Tuesday, April 16, 2024
Home > Sosok > Penjaga Kepercayaan

Penjaga Kepercayaan

HUSNI KAMIL MANIK, dapat dipastikan laki-laki kelahiran 18 Juli 1975 ini  merupakan orang yang paling deg-degan menunggu hasil resmi pemilihan presiden-wakil presiden (Pilpres) 2014.  Sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) dialah yang paling bertanggung jawab atas hasil pesta demokrasi, yang akan diumumkan secara  resmi 22 Juli 2014.

Mungkin saja suami dari Endang Mulyani  dan ayah  MA Afifuddin Manik, Abid WA Manik,  dan Nuraisyah H Manik ini lebih tegang dibanding kedua kandidat presiden-wakil presiden, pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla (Jokowi-JK) dan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa (Prabowo-Hatta). 

Akibat kedua pasangan capres-cawapres telah menyatakan sama-sama meraih kemenangan berdasarkan hasil quick count atau hitungan cepat sejumlah lembaga survey, membuat hasil resmi dari KPU menjadi yang sangat ditunggu-tunggu.

Kondisi yang ada tentunya akan mempengaruhi pendukung kedua pihak, dan dikhawatirkan akan menimbulkan gejolak begitu KPU mengumumkan hasil resmi Pilpres. Kondisi itu tentunya membuat KPU tidak boleh main-main. 

Husni Kamil Manik, Ketua KPU ke-4 menggantikan Abdul Hafiz Anshari dan mulai menjabat 12 April 2012, sepertinya sangat menyadari kondisi yang ada. Karena itu dia selalu berusaha meyakinkan semua pihak, bahwa KPU dan seluruh jajaran bekerja secara professional.

Kamis (10/7), sehari setelah hari pencoblosan, dalam keterangan pers, dia menegaskan bahwa KPU dan seluruh jajarannya  bekerja secara profesional dalam menjalankan kegiatan rekapitulasi hingga penetapan pasangan calon yang memperoleh suara terbanyak,  22 Juli 2014.

“Seluruh jajaran penyelenggara Pemilu  akan terus bekerja secara profesional, netral, independen dan menjaga integritas kelembagaan,” tegasnya.

Dia pun meminta masyarakat ikut mengawal jalannya proses rekapitulasi perolehan suara Pemilu Presiden dan Wakil Presiden di seluruh jenjang.

“Mulai hari ini (Kamis) sampai 12 Juli adalah kegiatan rekapitulasi di tingkat desa-kelurahan yang dikelola Panitia Pemungutan Suara (PPS). Kami membuka partisipasi seluas-luasnya kepada masyarakat untuk mengikuti rangkaian kegiatan rekapitulasi agar masyarakat menjadi bagian penting dalam menentukan kualitas rangkaian kegiatan Pemilu yang tersisa,” katanya kepada wartawan, di Gedung KPU Pusat.

KPU, kata Husni, juga membuka ruang kepada kelompok masyarakat sipil dan pegiat Pemilu untuk melakukan pemantauan terhadap proses rekapitulasi di tingkat bawah.

Bagi Husni, pengumuman hasil Pilpres, 22 Juli, merupakan pertaruhan bagi keprofesionalannya dan juga dirinya pribadi, karena 4 hari sebelum pengumuman, persisnya pada tanggal 18 Juli pria kelahiran Medan, Sumatera Utara itu, genap berusaia 39 tahun.

Tekad untuk menjadikan pesta demokrasi benar-benar bersih, jujur, adil, sudah lama dicanangkan Husni. Bagi dia,  menjaga kepercayaan tak ubahnya menjaga kesehatan. Dia berpendapat bahwa sekali kepercayaan itu cedera maka sangat sulit untuk mengembalikan atau memulihkannya.

Bagi Komisioner KPU Sumatera Barat dua priode (2003-2008 dan 2008-2013) ini mempertahankan kepercayaan merupakan harga mati, karena membangun kepercayaan tidak mudah, sementara meruntuhkannya   hanya butuh waktu detik.

“Bagi saya, yang paling penting adalah bagaimana kita memelihara kepercayaan yang diberikan, karena kepercayaan adalah modal paling besar dalam hidup ini,” katanya kepada wartawan dalam suatu kesempatan.

Berkaitan dengan pelaksanaan pesta demokrasi ini, baik Pemilu Legislatif maupun Pemilihan Presiden-Wakil Presiden, Husni mempertaruhkan seluruh kemampuanya. Sebagai penjaga kepercayaan dia tak ingin ada yang merusak.

Husni adalah lulusan Fakultas Pertanian (Faperta) jurusan Sosial Ekonomi, Universitas Andalas (Unand), Padang, Sumatera Barat pada 1999.  Sejak di bangku kuliah dia memang aktif di dunia kepemiluan.

Dia kemudian menjadi anggota pembina Aliansi Pemantau Pemilu Independen (APPI) Sumatera Barat tahun 1999 dan ikut mengawasi pelaksanaan Pemilu 1999. Beranjak dari pengalaman itu, dia  kemudian mengikuti seleksi Komisi Pemilihan Umum  tingkat provinsi.

Sebetulnya itu bukan atas kemauannya, tetapi atas permintaan rektor Unand. “Saya sempat menolak, karena memang cita-cita saya menjadi manajer kebun, dan saya adalah sarjana pertanian. Namun atas dorongan kuat dari rektor, saya akhirnya ikut seleksi,” katanya.

Urusan demokrasi sepertinya tidak terlepas dari diri Husni. Nyatanya pasangan hidupnya pun tidak jauh dari apa yang dia gelutin. Istrinya Endang Mulyani adalah komisioner KPU Kota Padang, yang kemudian mengundurkan diri Januari 2012, ketika suaminya memutuskan mengikuti tes menjadi komisioner KPU Pusat..

Husni telah menjabat sebagai Ketua Komisi Pemilihan Umum sejak 12 April 2012. Hari-harinya pasca-pilpres diisi kesibukan luar biasa, mengikuti kerja paling penting di KPU, yakni melakukan rekapitulasi perolehan suara.

Rekapitulasi perolehan suara dilakukan secara berjenjang dari tingkat desa-kelurahan. Kemudian tingkat kecamatan,  kabupaten-kota,   provinsi, dan  terakhir rekapitulasi penghitungan perolehan suara di tingkat Pusat selama tiga hari mulai 20 – 22 Juli.

Perjalanan pendidikan dan karir Husni, sbb;

Pendidikan:

  • SDN 04 Kabanjahe, Kab. Karo, Sumut
  • MTsN Kabanjahe, Kab. Karo, Sumut
  • MAN I Medan, Sumut
  • Faperta Universitas Andalas, Padang, Sumbar
  • PPS Universitas Andalas, Padang, Sumbar

Karir:

  • Mantan Sekjen Senat Mahasiswa Universitas Andalas 1998
  • Pengurus PB HMI 2003

      •   Anggota KPU Provinsi Sumatera Barat masa bakti 2003-2008 dan , 2008-2013

  • Sekretaris PWNU Sumatra Barat 2010-2015

       •    Sekretaris Pimpinan Wilayah Nahdhatul Ulama Sumatera Barat periode 2010-2015
       •    Ketua Komisi Pemilihan Umum sejak 12 April 2012***(dari berbagai sumber/Janet)

 

 

 

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Hallo kawan, silahkan klik tombol Like / Follow untuk mendapatkan berita dan tulisan terbaru