Judul : Kumpulan Cerpen Sembilan Wartawan
Penulis : Aba Mardjani, AR Loebis, Djahar Muzakir, Djunaedi Tjunti Agus, Hendry CH Bangun, Iman Handiman, Mahfudin
Nigara, Maria Andriana, Wito Karyono
Penerbit: Pustaka Spirit 2012
Edisi : Oktober 2012
Isi : 231 Halaman
Kategori: Cerpen

Buku “Kumpulan Cerpen Sembilan Wartawan” yang telah diluncurkan, Rabu, 31 Oktober 2012, adalah sebuah karya sastra, sekaligus pemenuhan kebutuhan batin. Tapi kalau ditanya mengapa, maka jawabnya berbeda-beda. Bagi Aba Mardjani salah satu penulis cerita pendek (cerpen) yang sering dimuat di sejumlah media nasional, seperti Kompas, maka menulis cerpen sudah sama pentingnya dengan melakukan tugas kewartawanan yang dijalani sehari-hari.

Aba memang sudah puluhan tahun menulis cerpen, hampir sejalan dengan profesi wartawan yang digelutinya. Kompetesnsinya di dua bidang itu sudah diakui masyarakat.

Bagi Djunaedi Tjunti Agus, penulis cerpen yang produktif yang memulai terjun ke dunia sastra dalam lima tahun terakhir, menulis cerpen menjadi kegairahan baru untuk mengisi ruang batinnya. Kalau seminggu tidak menghasilkan cerpen, bisa jadi kepalanya akan pusing, kata Hendry CH Bangun, penyusun.

Semua khayalan, gagasan, kritik, tentang hidup yang selama ini dipendam, disalurkan setiap saat. Bisa jadi untuk melunasi hutangnya, karena walau sudah 30 tahun lebih menjadi wartawan, hampir 25 tahun sebelumnya menghasilkan karya jurnalistik.

Dari dua contoh ekstrem di atas, tujuh penulis lainnya barangkali ada di tengah-tengahnya. Ada yang seperti Aba, ada yang mirip Djunaedi. Ada pula yang agak jauh dari keduanya.

Bagi Pustaka Spirit, penerbit, karya cerpen ke-4 dari para wartawan ini sebuah kreativitas yang luar biasa. Merupakan kebanggaan dapat terus bekerja sama dengan para wartawan senior hingga penerbitan buku kumpulan cerpen yang ke-4 ini. Bahkan sebuah kemegahan. Sebab, buku kumpulan cerpen para wartawan senior jelas merupakan bukti kecintaan yang tulus kepada dunia kesusasteraan Indonesia.

Seperti ditulis Direktur Utama Pustaka Spirit, Sudarsono Gunawan, dalam pengantar penerbit, bahwa dalam perspektif yang lebih sublim, ini sesungguhnya merupakan pertolongan nyata para wartawan senior bagi dunia sastra di Tanah Air yang sedang layu. Bahwa dunia kesusastraan Indonesia, terutama dari genre cerpen, masih tetap eksis di tengah berbagai keterbatasan media penyampai dan kesangsian masih adanya manfaat dan keasyikan dalam membaca cerpen.(SK)