Mimbar-Rakyat.com (Perm, Rusia) – Sedikitnya enam orang tewas sebagsai korban seorang mahasiswa yang melepaskan tembakan ke sebuah universitas di kota Perm, Rusia. Itu merupakan penembakan massal kedua tahun ini di Rusia.
Tersangka ditahan tak lama setelah melancarkan serangan pada Senin (20/9) pagi di Universitas Negeri Perm, yang berjarak sekitar 1.300 km (800 mil) timur ibu kota, Moskow. Korban tewas sempat dinyatakan delapan orang, tetapi kemudian direvisi menjadi enam.
Lebih dari 20 orang terluka, beberapa dengan luka tembak. Tingkat keparahan cedera tidak segera jelas. Demikian dilaporkan Al Jazeera yang dikutip mimbar-rakyat.com.
Rekaman media lokal menunjukkan para siswa melarikan diri dari serangan itu, beberapa terlihat melompat dari jendela lantai pertama untuk melarikan diri dari universitas. Mereka mendarat dengan keras di tanah, sebelum berlari ke tempat yang aman.
Siswa lainnya membangun barikade dari kursi untuk mencegah penembak memasuki ruang kelas mereka, kata mereka.
“Ada sekitar 60 orang di dalam kelas. Kami menutup pintu dan membarikadenya dengan kursi,” kata mahasiswa Semyon Karyakin kepada Reuters.
Universitas, yang memiliki 12.000 mahasiswa terdaftar, mengatakan sekitar 3.000 orang berada di kampus pada saat penembakan itu. Rusia memiliki batasan ketat pada kepemilikan senjata api sipil tetapi beberapa kategori senjata tersedia untuk dibeli untuk berburu, membela diri atau olahraga, setelah calon pemilik lulus tes dan memenuhi persyaratan lainnya.
Tersangka menggunakan senjata yang dirancang untuk menembakkan proyektil karet atau plastik yang tidak mematikan, lapor kantor berita The Associated Press, mengutip layanan pers Universitas Negeri Perm. Senjata tersebut dapat dimodifikasi untuk menembakkan amunisi lainnya.
Juru bicara kepresidenan Rusia, Dmitry Peskov, mengatakan, “Seperti yang terlihat, kita berbicara tentang beberapa penyimpangan dari seorang pemuda yang telah melakukan pembunuhan ini dan saya pikir para spesialis harus menangani ini dan memahami apa alasan di balik tragedi ini.”
Penembakan di sekolah dan universitas relatif jarang terjadi di Rusia. Tetapi pada 11 Mei tahun ini, seorang remaja di Kazan membunuh tujuh anak dan dua guru di sebuah sekolah, mendorong Presiden Vladimir Putin untuk memperketat undang-undang kepemilikan senjata.
Rusia menaikkan usia legal untuk membeli senjata api dari 18 menjadi 21 setelah penembakan di Kazan, tetapi undang-undang baru itu belum berlaku.
Itu adalah penembakan sekolah paling mematikan di Rusia sejak 2018, ketika seorang mahasiswa di sebuah perguruan tinggi di Krimea yang dicaplok Rusia menewaskan 20 orang sebelum mengarahkan senjatanya ke dirinya sendiri.***(edy)