Mimbar-Rakyat.com (Seoul) – Meski mendapat ancaman dari sejumlah negara, Korea Utara (Korut) kembali melakukan uji coba rudal balistik. Menurut pejabat militer Korea Selatan dan AS, Rudal diluncurkan dari provinsi Pyeongan Selatan, Pyongyang, Sabtu (29/4) dini hari waktu setempat.
Pihak militer Korea Selatan, seperti dilaporkan BBC News mengutip kantor berita Yonhap, menyatakan rudal dimaksud meledak beberapa detik setelah lepas landas. Militer AS mengatakan rudal tersebut tidak meninggalkan wilayah Korea Utara. Sejauh ini belum ada kabar dari Korea Utara.
Presiden AS Donald Trump mentweet: “Korea Utara tidak menghormati keinginan China dan Presidennya yang sangat dihormati soal peluncuran, meski tidak berhasil.”
Korea Utara telah melakukan upaya berulang untuk membuat miniatur hulu ledak nuklir dan menyesuaikannya dengan rudal jarak jauh yang mampu menjangkau AS. Hal itu membuat ketegangan di wilayah ini meningkat.

“Korea Utara menembakkan rudal tak dikenal dari sebuah lokasi di sekitar Bukchang di Pyeongannam-do (Provinsi Pyeongan Selatan) dini hari tadi,” kata Kepala Staf Gabungan Korea Selatan (JSC), dalam sebuah pernyataan yang dilaporkan Yonhap. Ditambahkan, rudal meledak hanya beberapa detik setelah peluncuran.
Sementara Komandan Dave Benham, juru bicara Komando Pasifik AS, mengatakan; “peluncuran tersebut terjadi di dekat lapangan terbang Pukchang (utara Pyongyang)”. Rudal tidak meninggalkan wilayah Korea Utara dan tidak menimbulkan ancaman bagi Amerika Utara.
Peluncuran terjadi beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri AS Rex Tillerson meminta seluruh dunia untuk membantu memaksa Korea Utara melepaskan ambisi nuklirnya.
Berbicara di Dewan Keamanan PBB, Tillerson memperingatkan “konsekuensi bencana” jika Dewan tersebut tidak bertindak, dengan mengatakan bahwa “kemungkinan hanya masalah waktu sebelum Korea Utara mengembangkan kemampuan untuk menyerang daratan AS”.
AS akan menggunakan kekuatan militer jika perlu, katanya. Tillerson menuding anggota Dewan tidak sepenuhnya memberlakukan sanksi yang ada terhadap Korea Utara, dan meminta China untuk memanfaatkan hubungan dagangnya sebagai pengaruhnya.
Namun Menteri Luar Negeri China, Wang Yi, mengatakan kunci untuk memecahkan masalah tersebut tidak terletak pada negaranya.
Sanksi PBB mencakup larangan menjual senjata dan bahan bakar ke Korea Utara, serta sejumlah barang yang bisa digunakan untuk pembuatan senjata. Juga masuk dalam daftar adalah barang mewah termasuk perhiasan mutiara dan mobil salju.***(janet)