” katanya.

Ancaman itu, katanya, dapat membuat peluang kerja bagi para pekerja/buruh di dalam negeri akan terisi oleh para pekerja asing sehingga pekerja/buruh pemilik negeri sendiri justru akan terpinggirkan.

Oleh sebab itu, empat isu yang ada, yakni jaminan sosial, upah, pekerja kontrak dan outsourcing serta masalah integrasi ekonomi ASEAN, pada dasarnya bukan sekadar masalah bagi pekerja/buruh, melainkan menjadi persoalan bagi seluruh komponen bangsa ini.

“Sebab, sesungguhnya keempat isu tersebut bagian dari masalah kebangsaan negeri ini,” katanya.

Isu tersebut jika disederhanakan sebenarnya adalah masalah kesejahteraan umum dan kedaulatan yang seharusnya ditegakkan negara sesuai dengan amanat konstitusi Indonesia.

Presiden Aspek Indonesia itu juga menyampaikan ucapan “Dirgahayu Buruh Indonesia”, dan meminta terus berjuang.

“Perubahan dari bangsa ini untuk mewujudkan masyarakat yang sejahtera, adil, dan makmur hanya dapat diciptakan dari negara yang berdaulat, berdikari, dan tanpa bergantung pada bangsa mana pun,”
katanya.  (KB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru