Mimbar-Rakyat.com (Manila) – Tiga warga Malaysia dan seorang asal Indonesia, atau kemungkinan berasal dari salah satu negara Timur Tengah, terbunuh dalam penyergapan tentara, di salah satu kota selatan Filipina. Mereka diduga tergabung dalam kelompok bersenjata Negara Islam Irak dan Levant (ISIL) yang ingin menguasai wilayah itu.
Kepala militer Filipina Jenderal Eduardo Ano kepada The Associated Press dalam sebuah wawancara Selasa (30/5) seperti dikutip Al Jazeera mengatakan, militer telah membuat kemajuan dalam mengepung kota Marawi selama seminggu. Dia mengatakan, seorang warga Filipina diyakini juga telah terbunuh dan pemimpin serangan tersebut terluka.
Ano mengatakan bahwa kelompok ISIL tersebut merencanakan untuk mengsacaukan Marawi dan membunuh sebanyak mungkin orang Kristen di kota Iligan, berdekatan dengan Marawi. Mereka meniru gerakan yang gerjadi di Suriah dan Irak dengan kelompok Negara Islam Irak dan Levant (ISIL).
“Mereka lemah,” kata Ano tentang orang-orang bersenjata tersebut. Ini hanya masalah waktu bagi kita untuk membersihkan mereka dari semua tempat persembunyian,” ujarnya ketika ditemuai di sebuah rumah sakit dimana tentara yang terluka dirawat. Pasukan Filipina, dikatakan, hampir merampungkan pengepungan di Marawi
Dalam wawancara Selasa pagi, dia mengatakan, militer telah membersihkan 70 persen kota dan pejuang yang tersisa diisolasi.
Orang-orang bersenjata tersebut telah menahan sejumkah tentara Filipina di teluk, membakar bangunan, membawa sedikitnya belasan sandera. Menurut Ano, komandan kelompok itu, Isnilon Hapilon, masih bersembunyi di suatu tempat di kota tersebut. Pihak berwenang bekerja untuk memastikan bahwa pemimpin lain telah terbunuh.
Presiden Filipina Rodrigo Duterte mengumumkan darurat militer di selatan sampai pertengahan Juli, setelah para pengacau beraksi di Marawi minggu lalu. Sebelumnya serangan militer tidak berhasil menangkap Hapilon.
Dalam beberapa tahun terakhir, kelompok pemberontak bersenjata Filipina, yang juga beranggotan warga asal Indonesia dan Malaysia, bersatu di bawah bendera Negara Islam Irak dan Levant (ISIL). Jose Calida, jaksa tertinggi Filipina, mengatakan pekan lalu, kekerasan di pulau selatan Mindanao “tidak lagi menjadi pemberontakan warga Filipina”.
Rohan Gunaratna, pakar keamanan di Singapore S Rarajatnam School of International Studies, mengatakan, ISIL dan kelompok-kelompok regional yang lebih kecil bekerja sama untuk menunjukkan kekuatan mereka dan menyatakan mereka diciptakan di Timur Tengah.
Dia mengatakan pertempuran di Marawi, bersamaan dengan pertempuran yang lebih kecil di tempat lain di Filipina selatan.***(janet)