Friday, April 19, 2024
Home > Berita > Perubahan Jadwal KRL Bekasi-Jakarta Jangan Dipaksakan, Kasihan Penumpng Berdesakan

Perubahan Jadwal KRL Bekasi-Jakarta Jangan Dipaksakan, Kasihan Penumpng Berdesakan

Penumpang KRL berdesakan. (ist)

MIMBAR-RAKYAT.Com (Jakarta) – Angkutan massal seperti kereta api di Jakarta dan sekitarnya, sangatlah didambakan sebagian warga. Akan tetapi, pelayanan hendaknya semakin baik dan nyaman dari hari ke hari.

Itulah dambaan pengguna jasa angkutan. Bukan sebaliknya, sehingga warga pun rela secara berangsur-angsur meninggalkan kendaraan pribadinya dan beralih ke angkutan umum.

Mengikuti Kereta Api Listrik (KRL) Commuterline pasca perubahan jadwal tertanggal 1 April 2017, terutama rute Stasiun Bekasi-Jakarta Kota dan sebaliknya, sejak seminggu belakangan ini agak terasa perubahan. Namun bukan ke arah yang lebih nyaman, wabil khusus pada jam-jam sibuk, tapi malah makin penuh sesak. Dan gerbong (rangkaian) kereta api yang dioperasikan pun sekarang ada yang 8 gerbong (rangkaian), padahal penumpang pada jam-jam sibuk sungguh sangat padat.

Poskotanews.com yang mengikuti perjalanan KRL Commuterline 8 rangkaian, rute Stasiun Bekasi- Jakarta Kota lewat Stasiun Manggarai, Jakarta Selatan, pada Kamis (6/4/2017). Tepatnya berangkat dari jalur tiga pada pukul 07.05 Wib tujuan Stasiun Jakarta Kota. Kondisi gerbong saat mau berangkat sudah padat. Artinya, tidak ada lagi bangku kosong. Setiap gerbong sudah dijejali penumpang dengan kondisi berdiri.

Setiba di Stasiun Kranji, penumpang sudah banyak menunggu di peron. Mereka langsung menyerbu begitu kereta api itu berhenti. Petugas melalui pengeras suara berkali-kali mengimbau agar penumpang jangan memaksakan diri masuk rangkaian (gerbong), karena kereta lain masih ada yang standby di Stasiun Bekasi. Mungkin demi memburu waktu, penumpang tersebut cuek dan terus memaksa dan mendorong agar bisa masuk ke dalam gerbong. Akibatnya apa? Penumpang yang berdiri di pintu kereta, pun otomatis terdorong. Lalu, imbasnya ke ke penumpang yang berdiri di bagian dalam, pun ikut terdorong. `Ampuun..`

Pintu kereta api ditutup. Angkutan andalan sebagian warga Jabodetabek itu pun meluncur. Memasuki Stasiun Cakung, sebagai stasiun pemberhentian berikutnya. Nah, suasana di stasiun ini pun tidak jauh berbeda dengan stasiun sebelumnya. Penumpang sudah berjubel menunggu di peron, Stasiun Klender Baru dan seterusnya dan seterusnya, pun begitu. Pendek kata, jumlah penumpang turun dan naik tidak sebanding. Lebih banyak yang naik daripada yang turun.

“Jangan dipaksain dong, kasihan nih ada ibu-ibu tercepit,” teriak satu penumpang, saat itu di gerbong tiga dari depan, kemarin.

Suasana seperti itu, terus terjadi dari stasiun ke stasiun. Bahkan di stasiun transit seperti di Jatinegara dan Manggarai, suasana di dalam gerbong tidak jauh berubah. Padahal banyak penumpang yang turun, tapi hal itu seakan tidak berpengaruh besar terhadap kondisi dalam gerbong. Untuk tempat kaki saja pun sulit, apalagi untuk berputar posisi badan. Begitu gambarannya kalau diungkapkan melalui kata-kata.

Dalam catatan, sejak diberlakukan perubahan jadwal perjalanan KRL per 1 April 2017, terutama rute Stasiun Bekasi- Jakarta Kota, sebagian lagi melewati Bekasi-Jatinegara-Stasiun Senen – Jakarta Kota dan Bekasi-Jatinegara-Manggarai-Stasiun Jakarta Kota, ada penumpukan penumpang di beberapa stasiun. Penyebabnya apa?

Entahlah. Ini memerlukan kajian teknis lapangan, plus pengoperasian 8 rangkaian (gerbong) KRL Commuterline, bisa jadi sebagai penyebab berjubelnya penumpang, jika dibandingkan dengan pengoperasian 12 rangkaian kereta sebelum ada perubahan jadwal.

Beberapa penumpang mendesak pihak PT KAI Commuter Jabodetabek, untuk segera melakukan evaluasi atas pemberlakuan perubahan jadwal perjalanan kereta, termasuk pengoperasian jumlah rangkaian, sesuai kebutuhan riil oleh penumpang. Jika sebelum kebijakan perubahan jadwal, 12 rangkaian (gerbong) dan jarak itu terasa seakan menjawab kebutuhan. Boleh dikata sudah agak lumayan.

Dalam artian, penumpang berdiri pun tidak terlalu berdesak-desakan seperti ikan pepes. Oleh karena itu, pada jam-jam sibuk hendaknya pihak PT KAI Commuter mengoperasikan 12 rangkaian, bila perlu 14 atau 16 rangkaian.

Pada bagian lain, ada kabar yang menggembirakan. Penumpang rute Stasiun Tanah Abang-Rangkasbitung, sejak pemberlakuan perubahan jadwal, agak merasa lega. Karena ada penambahan jadwal perjalanan. Kalau demikian, agak bertolak belakang dengan rute Bekasi-Jakarta Kota. Benarkah demikian adanya?

Terlepas dari itu, perlu kajian menyeluruh. Yang terpenting adalah, pada jam-jam sibuk hendaknya jumlah gerbong (rangkaian) harus disesuaikan dengan kebutuhan. Unsur kemanusiaan pun harus dikedepankan untuk menjadi angkutan massal di era modern ini. (joh)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru