Friday, March 29, 2024
Home > Cerita > Puisi & Pantun (Page 2)

Segeralah Berlalu, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

bersamaan munculnya mentari langkah telah menapak pasti menuju titik pembuka harapan mengerahkan diri melalui usaha semoga di masa depan di tahun yang akan datang kondisi lebih baik penuh harapan di penghujung tahun ini aku tak pernah lelah berupaya tak ada kata menyerah apa lagi hanya pasrah menanti tanpa daya dan upaya semoga segala rintangan berlalu penyakit yang masih membelit perekonomian yang melilit semoga tinggal jadi

Read More

Yang Dipanggil Corona,  Puisi Hendry Ch Bangun

Kemarin pergi dua Hari ini meninggal delapan Kemudian tujuh belas Lalu tak terhingga   Bunga-bunga jatuh daun-daun gugur Bergulir waktu mereka dipanggil satu persatu Mendapati sepi ke arah yang tak kembali Ke tempat kelak kita jua pergi   Tak tahu kapan tapi begitu dekat Sedekat tarikan nafas dan aliran darah Maut hadir seperti pedagang keliling Di depan rumah jajakan jualan silih berganti   Adik dan

Read More

Menikam Jejak, Puisi Nurwani

Menikam Jejak Puisi: Nurwani Detik menjadi waktu Waktu menjadi tahun Tahun menjelma menjadi kisah-kisah panjang. Di jendela waktu aku pandang jejak menapak di atas bumi Merangkak bahkan tergelincir besama waktu. Tirai-tirai harapan telah tergantung dalam kisah masa akan datang. Kini telah aku temukan bahasa dalam jejak. Telah aku temukan kisah dalam peninggalannya. Semakin jauh mata memandang semakin aku tikamkan jejak

Read More

Padang Arafah, Puisi A.R. Loebis

Lailahailollohu wahdahulasyarikalah Lahul mulku walahulhamdu wahua alla kulli saiin qodir.  Solat digabung dipependek Untuk memperpanjang doa zikir kepadaMu Ribuan tenda bahkan jutaan Ribuan rasa bahkan tak terhingga Jutaan manusia, manusia rupa-rupa Panas, keringat, tikar, kasur, karpet Telentang, baring, tengkurep, tengadah, sujud, tafakur Kipas, pendingin, putih, cokelat, kuning,  hitam, seragam Tak satu pun penutup kepala bagi  jutaan lelaki Tiada pohon, gundul

Read More

HAJI, Puisi A.R. Loebis

Haji adalah niat Haji adalah panggilan Haji adalah keikhlasan Haji adalah kesabaran Haji adalah kebesaran derajat yang dilimpahkan Allah Atau hanya ingin dipanggil Pak Haji Iblis terus menari-nari Bahkan kepada undangan Allah Tapi manasik haji adalah panggilan Ketawakkalan kepada Illahiah Persatuan antarummat Islam sedunia Di Haramain: Iblis kelihatan sangat kecil, hina dan marah, Karena amat banyak rahmat bertebaran Serta pengampunan dosa dari  Ya

Read More

Mati Itu Pasti, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Mati Itu Pasti Puisi Djunaedi Tjunti Agus mati itu pasti tak ada yang bisa menghalangi entah esok atau lusa mungkin nanti suatu waktu Tuhan yang tahu waktunya Dialah sang pencipta menghidupkan dan mematikan penyebab kematian pun beragam bisa karena kecelakaan mungkin karena penyakit termasuk terpapar virus corona serangan tha'un pernah terjadi mengancam umat di zaman baheula Rasulullah pernah mengingatkan bila tha'un mengancam hadapi dengan tenang jangan keluar

Read More

Masjid-Masjid Jabal-Jabal, Puisi A.R. Loebis 

Masjid masjid Jabal jabal gunung bukit Bukti sejarah bukti ibadah Kemegahan bangunan fisik Kekuatan gunung bukit sebagai paku bumi Tempat perjuangan nabi rasul Dalam menegakkan syariat Allah Ziarah, panas, payung, onta, foto, buku, lelehan keringat, mendaki, tapi tiada lelah   solat di Masjid Nabawi lebih baik 1000 kali dari mesjid lain solat di Masjid Haram 100 ribu kali lebih baik dari

Read More

Pintu Babussalam,  Puisi A.R. Loebis

Padat..padat Dimana-mana tiada sekat Duduk berdiri ruku sujud Tapi padatnya di tempat air Zamzam adalah pesaudaraan Siapa pun siap berbagi dari gelas plastik ke gelas plastik Dari botol air mineral ke botol air mineral Walau siapa pun yang paling depan Siapa yang menggapaikan gelas plastik Siapa yang menyodorkan botol kosong Dalam bilangan detik pasti diisi Biar...biar orang yang dibelakang kebagian

Read More

Semoga Bisa Lelap di PangkuanMu, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Semoga Bisa Lelap di PangkuanMu Puisi Djunaedi Tjunti Agus perjalanan semakin jauh apakah sudah mendekati akhir? entahlah, ujung perjalanan masih samar jejak awal yang ditinggalkan sudah lenyap di manakah akan berakhir tak bisa terjawab pasti, gaib hanya Dia yang tahu kerap tercenung tertegun dan bertanya-tanya sudah benar kah jalanku galau pun kerap datang di mana titik akhir itu batas yang telah Engkau tetapkan masih jauh

Read More

Pintu 25, Puisi A.R. Loebis

Terik, ramai Padat, sesak Riuh Dari asal tiga pintu bertiang atap pohon kurma Kini ada 95 pintu Masjid Nabawi Pintu 25 gemuruh Pedagang K-5 berteriak menjajakan barang Orang keluar masuk halaman mesjid Di sinilah aku kesasar Di sinilah temanku sempat menghilang Di sinilah aku dihardik Di sinilah ia menanti Berjam-jam Aku kehilangan Pintu 25 Ini bisa mengarah ke Raudhah Kok terkadang terasa dekat dengan pintu

Read More

Aku kau dan dia, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Aku kau dan dia Puisi Djunaedi Tjunti Agus aku, kau, dan dia pasti perah berpikir tentang perjalanan hidup mengingat kembali yang telah terjadi baik, buruk, bahagia dan sengsara bahkan terjebak dosa-dosa tergoda iblis laknat penggoda anak cucu Adam sudah saatya taubat nasuha bertahan aggar tak mampu dirayu peringatan telah kerap datang penyakit dan berbagai sinyal harusnya tak lagi tergoda bukan sekadar fenomena alam semua adalah peringatan

Read More

Malam ini tahun lalu, Puisi A.R. Loebis

Ketika waktu beringsut Ternyata membesut gerak tak kuasa mengejar langkah patah jejak payah wujud goyah o, demi masa rugilah sudah gontai tak mampu memilah salah memilih   malam ini tahun lalu ruang dan waktu menyatu semua orang dalam bui terkunci dalam diri sendiri sipongang sirine orang tumpang tindih sanak seperti duri bangunan ibadah mati rumah keluarga suri hidung mulut dikunci pagi memburu matahari malam berkayuh di rembulan kehidupan amat nelangsa ada terasa tiada hidup hampa ditopang

Read More
Mereka shalat berjamaan.

Hiu Kencana (Nanggala-402), Puisi A.R. Loebis

Hiu Kencana (Nanggala-402)   Mereka semua sudah pergi menabur duka menebar nestapa Nanggala-402 akuarium raksasa membawa hiu kencana Mereka menjemput maut Di kedalaman 838 meter di perairan Bali Sabtu 25/04 21 pukul 09.04 Wita semua 53 awaknya gugur. Selama 72 jam, kapal tua itu hilang Sebelum dinyatakan tenggelam Entah kenapa, tak ada yang tahu mengapa Simpang siur ceritanya Ah, kekuatan oksigen untuk mereka hanya 72 jam Setelah itu

Read More

Tak Sekadar Menahan Lapar, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Tak Sekadar Menahan Lapar Puisi Djunaedi Tjunti Agus rukun Islam ini mengajari kita tak sekadar menahan lapar bukan untuk sekadar dahaga tapi melatih diri tentang arti iman merasakan penderitaan kaum papa belajar menahan diri tak ada makna rukun Islam ini jika saat magrib bagai kesurupan semua dilahap ludes habis kemudian kepayahan kekenyangan hingga sholat magrib pun lewat lalu apa makna yang didapat kecuali lapar

Read More

 “Wahai Malaikatku, Apa Balasan Bagi Para Pekerja?”

Siapa yang memohon, Aku akan memenuhi permohonannya. Siapa yang kembali kepada-Ku (Taa-ibin, taubat) maka Aku akan menerimanya. Siapa yang memohon ampunan (maghfirah) atas dosa-dosanya, maka Aku akan mengampuninya. Pada malam yang ditetapkan Allah sebagai Lailatul Qadr Allah memerintahkan Jibril dan rombongan besar malaikat turun ke bumi. Jibril turun dengan membawa panji hijau yang kemudian diletakkan

Read More

Sajak Kelahiran, Puisi A.R. Loebis

Sejak dua purnama rajutan menikam Satuan unsur meregang aurat Auratku tengadah hormat Sukma semburat ujungnya melibat   Sejak purnama demi purnama sajakku tersurat Urutan himbau mampu menyirat, kubidik Kau dengan kata Sorot mata menyinari dada yang menganga.   *** Yogyakarta, 1979       Sajak Kematian   Bulan redup diselaputi darah Menyimak jasadmu ditimbuni tanah Pekat!! *** Yogyakarta, 1979

Read More

Keakraban yang Mulai Sirna, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Keakraban yang Mulai Sirna Puisi Djunaedi Tjunti Agus gerimis menambah sepi apalagi hujan deras, angin menderu masjid menjadi makin jarang jika pun ada jadi saling curiga seseorang yang batuk dihindari orang-orang mejauh bunyi sirine ambulan melintas membuat suasana makin mencekam apa lagi masjid-masjid saling bergantian mengumumkan berita duka perginya seorang warga mati karena terifeksi virus corona kita hanya bisa berdoa semoga yang tewas diterimaNya mudah-mudahan bencana

Read More

Alam pun Bicara, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Alam pun Bicara Puisi Djunaedi Tjunti Agus   dosa apa yang telah kita lakukan? terlalu angkuh bertanya demikian setiap manusia pasti pernah berdosa entah dosa kecil, mungkin dosa besar tanyalah pada diri sendiri   alam sepertinya memperingatkan kita manusia telah melakuan kerusakan berbuat dosa, merusak diri dan lingkungan alam pun bicara, mengingatkan hingga kapan manusia berbuat nista memporak-porandakan alam berbuat hina, bergelimang dosa   masih kah kita

Read More

Jangan Abaikan 3M, Sajak Djunaedi Tjunti Agus

Jangan Abaikan 3M Sajak Djunaedi Tjunti Agus   Covid-19 masih jadi ancaman tak hanya di Wuhan tapi juga di sini di negara kita negeri tercinta jumlah korban terinfeksi terus bertambah meski yang sembuh juga banyak begitu juga yang menjalani isolasi   protokol kesehatan mulai terbaikan itu alasanmu kenapa pandemi tetap masih menjadi ancaman banyak orang merambah ke berbagai pelosok memakan korban demi korban tak pandang

Read More

Bersihkan Hati, Sajak Djunaedi Tjunti Agus

Bersihkan Hati Sajak Djunaedi Tjunti Agus   masih munculkaah rasa iri dengki? itu artinya iblis masih bercokol setan masih berhasil menggoda hingga rasa hasad tetap timbul meski anda sadar itu tercela   jika rasa dengki tetap terasa saat melihat keberhasilan orang lain ketika orang lain meraih nikmat itu artinya anda belum bersih titik hitam masih menyelimuti hati   teruslah berupaya bersihkan hati jangan tergoda bisikan

Read More

UNESCO tetapkan pantun sebagai warisan budaya dunia

Mimbar-Rakyat.com (Jakarta) - Sidang UNESCO sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Paris, Prancis, menetapkan tradisi pantun sebagai Warisan Budaya Takbenda. Nominasi Pantun yang diajukan secara bersama oleh Indonesia dan Malaysia ini menjadi tradisi budaya ke-11 Indonesia yang diakui oleh UNESCO. Sebelumnya, Pencak Silat diinskripsi

Read More

Siapa Yang Peduli, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Siapa Yang Peduli Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   lihat kaca bercermin diri apakah bersih atau penuh noda apakah hati bebas titik titik hitam apakah jiwa bebas kemunafikan mungkinkah telah salah jalan atau masih di jalan lurus   siapa yang peduli jika bukan diri sendiri dimana kan berakhir jalannya kita yang mengarahkan karena itu jangan salah jalan akan jadi penyesalan panjang   kita bisa merasakan tanpa harus menduga-duga siapa

Read More

Bulan di Ujung Daun, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Di malam yang sepi dari balik dedaunan terlihat bulan bersinar terang benderang menerangi angkasa dan bumi di ujung daun yang bergoyang bulan terlihat semakin riang mengajak alam bicara mengirim pesan ke semua orang di sinilah beberapa tahun lalu dalam suasana hampir serupa menjejakkan kaki di Cianjur menatap bulan yang sama sambil mendengar bait-bait yang dilantunkan oleh Alfian jangkrik menjadi saksi bulan yang sama kembali muncul membawa

Read More

Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Innalillahi Wa Innalillahi Rojiun, Puisi Djunaedi Tjunti Agus   innalillahi wa innalillahi rojiun kalimat ini sering didengar sering ditulis via pesan mengiringi kepergian seseorang entah keluarga, teman, tetangga selamat jalan pergi ke hariban milik Allah kembali ke Allah   kesedihan, kerelaan, dan doa suatu waktu ditujukan pada kita melepas kepergian ke alam baka menemui penguasa alam semesta mungkin menanti waktu lama sebelum diadili di akhirat berakhir

Read More

Sajak RAHMAT, Oleh Ahmad Istiqom

Siapa bilang matahari itu satu Matahari itu ada seribu Bahkan ada seribu lainnya Di balik gugusan bintang itu Di sana ada seribu galaksi Dan satu janji   Siapa bilang matahari itu abadi Di kota, gerainya bangkrut satu persatu Pajangannya lumat Pramuniaganya megap megap Demi langit yang berlapis tuju Pada singkap pertama ada tuju ratus istana Pada lapis kedua ada tuju ribu cakrawala Pada tabir

Read More

Jangan Tanam Kebencian, Puisi Djunaedi Tjunti Agus

Jangan Tanam Kebencian Puisi: Djunaedi Tjunti Agus   jangan tanam kebencian saatnya nanti kau yang memetiknya menanggung akibatnya langsung semua akan dibalas tunai habis tanpa sisa sedikitpun membuat kau bangkrut ludes menjadi orang yang merugi neraka lah sebagai balasannya   jangan pernah melecehkan mengancam orang tanpa alasan ingkar janji lari dari tanggungjawab mencemooh peringatan Tuhan   jangan pernah tonjolkan kesombongan keangkuhan merasa hebat sendiri jangan timbulkan kebecian kepada siapapun di

Read More

Hari ini terasa khusuk, Puisi A.R. Loebis

Hari ini terasa khusuk Bersila duduk Tawaduk dan tunduk Memandang ujung hidung Dan lipatan lutut Merasa dada berdegup Nadi berdetak Darah mengalir Bersedekap memeluk diam Menyekap senyap Tafakur dan bersyukur Perjalanan panjang Entah sampai mana Tapak jejak Dimana tibanya Meraba-raba nurNya Tak terasa Mencari-cari bayangannya Tak bersua Padahal Ia berada dalam ada Masuk ke belantara masa Menusuk dari dalam dada Menghunjam ke dalam aorta Melayang di alam maya Hari ini perjalanan ntah kemana-mana Tapi hari

Read More

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru