Thursday, March 28, 2024
Home > Editorial & Opini > Transisi dan Ganjalan

Transisi dan Ganjalan

TIM  Transisi bentukan presiden terpilih Joko Widodo (Jokowi)  yang semula diterima dengan tangan terbuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), bahkan di sebut-sebut suatu sejarah baru dalam peralihan dari pemerintah lama kepada pemerintah baru, akhirnya menemui ganjalan.

Tim yang dikatakan akan mempermulus peralihan kepemimpinan, menjebatani kesinambungan kinerja antara kementerian dari menteri-menteri lama kepada menteri-menteri baru, dan disebutkan belum pernah ada sebelumnya, mendapat kritik atas kinerja mereka.

Kritik datang sendiri dari SBY, ketika Jumat (5/9) lalu bicara dalam rapat kabinet, di Jakarta, SBY mengaku mendapat sms (layanan pesan singkat) dari sejumlah orang yang mengaku utusan Tim Transisi Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK). Sms disebut berisi permintaan konsultasi dari orang-orang yang mengaku akan menjadi menteri di Kabinet Jokowi-JK.

Sebelumnya Seskab Dipo Alam, dikabarkan juga menerima laporan tentang adanya orang yang mengatasnamakan Tim Transisi, yang dinilainya bekerja tidak sesuai kesepakatan, mendatangi kementerian dan BUMN tanpa koordinasi.

Presiden SBY sepertinya tidak berkenan dengan cara-cara wakil Tim Transisi tersebut. Itu tergambar jelas dari ucapannya yang menyatakan bahwa saat ini masih merupakan periode pemerintahannya. Tidak ada pemerintahan bersama antara pimpinannya dengan kubu presiden terpilih. SBY meminta Tim Transisi untuk bekerja sesuai batasan yang ada.

Apa yang dilontarkan SBY merupakan teguran bagi kubu Jokowi-JK. Betapa tidak, dengan keluarnya pernyataan itu seolah-olah tim Jokowi-JK tidak sabar mengambil alih kekuasaan. Ada kesan Tim Transisi ingin mengambil alih kinerja kemeneterian dan BUMN yang ada saat ini.

Karena itu sepantasnya kubu Jokowi-JK memperjelas persoalan yang terjadi sebenarnya. Benarkah kehadiran anggota Tim Transisi sudah di luar kendali. Kita hanya bisa menduga-duga. Apa betul ada anggota Tim Transisi yang begitu dekat dengan Presiden SBY, sehingga tahu dan leluasa mengirim sms untuk permintaan konsultasi?

Kita juga jadi bertanya-tanya apa benar Tim Transisi atau Jokowi dan JK menugaskan sejumlah calon menteri untuk mendatangi berbagai kementerian untuk kepentingan peralihan pemerintahan?

Di tengah ketidak pastian itu, tidak salah pula bila ada pihak yang beranggapan bahwa SBY sedang mencoba mengalihkan isu dari apa yang mendera partai yang dipimpinnya, Demokrat, dimana salah seorang pengurus terasnya, (Menteri ESDM) Jero Wacik ditetapkan sebagai tersangka oleh KPK terkait kasus korupsi di Kementerian ESDM.

Semua masih serba belum pasti. Tangapan dari Jokowi sendiri, serta anggota Tim Transisisi, juga tidak membuat tuntas persoalan, meski Jokowi mengakui kemungkinan timnya terlalu bersemangat. Apalagi dalam keterangannya kepada pers, juga menyebutkan bahwa  Tim Transisi selalu membawa surat resmi jika ingin berkunjung ke menteri-menteri.

Bukankan SBY dan Jokowi sudah sepakat tentang tim koordinasi di pihak presiden yang masih berkuasa, yakni Menko Perekonomian, Menko Polhukam, dan Mensesneg. Jika semua kesepakatan dipatuhi, pasti apa yang dialami SBY tidak akan terjadi.

Mudah-mudahan dengan kesepakatan yanga ada, peralihan antara pemerintahan lama dan baru tidak berlangsung setengah hati. Mudah-mudahan ganjalan yang sempat dirasakan Presiden SBY bisa dibuat terang benderang.

Demi kepentingan bangsa dan Negara, sepantasnya kedua pihak tidak perlu sungkan bila terjadi hal yang tidak sepantasnya. Apalagi hal-hal yang mencurigakan.

Kita tidak meragukan itikad baik Presiden SBY dalam membantu presiden terpilih Jokowi, agar pemerintahan baru (Jokowi) tidak memulai dari nol dalam menjalankan roda pemerintahan. Karena itu, alangkah baiknya masalah Tim Transisi ini diperjelas antara kubu SBY dan kubu Jokowi.

Siapa yang melanggar, lalu siapa yang berbuat tidak pada mestinya. Masalah itu harusnya bisa diselesaikan kedua pihak, tanpa perlu dibeberkan kepada publik.

SBY harusnya bisa langsung mempertanyakan pada anggotanya yang diberi tugas menjadi penghubung dengan Tim Transisi, atau menanyakan langsung pada Jokowi. Sehingga tidak muncul dugaan atau kecurigaan yang tidak perlu.

Bukankah SBY sendiri dari awal menyambut baik kehadiran Tim Transisi, tim yang dinilainya bisa mempermulus peralihan pemerintahan dari Kabinet Indonesia Bersatu kepada Kabinet Jokowi-JK.***

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru