Mimbar Rakyat.Com (Indramayu) – Musim kemarau basah atau petani Indramayu menyebutnya kemarau yang dibarengi hujan, selain membingungkan ratusan petani garam di Kecamatan Losarang dan Kandanghaur, juga ‘merugikan’ petani menanam palawija di Kecamatan.
Dampak terjadinya musim kemarau basah itu, menjadikan ratusan ton buah belewah atau timun suri serta semangka yang ditanam petani di Kecamatan Terisi dan lainnya, mati mendadak sebelum dipetik buahnya.
Ii terjadi karena tanaman belewah dan semangka yang biasa tumbuh pada musim kemarau itu tak mampu bertahan hidup setelah diguyur hujan deras selama beberapa hari terakhir.
Matinya puluhan hektar tanaman belewah dan semangka itu membuat para petani frustasi. Mereka terpaksa membiarkan ratusan ton buah belewah atau timun suri yang usia tanggung berserakan menyatu dengan batang pohonnya di sawah. Setiap malam, ratusan ton buah belewah itu menjadi santapan tikus.
“Kalau Kta petik dari pohon buah belewah itu mubazir. Tidak laku dijual. Karena buah belewah itu usianya masih tanggung atau belum saatnya dipanen namun sudah keburu mati karena diguyur hujan deras dalam beberapa hari terakhir ini,” kata Karjo, 47, petani di Kecamatan Terisi, Kabupaten Indramayu, Jawa Barat, kemarin.
TAK KEMBALI MODAL
Dikatakan, banyak petani yang menanam buah belewah mengalami kerugian hingga mencapai belasan juta rupiah, karena modal menanam belewah yang sudah tyelanjur dikeluarkan tidak bisa kembali. Tanaman belewah yang terguyur hujan itu mendadak mati.
Saat malam hari, buah belewah yang masih menyatu dengan batang tanaman itu jadi santapan tikus-tikus sawah. Hampir seluruh buah belewah yang ditinggalkan petani di sawah terlihat bolong-bolong disantap tikus yang lebih menyukai memakan biji buah belewah di dalam ketimbang menyantap daging buah belewahnya.
Pada saat musim kemarau normal,setiap 1 hektar tanaman belewah menghasilkan lebih dari 10 ton. Jika di Kecamatan Terisi terdapat 20 hektar hektar tanaman belewah, maka jumlah produksi yang terbuang percuma sekitar 500 ton. Jika harga jual buah belewah Rp3 ribu per kg atau Rp3 juta per ton maka total kerugian petani belewah mencapai Rp 1,5 miliar. (joh)