Friday, April 19, 2024
Home > Cerita > Sajak Kepada Duka

Sajak Kepada Duka

Malam ini dukaku luka
Cairannya merambah lembah dan gunung
Awan menangis matahari sembunyi
Bulan mengintip bintang berkedip di sapa air duka

Angin berkejaran tanpa arah
Membuat dedaunan bingung bergerak
Kunang-kunang sudah lama hilang
Karena berfirasat cairan duka akan datang
Dapat membuat benderang cahaya berkurang

Malam ini dukaku menglir di kulit bumi 
Menyentuk kaki-kaki yang menelusuri sesuap nasi 
Menerobos masuk lewat pori-pori 
Mengendap dalam darah mampir di hati
Mengajak mereka mencuri mutiara dalam diri
Tahu diri jadi tak tahu diri
Menari-nari di atas duri tak terperi
Akibat duka semburat memecah dada
Sesak, tak kuasa menahan ledakan luka duka

Baunya menyengat seantero desa dan kota
Cairan duka yang khas aromanya
Cepat hinggap dimana-mana
Wabah duka kaum papa yang tak pernah di imunisasi
teknologi dan industrialisasi korupsi yang berdasi

Cairan duka mengalir jadi kolam sebatas dada
Semua berenang mencari tepi
Tapi tepi menyepi membentuk onak dan duri
(dulu ada kesempatan aku beraksi
Kini ada kesempatan tak bisa menepi, kata dasi.
Aku paling senang mati, kata wabah duka yang tak sanggup
mengantongi nestapa).

Duka mengalir air sebatas muka
Gelembung-gelembung nafas mereka
Seperti bola mengambang di persada
Gelombang-gelombang jiwa mereka tak kuasa
Membendung cairan luka duka
Terus mengalir menenggelamkan biji mata dan dasi mereka
Terus mengalir duka luka malam ini
Duka luka mata air kehidupan
Basah di panggang matahari kenestapaan
Meleleh di hembus angin pengharapan
Tak beku tak mati
Duka lukaku luka duka anak sendiri
Duka luka jati diri anak negeri.

***

(Dari kumpulan puisi Balada Wartawan – Sajak Pinggiran Untuk Siapa, Jakarta, 2003).

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru