Saturday, April 20, 2024
Home > Berita > Peringatan Kesaktikan Pancasila di Lubang Buaya

Peringatan Kesaktikan Pancasila di Lubang Buaya

Diorama penyiksaan PKI kepada para jenderal TNI AD di Lubang Buaya. (banyumasnews.com)

MIMBAR-RAKYAT.com (Jakarta) – Ketua MPR RI Zulkifli Hasan membacakan teks Pancasila dalam Peringatan Hari Kesaktian Pancasila pada 1 Oktober 2016,  di Monumen Pancasila Sakti, Lubang Buaya, Pondok Gede, Jakarta Timur.

Di hadapan pasukan TNI dan polisi dari berbagai kesatuan serta para pelajar SD, SMP, dan SMA, Zulkifli Hasan membacakan teks Pancasila secara khimad, demikian siaran pers MPR kepada media, Sabtu.

Acara tersebut dihadiri oleh Presiden Joko Widodo, Panglima TNI Gatot Nurmantyo, Kapolri Tito Karnavian, staf TNI, para menteri dalam Kabinet Kerja, atase pertahanan negara sahabat, serta ratusan undangan lainnya.

Dalam upacara yang dilaksanakan pukul 08.00 WIB itu, selain dibacakan teks Pancasila, juga dibacakan teks Pembukaan UUD 1945 dan Ikrar.

Bagi peserta upacara, peringatan Hari Kesaktian Pancasila itu juga digunakan untuk melihat peristiwa yang terjadi di tahun 1965, peristiwa tragis pembunuhan pimpinan TNI AD.

Di tempat itu ada diaroma sejarah dan gambaran peristiwa penyiksaan pada para petinggi TNI AD.

Pancasila terpinggirkan.

Beberapa hari sebelumnya, Zulkifli Hasan mengingatkan bahwa keberadaan Pancasila semakin terpinggirkan dan terus mengalami penyusutan yang terbukti dari berkembangnya radikalisme, terorisme dan korupsi.

“Karena itu kita harus menguatkan sosialisasi Empat Pilar MPR, dan jangan menyerahkan tugas tersebut hanya kepada MPR saja. Harusnya kita melakukan sosialisasi seperti zaman orde baru”, katanya, dalam sosialisasi Empat Pilar, di Cirebon.

Ketua MPR RI Zulkifli Hasan membacakana teks Pancasila di Lubang Buaya, Sabtu. (antaranews)
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan membacakana teks Pancasila di Lubang Buaya, Sabtu. (antaranews)

Selain itu, kata dia, penelitian menyimpulkan, penerapan sila-sila dalam Pancasila juga semakin jauh dari kenyataan.

Sebanyak 99,4 persen masyarakat mengatakan sila keempat musyawarah untuk mufakat, saat ini semakin susah ditemukan. Hanya 1,6 persen saja anggota masyarakat yang mengatakan bahwa pelaksanaan musyawarah untuk mufakat masih sering dilaksanakan.

Demikian pula sila kelima keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Hasil penelitian menyimpulkan, sebanyak 96 persesn responden mengatakan peran negara dalam mewujudkan keadilan sosial makin lemah. Dan hanya empat persen saja yang mengatakan peran negara masih kuat.

“Ini membuktikan bahwa keberadaan Pancasila makin terpinggirkan. Banyak orang yang hafal terhadap sila-sila Pancasila, tetapi mereka tidak menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari,” kata ketua MPR.  (AN/KB)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru