MIMBAR-RAKYAT.Com (Bandung) – Kurs dolar AS terus melejit hampir menembus Rp 15.000, berpengaruh terhadap sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM), termasuk produksi tahu-tempe di sejumlah daerah.
Pelaku UMKM tahu tempe di Kelurahan Nagri Kidul, Purwakarta, Jawa Barat, misalnya mengaku dilanda kecemasan.
“Saya pusing lantaran harga kedelai yang kebanyakan barang ekspor dari Amerika Serikat tersebut harganya melonjak,” kata Slamet, Jumat (7/9).
“Kemarin masih 14 ribu per dolar. Kali ini saya cek sudah 15 ribu. Ini dampaknya ke harga kacang kedelainya. Sekarang saja harga kedelai per kuintal sudah Rp 770 ribu. Padahal sebelum ada kenaikan harga dolar masih Rp 600 ribu,” ungkapnya.
Akibat kenaikan harga tersebut, Slamet mengaku harus putar otak agar usahanya tetap jalan. “Produksi enggak mungkin dikurangi. Kalau harga tempenya dinaikin juga pembeli pada kabur. Ya terpaksa margin keuntungan dikurangi 3 persen,” katanya.
Slamet berharap harga dolar yang tinggi bisa turun dan kembali normal seperti biasanya. Dia khawatir kalau kondisi ini terus berlangsung, banyak perajin tempe yang bakal gulung tikar.
“Insya Allah kalau saya mungkin masih bisa survive, tapi mungkin teman-teman yang baru merintis usaha pembuatan tempe yang modalnya belum kuat bisa-bisa gulung tikar,”ucapnya.
Kepanikan ini, juga dirasakan pembuat tahu-tempe di Majalengka, Tasikmalaya, Garut dan sejumlah daerah di Jawa Barat. (i/d)